"Minimal kasih tau alesannya kenapa gue harus jauhin Elmo."
Oke, Enbi penasaran. Apa sih yang sebenarnya terjadi antara Elmo dan Sekala. Karena Elmo hanya mengajaknya pura-pura pacaran agar bisa lepas dari Sekala. Tapi ingin tahu masalah rincinya juga Enbi tidak enak bertanya lebih jauh dengan Elmo. Dan sekaranglah saatnya ia mengorek informasi lebih lanjut. Karena perasaanya juga tidak enak mengenai Sekala dan Elmo.
"Lo tanya sama cowok lo sendiri sana! Bilangin juga ke dia, jangan sampai tuh cewek bikin masalah lagi di Rainbow!" ketus Rafdi yang membuat memanyunkan bibirnya.
"Cih, nggak jelas! Turunin gue di halte!" titah Enbi yang masih kesal dengan Rafdi karena tidak puas dengan jawaban sang mantan.
Namun Rafdi masih bergeming dan memilih fokus menyentir. Membiarkan Enbi yang masih mengoceh. "Raf! Lo denger nggak sih? Gue mau turun!" kesalnya.
Namun tak direspon Rafdi. Tentu saja Enbi makin kesal. Pasalnya setelah beberapa minggu tak saling bersapa. Mereka tiba-tiba duduk berdua lagi dengan cara menyebalkan seperti ini. Huh, jujur saja Enbi merindukan lelaki disampingnya. Tanpa sadar melirik kearah sang mantan yang sedang menyetir itu. Lihatlah bulu-bulu halus yang agak tumbuh dirahang dan dagu. Enbi agak heran, karena setaunya sang mantan selalu menjaga kebersihan diarea itu.
"Apa liat-liat?!"
Enbi tersentak kaget lalu berdeham. "Ekhem, enggak! Siapa sih yang lihat cowok jelek kayak lo!" kilahnya.
"Mana ada maling mau ngaku!"
"DIAM LO!" bentak Enbi tak terima. Rafdi langsung terbahak mendengar respon Enbi yang marah padanya. Memunculkan letupan-letupan kecil dihatinya yang beberapa minggu ini ia tahan dengan sangat. Namun kali ini, dia gagal menahannya. Meski otaknya menolak untuk mengabaikan gadis disampingnya. Kenyataanya itu sulit, hatinya selalu tertuju gadis disampingnya.
CKITT
"Ngapain berhenti disini?" Enbi mengeryitkan dahi saat melihat mobil Rafdi berhenti dijalan tenggang yang amat sepi dimalam hari ini.
Tak mendengarkan ucapan Enbi. Radfdi melepas sabuk pengamannya. Hal itu membuat Enbi panik sampai reflek memeluk erat sabuk pengamannya. Pasalnya ia takut kalau Rafdi menaruh dendam padanya hingga diturunkan ditempat seperti ini. Apalagi tadi dengan sombongnya meminta turun.
"R-raf, g-gue minta turunnya di halte aja," bujuk Enbi dengan gugup.
Tubuh Rafdi semakin mendekat kearah Enbi. Kedua mata Enbi mendelik saat tiba-tiba jok kursinya diturunkan oleh Rafdi. Lalu lelaki itu berada diatas tubuh Enbi.
"Raf lo mau ngap-" belum selesai, bibir Enbi sudah dilahap oleh Rafdi.
Rafdi melumat bibir Enbi yang pasif itu. Enbi yang terkejut masih belum membalas ciuman Rafdi. Mendadak otaknya ngelag, apalagi kini Rafdi berada diatas tubuhnya. Enbi merasa gerah dan sesak didalam mobil Rafdi. Sampai Rafdi menjilat cuping telinganya Enbi langsung tersadar dan memekik kencang.
"Raf! Lepasin!" Ia memukul dada Rafdi berusaha melepaskan diri. Namun Rafdi malah meremas satu gunungnya yang membuatnya tersentak kaget.
"Emhh," Enbi refleks mendesah saat merasakan telapak tangan Rafdi bermain disalah satu gunungnya.
Tubuh Enbi meremang merasakan lidah Rafdi yang kini turun ke leher. Ya ampub, harusnya dia marah kan? Tapi kenapa dia sekarang malah menikmati. Bodohnya dia malah mengeluarkan suara laknat dari mulutnya.
"Aku kangen Bi," ucapan itu membius Enbi untuk memberontak lagi. Kata 'kangen' itu bagai mantra yang membuatnya ikut terhanyut dalam kegiatan intim ini. Karena sejujurnya dia juga merindukan lelaki didepannya ini.
"Bi?" Rafdi terkejut saat tiba-tiba Enbi menangkup wajahnya. Keduanya saling menatap seolah berbicara tentang kerinduan melalui pandangan itu.
"Aku juga."
Selanjutnya Enbi menarik wajah Rafdi semakin dekat dan mencium bibir lelaki itu. Bagai gayung bersambut, Rafdi membalas ciuman itu. Lumatan yang semakin intens menyalurkan kerinduan yang selama ini mereka tahan. Meskipun berusaha saling melupakan dan saling membenci. Nyatanya perasaan mereka terlalu besar untuk dihapus.
"Nghhhs.." Enbi mengerang karena kehabisan napas, kedua tangannya berusaha mendorong dada Rafdi. Merasa Enbi ngos-ngosan, Rafdi melepas tautan bibir mereka.
Keduanya saling bertatapan dan tersenyum. "Bi, ayo kita berjuang!"
●●●●
"Dasar bodoh! Enbi lo gila!" Telapak tangan yang terkepal itu terus memukuli kepalanya. Penyesalan memang datangnya diakhir.
Enbi sudah sampai didalam kamar kostnya. Merutuki dirinya sendiri karena terbawa perasaan hingga berakhir berciuman dengan Rafdi.
Berjuang?
Berjuang kata Rafdi?
Cih, tidak semudah itu ketika orang tua Rafdi saja tak merestuinya. Setelah ucapan itu, Enbi dan Rafdi memang bergandengan tangan dan diam saja. Keduanya sibuk dengan pemikiran setelah ini. Sayangnya saat sampai di kamar kost, Enbi seolah habis sadar dari pingsan. Kalau yang dia lakukan itu salah.
"Sialan Bi, lo kenapa baper sih ah!" rutuknya dramatis, jari telunjuk kirinya tak henti menekan bibirnya yang tadi habis ciuman. Lalu memukul bibirnya itu.
"Dasar bibir laknat! Demen amat kalau disosor Rafdi lo ah!" gerutunya kesal.
Rebahan diatas kasur sambil meratapi kebodohannya yang terbuai lagi oleh Rafdi. Padahal ia sudah mati-matian melupakan Rafdi. Hanya karena godaan sesaat runtuhlah pertahanannya.
"Ya tuhan kenapa nasib gue jelek amat sih!"
●●●●
"Apa-apaan kamu Raf?!" baru saja duduk, Rafdi sudah mendapat omelan dari sang Bunda.
Sekarang sudah pukul tujuh pagi. Rafdi bersiap untuk berangkat kerja. Sebelum berangkat, sepergti biasa ia akan sarapan terlebih dulu. Jika biasanya suasana sarapan pagi tenang. Entah kenapa hari ini Bundanya menatapnya garang.
"Apa sih bund? Pagi-pagi juga!" kesal Rafdi.
TING
Suara dentingan sendok yang nyaring terdengar. Di meja makan itu memang hanya ada Rafdi dan sang bunda. Karena ayahnya sudah berangkat tiga puluh menit yang lalu.
"Ngapain kamu ketemuan sama cewek antah berantah itu!" Rafdi mengernyitkan dahinya, darimana Bundanya tahu kalau dia habis bertemu Enbi?
Rafdi berdeham mencoba mencairkan suasana tegang ini. "Bunda ngomong apasih?" tanyanya pura-pura tidak mengerti.
Asri menyilangkan kedua tangan didepan dada. "Nggak usah pura-pura bodoh kamu Raf! Kemarin Ciani ngikutin kamu dari belakang dan tahu kamu ketemu Enbi di restoran kan?"
TING
Kini giliran Rafdi yang membanting sendok. Perasaanya dipagi hari ini mendadak jelek karena ucapan Bundanya. Apalagi setelah mendengar kalau Ciani menguntitnya kemarin, ia merasa risih.
"Kenapa banting sendok? Malu? Karena ketahuan?"
Rafdi menatap marah pada bundanya. "Malu? Buat apa aku malu? Kalau aku mau, aku bisa batalin pertunangan konyol ini!" ancamnya.
Asri melotot tidak terima. "Oh begini hasilnya setelah ketemu cewek miskin itu? Sekarang ngelawan bunda lagi ya kamu? Efeknya cepet banget ya bikin kamu bodoh!"
"Aku nggak suka bunda ngejelekin Enbi!"
"Nggak kapok juga ya itu anak! Udah dikasih tau masih aja ngeyel!"
"Maksud bunda?"
Asri seketika terdiam, sepertinya dia salah bicara.
●●●●
Maap ya guyss
Jarang update karena sibuk kerja huhuhu
Doain semoga ada waktu buat update guys :)))
Thx buat kalian yg selalu sabar nunggu Enbi update
Love u guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Enbi Solo (21+)
Romance21+ Romance, Comedy ■■■ Setelah sekian lama menganggur. Enbi di terima di sebuah perusahaan penerbitan sebagai Editor. Namun kesialanya datang saat Enbi tahu kalau Ketua Tim divisinya adalah sang mantan. Lalu kesialanya datang bertubi - tubi saat...