30.

3.5K 75 5
                                    

Enbi dan Rafdi dibuat melongo dengan sosok Ratuputih. Bagaimana tidak kaget? Saat tahu kalau Ratuputih ini ternyata Ibu Rumah Tangga beranak dua. Mana anak bungsunya masih balita. Dan dengan tidak tahu malunya menyusui si balita didepan Rafdi. Enbi sampai panas rasanya, bahkan kedua bola mata Enbi tidak bisa berhenti mencuri pandang ke Rafdi.

"Enak ya? Liatin tete?" bisik Enbi tepat ditelinga Rafdi.

"Apaan sih geli!" protes Rafdi, pasalnya apa yang dikatakan Enbi memang benar. Bukan menikmati malah malu sekali, badannya panas dingin. Bisa-bisanya, si Ratuputih menyusui anaknya secara buka-bukaan di zaman modern seperti ini.

"Hehe, maaf ya. Habis suami saya lagi merantau, jadi saya nggak bisa ninggal anak sendirian," kekeh Ratu.

"Anjani sini! Jangan lari-lari!" pekik Ratu saat melihat anak sulungnya berlari-lari.

KRIETT

"Biar saya aja yang kejar, nanti anda bisa bicarakan kontrak lebih lanjut sama Enbi," Enbi langsung mendongak menatap Rafdi seolah menuntut penjelasan.

"Oh ya? Waduh terimakasih ya mas," jawab Ratu.

Enbi mendengus kesal sambil mengumpat dalam hati. "Sialan!"

Sementara Rafdi kabur dan memilih bermain bersama gadis kecil bernama Anjani. Berbeda dengan Enbi yang kini sedang bersabar menunggu Ratu selesai menyusui.

FYI, Ratu ini penulis yang sudah pernah cetak buku. Karyanya yang berjudul 'Suara Ibu Mertuaku' langsung terjual satu juta ekslempar, dan karyanya di XBM sudah dibaca 20 juta kali. Karena itulah, Rainbow begitu senang saat Ratu menyetujui kontrak diplatform ini.

"Sesuai perjanjian ya mbak, saya nggak bisa disuruh update tiap hari," ujar Ratu, wanita itu selesai menyusui anaknya. Menutup bajunya lalu meletakkan anaknya di stroller.

"Oh iya Mbak Ratu, kami juga sudah setuju. Selain itu, apa ada yang ingin ditanyakan lagi?" tanya Enbi.

"Ada," jawab Ratu sambil sesekali menengok kearah balitanya yang sedang mengoceh itu.

"Baik, silahkan Mbak," Enbi mempersilahkan Ratu untuk mengatakan persyaratannya.

"Jangan terulang lagi, saya nggak mau seperti kemarin. Naskah saya ditawarin ke rumah produksi tanpa sepengetahuan saya!"

Sebelum bergabung dengan rainbow. Memang sudah ada berita tentang ratuputih berseturu dengan penerbitnya dulu, penyebabnya seperti yang diucapkan Ratuputih. Penerbit Orange Marmalade diam-diam berdiskusi dengan Rumah produksi dengan mengambil keuntungan banyak semenrara Ratuputih hanya diberi keuntungan sepuluj persen, tentu saja ia menolak.

"Kami memastikan tidak akan terjadi seperti kasus itu Mbak," tegas Enbi.

Ratu mengangguk lalu meneguk minumannya. "Bagus, kalau kalian melanggar, sudah tahu kan konsekuensinya?"

Enbi mengangguk, kata Rafdi jika Rainbow melanggar maka pihak Rainbow akan didenda satu miliar.

"Kami memastikan tidak ada pelanggaran dengan kontrak kita Mbak."

"Ya bagus, semoga saya betah ditempat anda!"

•••••

Pulang dari restoran, nyatanya Rafdi tidak langsung membawanya ke kantor. Si kampret Rafdi ini malah membawa Enbi menjemput Ciani di Low Cafe.

Anjir kampret nih orang! Sengaja banget kan dia? huh! batin Enbi.

Mereka sekarang berada ditepi Cafe menunggu Ciani keluar. Sepanjang menunggu Ciani, Rafdi sibuk bermain game. Jadilah Enbi hanya mengheningkan cipta didalam mobil. Suntuk dan gabut, mana baterainya hampir habis. Maklum, ponselnya ini sudah tua dan keluaran lama. Bisa dibuat chat orang saja sudah syukur. Mau beli yang baru juga harus menabung, karena kebutuhan Enbi yang begitu banyak.

TOK TOK

Rafdi mematikan ponselnya lalu menurunkan kaca mobilnya. "Udah selesai?" tanyanya dengan nada lembut. Enbi yang melihatnya sampai bergidik jijik.

Iyuhhh sok lembut banget!

"Iya, udah Raf," jawab Ciani dengan tersenyum lebar.

Ini lagi, nggak kalah genit. Dasar cowok cewek sama aja gatelnya!

"Oh yaudah, tunggu bentar."

Rafdi menoleh ke Enbi dengan tatapan tajam. Enbi yang mendapati itu tidak mengerti maksudnya. Ya gimana mau ngerti, kalau yang bergerak hanya bola mata Rafdi. Sedangkan mulutnya hanya membisu.

"Apaan sih?!" tanya Enbi tidak tahan.

Rafdi menghela napas, padahal dia sudah memutar-mutar bola matanya tapi Enbi malah tidak mengerti.

"Pindah belakang!"

"Apa?!" pekik Enbi terkejut.

"Telinga lo masih normal kan?"

"Ish!" desis Enbi lalu membuka pintu mobil Rafdi.

Enbi mengigit bibirnya, dadanya kembang kempis karena menahan amarahnya. Dengan kesal ia menutup pintu mobil Rafdi dengan kencang.

BRAKKK

"Woy!" pekik Rafdi.

Namun sayang, Enbi tidak mengindahkan ucapan Rafdi. Lagi, dia membanting pintu mobil Rafdi dengan kencang.

Mampus! Biar copot sekalian! Kalau aja gue punya duit, gue pasti lebih pilih naik ojol

"Bisa nggak sih kalau nutup pintu tuh pelan aja? Lo pikir lo bisa ganti kalau rusak?" hardik Rafdi.

Enbi hanya menyilangkan kedua tangannya didepan dada dan memutar bola matanya malas. Ia memilih untuk tidak menanggapi ucapan Rafdi dan lebih memilih menatap jalanan.

"Kenapa sih Raf?" tanya Ciani yang sudah duduk disebelah Rafdi.

"Sini gue bantu," Rafdi mendekat kearah Ciani dan membantunya memakai seatbelt.

Wah! Sialan banget, sengaja ya dia manasin gue. Cih, dia pikir gue cemburu? Ya jelas gue cemburu lah!

Karena terlalu cemburu, Enbi sampai mencengkram kemejanya untuk menekan rasa marahnya. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri, harusnya dia tadi jalan kaki saja daripada makan hati.

"Duh makasih Ya Raf," Suara Ciani mengalun lembut, siapapun lelaki yang mendengarnya pasti tersihir dengan keanggunan gadis itu.

Kampret! Kampret! Nggak lagi- lagi gue!

"Iya sama-sama."

Kalau boleh muntah didalam mobil, mungkin Enbi akan muntah sekarang juga. Habis dia begitu jijik melihat tingkah dua sejoli didepannya ini. Enbi berusaha mengabaikan, namun entah kenapa hatinya begitu bergejolak merasakan sakit. Sejujurnya dia sakit hati, begitu mudahnya Rafdi pindah kelain hati.

Mobilpun melaju, sepanjang perjalanan yang terdengar hanya obrolan Ciani dan Rafdi. Padahal tadi saat bersama Enbi, Rafdi diam membisu. Kalau mengingat hal itu, entah kenapa kedua mata Enbi rasanya panas.

"Malam minggu main ke rumah ya Raf, Mami kangen sama kamu."

Oh, jadi udah saling main

Enbi merasa ada yang meremas dadanya hingga membuatnya sesak. Dia merasa ditipu berkali-kali. Sekarang dia sadar, sejauh apapun itu, Enbi harus sadar diri kalau dirinya tidak pantas dengan Rafdi. Cukup, sepertinya ia harus mengubur perasaanya sekarang juga sebelum semakin jauh. Ia mencintai Rafdi, namun Enbi sadar dia bukan siapa-siapa.

Dengar Enbi, mulai detik ini lo harus sadar lo nggak pantes buat Rafdi.

Ciani cantik, pintar, dan tentunya anak dari orang berada. Cocok dengan Rafdi, tidak seperti dirinya yang sebatang kara.

"Oh ya? Nanti gue kesana sekalian main sama Abang lo."

Bahkan Rafdi udah akrab sama kakaknya Ciani.

Aduh kenapa mau netes air matanya? Jangan netes! Bikin malu aja

Karena merasa air matanya tak bisa ditahan lagi. Refleks Enbi menutupi wajahnya dengan rambut panjangnya hingga menarik atensi Ciani.

"Ya ampun Enbi! Gue kira penampakan kunti!"

••••

Semangat update liburan.
Jangan lupa vote & comment bestiii

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang