44.

1.5K 54 7
                                    

BUGGG

"Brengsek Lo Raf! Beraninya lo mainin Enbi!"

Rafdi jatuh tersungkur di lantai rooftop kantor. Udara dingin malam hari ini semakin membuat ngilu pipi Rafdi yang habis ditonjok oleh Kalvin. Tak puas hanya dengan menonjok pipi Rafdi, cowok itu bahkan berjongkok didepan Rafdi dan menarik kerah kemeja Rafdi.

"Kurangajar lo emang! Kalau nggak suka nggak usah mainin temen gue bajingan!" pekik Kalvin.

Rafdi meringis merasakan ngilu disudut bibirnya dan pipinya. Lalu menatap Kalvin yang terlihat murka padanya. "Ini semua juga bukan mau gue Vin! Si Ciani ketemu orangtua gue, minta tunangan sama gue!" balasnya yang membuat Kalvin mendelik.

"Maksud lo apa?!" tanya Kalvin yang otaknya masih ngelag.

"Lepasin dulu tangan lo Vin. Gue ceritain," bujuk Rafdi.

Kalvin langsung tersadar. "Awas kalau lo bohong Raf, gue dorong lo dari sini biar mampus aja sekalian!" ancamnya.

"Ngeri banget anceman lo Vin!"

"Bacot! Buruan cerita!" titah Kalvin yang sudah melepaskan kedua tangannya dikerah Rafdi.

Kalvin dan Rafdi sama-sama terduduk dilantai, menatap langit yang dipenuhi hamparan bintang. "Si Ciani sialan itu nemuin Bunda gue, dia ngejelekin Enbi pakai ngatain Enbi anak panti asuhan. Bunda gue marah, dan besoknya orang tua Ciani nemuin Bunda gue, minta agar gue sama Ciani tunangan aja. Mana cuma dikasih waktu seminggu. Gue dipaksa Vin!" jawab Rafdi putus asa.

Kalvin menatap Rafdi yang terlihat frustasi. Dia juga terkejut dengan penjelasan Rafdi. "Bangsat, gue nggak nyangka Ciani sepicik itu Raf!" sahutnya.

"Tinggal besok Vin, please kasih tau gimana caranya buat gagalin pertunangan ini!" ujar Rafdi putus asa.

"Lo sinting Raf, kenapa baru bilang sekarang? Harusnya lo bilang diawal biar gue bisa cari cara!"

"Kemarin kita sibuk banget Vin, gue juga rapat sana-sini, ngurus anak-anak juga kan. Ketemu aja nggak sempet."

Kalvin terdiam, memang yang dikatakan Rafdi ada benarnya. Sebagai ketua tim, pekerjaan Rafdi memang banyak. Apalagi kemarin direktur mereka membuat event penulis baru.

Kalvin menghela napas berat. Rafdi yang pusing, dia juga ikutan pusing. Sesekali dia berpikir kenapa Ciani bisa sejahat itu pada Rafdi dan Enbi. Tidak menyangka juga kalau Ciani senekat itu. Bahkan Kalvin merasa ngeri dengan Ciani yang begitu obsesif untuk memiliki Rafdi.

"Mending lo kabur aja yang jauh Raf! Terus lo pulang besoknya!" usul Kalvin.

Rafdi masih terdiam mencerna rencana gila Kalvin. Sementara Kalvin berusaha meyakinkan sahabatnya. "Salah siapa lo dipaksa Raf, udah kabur aja. Lo juga udah besar kan? Nggak perlu takut diusir orang tua lo!"

"Itu juga kalau Lo nggak mau kehilangan Enbi, Raf!"

●●●

Telinga Enbi rasanya panas. Apalagi hatinya, rasanya bergemuruh hebat bagai bangunan yang sedang runtuh. Sejak pagi tadi, telinganya tak henti mendengar ocehan teman-temannya.

"Gila ya, gue seneng banget akhirnya Ciani tunangan sama Bos Rafdi. Ya ampun, sweet banget nggak sih? Mirip cerita di novel."

"Iya, mereka cantik dan ganteng. Udah cocok mereka. Nggak sabar gue besok dateng ke acara tunangan mereka."

"Kerja woy! Jangan rumpi mulu!!!" itu suara Nadira. Sahabata Enbi itu juga ikut kesal saat seluruh teman sekantornya membicarakan pertunangan Rafdi dan Ciani.

Pasalnya, pertunangan Rafdi dan Ciani begitu heboh. Alasannya, karena Ciani mengundang seluruh teman divisinya untuk datang besok. Tak terkecuali Enbi, Nadira tentu saja merasa kasihan dengan sahabatnya itu. Sejak mendapat undangan dari Ciani, wajah Enbi langsung lesu. Nadira ingin sekali bertanya pada Enbi soal pertunangan ini. Namun saat melihat kondisi Enbi, dia jadi urung.

"Ya gimana Kak Nad, habis soal Ciani sama Rafdi nggak ada habisnya sih. Siapa yang nggak melting coba, di kantor diem-diem bae, ternyata langsung gas tunangan. Romantis banget tau Kak Rafdi." celetuk Lupi.

Nadira memutar bola matanya malas. Ia beranjak dari kursinya lalu berjalan ke kubikel Enbi. "Ayo ngopi bentar. Gue bayarin!" ujarnya yang sudah berdiri didepan Enbi.

Sementara Enbi, gadis itu menampakkan raut tak berminat. Wajahnya lesu dan kusut, matanya fokhs pada layar komputer. Namun Nadira tahu, otak Enbi sedang memikirkan tentang Rafdi dan Ciani.

"Ayo! Gue maksa!" titah Nadira yang sudah menarik tubuh Enbi.

Tentu saja Enbi menggerutu, perasannya sedang tidak baik. Lalu tiba-tiba Nadira mengajaknya keluar. Rasanya malas sekali. "Aku nggak pe-"

"Gue nggak nerima penolakan! Ayo ikut!" tegas Nadira.

Enbi menghela napas panjang, malas berdebat dengan Nadira. Ia akhirnya berdiri dan mengekori Nadira. Meninggalkan teman-temannya yang memuji pertunangan Rafdi dan Ciani.

Sampai di kantin, Nadira bahkan menyuruh Enbi duduk. Sedangkan Nadira memesan kopi untuk mereka. Selesai memesan, Nadira kembali ke kursi mereka, menatap wajah lesu Enbi yang sedang menopang dagu sambil melamun.

"Kalvin udah cerita sama gue!" celetuk Nadira yang tak membuat Enbi berkutik. Gadis itu tak ingin menanggaapi ucapan Nadira untuk sekarang.

"Kata gue sih, lo tinggalin aja tuh cowok banci! Tai! Cari cowok lain! Cowok didunia ini bukan cuma dia aja!"

"T-tapi gue cintanya cuma sama dia kak."

●●●●

Hari H acara pertunangan Ciani dan Rafdi. Pagi ini pukul enam pagi, perasaan Rafdi sangat tidak enak. Dari semalam bahkan ia kesulitan tidur memikirkan Enbi. Pertunangannya berlangsung nanti malam. Masih ada kesempatan untuk kabur sesuai tips dari Kalvin. Keputusannya sudah bulat, dia tidak ingin terjebak pada Ciani. Akhirnya dia memilih kabur saja. Mumpung masih pagi, keluarganya juga masih terjaga. Ia berniat kabur sekarang juga.

Dengan jalan mengendap, dia berjalan menuju garansi. Setelah sampai, tanpa menunggu lama ia masuk ke mobilnya dan mengenderai mobilnya keluar dari pelataran rumah yang gerbangnya tidak tertutup. Ia melajukan mobilnya menuju ke tempat Enbi.

Tiga puluh menit kemudian. Rafdi sampai di gang masuk kost Enbi. Namun keningnya berkerut, saat dari kejauhan ia melihat mobil terparkir didepan kost Enbi. Mobil itu tidak asing bagi Rafdi. Entah kenapa perasaanya tidak enak. Hingga ia sedikit mempercepat laju kendaraanya. Dan benar saja, saat sampai didepqn kost Enbi, ia mengenali betul mobil itu.

"Kampret!" umpatnya sambil mencengkram setir mobil. Dengan perasaanya kesal, ia membuka pintu mobilnya lalu turun dari mobil. Berjalan cepat menuju ke mobil itu.

BRAK BRAKK

"Brengsek! Keluar lo!" teriak Rafdi saat sampai didepan mobil itu.

Kedua matanya terbelalak saat mengintip dari kaca, melihat seorang wanita dan laki-laki yang sedang berciuman. Amarahnya memuncak melihat adegan itu. Sementara orang yang ada didalam mobil terkejut. Rafdi berjalan memutar kearag kursi kemudi mobil itu. Lalu menggedor pintu dan memintanya keluar. Dua detik kemudian pintu mobil itu terbuka.

"Brengsek kalian berdua! Enbi gue kecewa sama lo! Sepertinya bener orang tua gue! Kalau cewek antah berantah kayak lo nggak pantes buat gue!"

●●●●

Halooo gaess
Maapkeun baru sempeud update :'(
Habis sibuk banget :'(
Doain gess semoga aku makin rajin update

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang