45.

1.5K 59 10
                                    

Tiga Hari Lalu

"Gimana Bund? Dibales nggak?"

"Iya Ci, katanya baru dijalan. Sabar aja ya," sahut wanita paruh baya itu.

Kini Ciani dan Asri, bunda Rafdi sedang berada disebuah Cafe. Keduanya duduk ditempat VIP yang sengaja dipesan khusus oleh Asri.

"Bunda nggak sabar pengen liat penampilannya tuh anak!" celetuk Asri yang membuat senyum Ciani pudar.

Pasalnya, meskipun maksud Asri itu lebih kearah buruk. Namun tetap saja perasaan Ciani tetap was-was. Karena dari segi fisik, saingannya juga tak jelek-jelek amat. Hanya saja kekurangannya yaitu miskin.

"Dia cantik kok bund," sahut Ciani dengan senyuman lebar namun air muka melas. Sebuah cara yang dia lakukan untuk menarik rasa kasihan dari orang terdekatnya.

Tentu saja Asri merasa tidak enak saat melihat senyum Ciani yang terlihat jelas dipaksakan itu. "Tenang aja Ci, bagi Bunda, kamu paling cantik deh. Lagian cantik aja nggak cukup buat jadi menantu bunda," jelas Asri yang langsung membuat Ciani tersenyum malu.

"Ah, bunda ini bisa aja," Ciani merasa senang karena triknya itu lagi dan lagi sukses mengelabui banyak orang.

Ditengah obrolan kecil Asri dan Ciani. Tiba-tiba terdengar suara ketukan. Asri dan Ciani serentak menoleh saat melihat siluet perempuan yang berada diujung pintu bersama pelayan. "Permisi Kak, Bu."

"Oh iya Mbak, bawa masuk aja dia," sahut Asri dengan ramah.

"Baik Bu terimakasih, saya permisi dulu. Kalau butuh sesuatu bisa pencet bel, terimakasih." Pelayan itupun pergi meninggalkan ketiga orang perempuan di ruangan itu. Asri dan Ciani yang duduk dan Enbi yang berdiri didepan mereka.

"Silahkan duduk," ujar Asri mempersilahkan. Suara dan sikapnyapun masih ramah yang sukses membuat Ciani kesal.

Enbi tersenyum tipis lalu menggerakan kakinya menuju kursi yang ditunjuk oleh Asri. Dengan langkah berat dan jantung yang berdegup kencang ia memberanikan diri bertemu dengan mama Rafdi.

"Silahkan, nggak usah sungkan."

Enbi duduk dengan canggung. Sementara Asri memindai penampilan Enbi dari atas sampai bawah. Semua barangnya tidak ada yang merk. "Kamu cantik," hanya itu saja kelebihan yang Enbi punya menurut Asri.

Terang saja Ciani reflek mencebikkan bibirnya, kesal karena Asri memuji Enbi didepannya. Sedangkan Enbi, gadis itu malah merasa takut. Karena sejak kemarin Asri mengirim pesan padanya untuk bertemu. Perasaanya menjadi tidak enak.

"Sayangnya, cantik aja nggak cukup!" tegss Asri dengan senyum yang langsung meluntur.

Ciani tersenyum senang sementara Enbi menelan ludah. Sudah ia duga, sejak Asri memintanya bertemu, pertemuan ini tidak berarti hal baik.

Asri dengan sombongnya menyilangkan kedua tangan didepan dada dengan satu kaki menyilang diatasnya. "Enbi, saya sudah dengar cerita tentang kamu dari Ciani," ujarnya.

Enbi menelan salivanya. Cih, mengenal dirinya dari Ciani? Tentu saja Enbi yakin, yang diceritakan Ciani hanya yang buruk-buruk saja.

"Kenali saya sendiri bukan dari orang lain Tan," jawab Enbi yang tidak tahu kerasukan setan darimana sampai bisa membalas ucapan bunda Rafdi.

Ciani mendelik tidak terima sedangkan Asri malah tersenyum sinis. "Nggak perlu saya mengenal kamu! Karena bagi saya, cukup Ciani yang saya kenali. Cantik, pintar, keluarganya juga jelas asal-usulnya!"

DEGG

Kalau menyangkut keluarga. Tubuh Enbi rasanya ingin roboh seketika. Hanya saja dia menahannya. Ia mengepalkan kedua tangannya. Tentu saja sebagai manusia biasa, mana mau dia dihina habis-habisan seperti itu? Kalau boleh memilih orang tua, Enbi juga akan memilih hidup bersama orang tua ketimbang jadi anak terlantar. Miris, begitukah pandangan orang lain terhadap anak panti seperti mereka? Apakah anak panti tidak pantas bahagia? Sangat tidak adil rasanya ketika Enbi harus dihakimi sebelah mata hanya karena anak panti asuhan.

"Dan asal kamu tahu, saya sudah menjodohkan Rafdi dengan Ciani sejak mereka kecil!" tegas Asri.

Ciani tersenyum menang, akhirnya dia bisa membuat Asri membelanya seutuhnya. Tak apalah dia tidak mendapat perhatian Rafdi. Asalkan Asri selalu berpihak padanya saja itu sudah cukup.

"Dengar Tante! Meskipun saya nggak punya orang tua dan anak panti asuhan. Tolong jangan hina kami seenaknya! Tante bahkan nggak kenal kami luar dalam jadi jangan menilai kami seenaknya!" cerocos Enbi tidak terima, sekarang ia bahkan sudah tidak duduk lagi. Muak dihina oleh Asri.

"Dasar nggak punya sopan santun! Ngomong sama orang tua nyolot banget! Pantes anak pan-"

"Jangan pernah anda hina lagi anak panti ya Tan! Saya masih menghormati anda! Kalau sampai mulut anda masih nggak bisa di rem saya nggak akan diam!" tegas Enbi.

Asri ikutan berdiri, tidak terima diceramahi anak bau kencur macam Enbi. "Heh anak panti, emang bener saya udah milih Ci-"

"Cukup! Saya akan berpisah sama Rafdi! Jadi stop hina saya tante!" tegas Enbi yang membuat Asri dan Ciani terdiam.

"Saya permisi!"

●●●●

Kembali ke hari H

"Dia udah pergi Lo."

Selanjutnya yang terdengar suara tangisan Enbi. Lilo yang tadi sembunyi di jok belakang langsung mendekat ke tubuh Enbi dan memeluknya. "Lo yang sabar Bi," hiburnya.

"Gue cinta banget sama dia Lo," ujar Enbi sambil terisak. Membuat lelaki yang duduk dijok kemudi itu merasa kasihan dan sakit hati dengan yang dialami Enbi.

"Udah Bi, ikhlasin. Ikhlasin dia, anggap aja kalian nggak jodoh."

Tangis Enbi makin mengencang. Jantungnya begitu sakit membayangkan akan kehilangan Rafdi untuk kedua kalinya. Meskipun kadang kesal dan benci. Namun jauh dari lubuk hatinya dia begitu mencintai Rafdi.

"Enbi, carilah lelaki yang keluarganya juga bisa menerima kamu dengan tulus."

Tangis Enbi mulai mereda saat mendengar ucapan itu. Ia menatap Elmo yang tersenyum tipis kearahnya. Dia lupa berterima kasih pada Elmo yang sudah membantu banyak dengan rencana pagi hari ini.

Kemarin, setelah curhat dengan Nadira. Nadira juga setuju kalau Enbi lepas saja dengan Rafdi. Akhirnya Nadira menghubungi Kalvin untuk membantu Enbi. Sayangnya, Kalvin tidak setuju dan berusaha membantu Rafdi mempertahankan hubungannya. Sampai di pagi hari tadi, Kalvin berubah pikiran. Ia menurut pada Nadira, namun sayang. Saat Kalvin sudah setuju dengan Nadira. Rafdi dengan gamblang mengatakan akan kabur dari acaranya dan mempertahankan Enbi.

Tentu saja Kalvin panik. Akhirnya tercetuslah ide konyol berpura-pura ciuman. Ya, ciuman tadi itu palsu. Semuanya sudah diatur oleh Kalvin. Dan Kalvin meminta tolong pada Elmo membantu Enbi. Alasannya, karena Rafdi sering cerita kalau dia cemburu buta kalau Elmo bersama Enbi. Akhirnya Elmopun setuju membantu. Untungnya, jarak dari apartemen Elmo ke kost Enbi cukup dekat. Kalau tidak, rencana busuk ini pasti tidak akan berjalan lancar.

"Terimakasih Elmo," ucap Enbi dengan sangat tulus. Meskipun hatinya runtuh bergemuruh.

●●●●●●●●●●●●●●

Double up guys
Karena hampir sebulanan ga update jadi ku kasih bonus

Btw, kesian bgt jd Enbi gesss 😭

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang