"Selamat pagi Enbi!"
Kedua bola mata Enbi langsung mendelik saat mendapat wajah bangun tidur Kalvin tepat didepannya. "Astahgfirullah monyet!" celetuknya tanpa sadar.
"Hahaha monyet! Emang mirip sih!" sahut Giselle sambil tertawa.
"Muka seganteng ini bisa-bisanya dikatain monyet!" Kalvin bersungut lalu menoyor jidat Enbi.
Enbi iku terkekeh lalu duduk. "Ya maap Bang, baru bangun langsung lihat penampakan wajah buaya macam lo, siapa yang nggak kaget?! Haha!"
Kalvin cemberut lalu berdiri. Hal itu membuat Giselle makin terbahak, pasalnya semua yang dikatakan Enbi itu benar. Kalvin ini playboy yang menyebar rayuan ke banyak cewek. Dan Giselle dulu juga pernah kena jebakan Kalvin, namun untungnya dia cepat sadar.
"Sialan lo! Udah buruan bangun, mandi, bentar lagi ada rapat!" titah Kalvin pada Enbi dan Giselle.
"Hah rapat lagi?" Giselle menekukkan wajahnya, pasalnya semalam dia lembur sampai pukul satu pagi.
Kalvin bergegas mandi terlebih dahulu. Sementara Enbi mengumpulkan sisa-sisa nyawanya. Sambil mendongak keatas mencari tahu apakah cowok itu benaran tidur di kamar ini semalam? Namun sayangnya tidak, semalam setelah Kalvin mendengar cerita Rafdi yang tidak bisa menahan diri kefika melihat Enbi. Kalvin langsung mengusirnya, biarpun dia buaya. Namun ia tidak setuju memasukkan Enbi ke perangkap neraka jahanam.
Merasa tak mendapati siluet Rafdi sama sekali. Enbi mengambil ponselnya, apakah cowok itu mengirimi pesan untuknya? Jujur saja dia rindu tapi gengsi. Enbi menekuk wajahnya saat tidak mendapati pesan dari Rafdi, ia kecewa. Apakah ia terlalu berharap? Dadanya mendadak nyeri, dia sudah terlanjur baper. Tapi Rafdi dengan kurangajarnya malah memanfaatkannya.
Kampret! Kampret! Udah terlanjur baper malah dimainin doang!
••••
"Apaan sih Vin?" Nadira memekik kesal saat Kalvin menyeretnya dan membawa ke ruang kosong.
"Ssttt.. jangan berisik!" titah Kalvin.
Nadira merotasikan kedua bola matanya. Lalu melepas cekalan tangan Kalvin. "Buruan ngomong! Gue mau kunjungan ini!"
Kalvin menghela napas panjang, akhirnya dia punya teman ghibah lagi perihal hubungan Enbi dan Rafdi. "Heh, lo tau nggak?"
"Nggak tahu!" potong Nadira yang membuat Kalvin mencebik kesal. Nadira ini memang suka sekali menggodanya.
"Serius Nad, ini genting tau!"
"Segenting apa sih? Buruan ngomong!"
"Rafdi mau perkosa Enb-"
"Hah? Apa?!"
Nadira memekik yang langsung dibekap oleh Kalvin. Pasalnya teriakan Nadira itu melengking sekali dan bisa didengar orang yang lewat. Takutnya nanti orang mengira terjadi sesuatu di ruangan ini, lalu mereka digrebek kan tidak lucu.
Kedua mata Nadira masih membola. Ia tidak percaya kalau ketua timnya itu mesum sekali. Setelah dirasa Nadira sudah tenang, Kalvin perlahan melepaskan telapak tangannya. Bisa ia lihat wajah Nadira yang begitu tertekuk.
"Sialan Rafdi, gue potong burungnya mampus dia! Padahal mukanya kayak orang bener!" mulut Nadira terus bekomat-kamit menyumpahi Rafdi.
"Katanya sih khilaf," sahut Kalvin.
Nadira mencebik. "Halah, khilaf apaan! Kemarin pas kita ngintip aja brutal banget! Awas aja, gue bakal ceramahin tuh si Enbi biar jangan masuk ke kandang pesangek!" nyinyirnya.
Kalvin mengangguk setuju. Karena dia juga tidak ingin Enbi dibuka paket oleh Rafdi. Meskipun ia baru kenal dengan Enbi, namun Kalvin dan Nadira sudah merasa nyaman dengan Enbi. Sebagai senior, mereka ingin melindungi Enbi seperti halnya melindungi juniornya yang lain.
"Kita harus jauhin Enbi dari Rafdi, Vin," usul Nadira yang disetujui Kalvin.
"Iya, semalem gue udah usir tuh si Rafdi. Kalau sampai dia jadi nginep, bisa bahaya kalo tbtb tengah malem Enbi dikokop."
PUKK
"Kampret! Ngapa lo pukul kepala gue Nad?!" kesal Kalvin lalu mengelus kepalanya yang pening.
Nadira cemberut dan menatap tajam kearah Kalvin. "Siapa suruh lo mesum tai!"
••••
Enbi sedang berjalan menuju halte, kali ini dia akan menemui Ratuputih. Penulis baru yang ia pegang, meskipun baru namun Ratuputih sudah terkenal sebelumnya. Kedatangannya ke Rainbow karena pindah kontrak.
Saat langkah Enbi mulai dekat dengan halte, tiba-tiba ia mendengar klakson mobil. Dengan cepat Enbi menoleh lalu terkejut saat mendapati mobil Rafdi yang mengikutinya. Enbi menelan ludahnya, dalam hatinya ia merasa senang. Namun ia pura-pura bodo amat, dan terus melangkah hingga duduk di halte yang sepi itu.
"Naik!" titah Rafdi dengan nada yang agak tinggi. Kaca Rafdi bahkan sudah diturunkan hingga bisa bertatapan dengan Enbi.
Ikut nggak ya? Gue sebenarnya udah nggak tahan, tapi gue gengsi!
"Gue bi-"
"Ini kontrak gede, gue harus ikut proses tanda tangan!"
Anjirlah! Udah baper beneran malah ternyata cuma demi kerja! Tengsin banget gue!
Dengan langkah berat, Enbi menuruni tangga halte lalu masuk kedalam mobil Rafdi.
"Duduk depan! Lo pikir gue sopir ojol?!" sindir Rafdi.
Enbi mendengus kesal lalu menutup pintu mobil dengan kencang. Hal itu tentu saja membuat Rafdi kesal. Saat Enbi sudah masuk dan duduk di mobilnya, cowok itu sudah siap mendamprat Enbi.
"Tangan lo kesurupan apa gimana? Nutup mobil pelan aja bisa nggak? Kenceng banget kalau rusak mau ganti lo?!" cerocos Rafdi.
Enbi mendesahkan napasnya. Sial, harusnya tadi dia tidak perlu mengiyakan ajakan Rafdi. Lebih baik dia naik trans saja harusnya.
"Dengar nggak lo?!" pekik Rafdi dengan nada yang tinggi. Hal itu membuat Enbi kesal, itu jelas. Namun dia mencoba menahan, karena bagaimanapun Enbi hanyalah bawahan.
Rafdi menghela napas kasar. Ia mencengkram setir mobilnya. Melirik Enbi yang terlihat biasa saja itu entah kenapa membuatnya kepanasan. Rasanya sakit hati yang ia terima saat kuliah dulu kini muncul lagi.
Asem, gue udah caper padahal malah dia bisu.
"Hmm.. ya!" Enbi menjawab singkat sambil bermain ponsel. Daripada kikuk berduaan di mobil hanya dengan Rafdi.
Rafdi mendengus kesal lalu melajukan mobilnya. Karena ini kontrak yang cukup besar, Ratuputih penulis populer dari aplikasi sebelah mau pindah ke lapak Rainbow.
Ditengah perjalanan Rafdi memutar musik. Bukan musik galau ala-ala generasi sekarang, ataupun musik barat agar kekinian. Rafdi justru memutar musik dangdut, lagu yang akhir-akhir ini sedang viral di sosial media dengan judul 'Selendang Biru'. Rafdi sengaja memutarnya, karena liriknya cocok sekali untuk menyindir hubungannya dengan Enbi.
Enbi yang manusia peka itu jelas tahu. Diapun merasa tersindir. "Jelek amat selera lagu lo!" sungutnya karena sudah tidak tahan dengan sikap Rafdi.
Rafdi menarik sudut bibirnya lalu menatap sinis ke Enbi. "Kata siapa? Ini tuh musik asli negara kita, wajib dilestarikan. Selera lo tuh yang norak, apa tuh plastik joget-joget!" sepertinya pancingannya sukses, lihat saja wajah merah Enbi yang sudah siap mendamprat Rafdi.
"Idih si sok paling indonesia tapi nggak ngaca dari atas sampai bawah pakai merk luar negeri. Najis!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Enbi Solo (21+)
Romance21+ Romance, Comedy ■■■ Setelah sekian lama menganggur. Enbi di terima di sebuah perusahaan penerbitan sebagai Editor. Namun kesialanya datang saat Enbi tahu kalau Ketua Tim divisinya adalah sang mantan. Lalu kesialanya datang bertubi - tubi saat...