24.

4K 75 1
                                    

Nadira mencuri pandang kearah Enbi yang mendadak diam membisu sejak kemarin. "Lo kenapa dah Bi?" tanyanya.

Padahal mereka duduk berdampingan didalam bus ini. Tapi Enbi diam saja membuat Nadira jadi kesal sendiri. Enbi menoleh kearah Nadira dan tersenyum tipis. Ia enggan menjawab pertanyaan Nadira karena perasaannya masih buruk. Dia masih tidak bisa melupakan sikap Rafdi kemarin.

"Yaudah deh mungkin lo lagi puasa ngomong aja," sahut Nadira yang dijawab anggukan oleh Enbi.

Enbi menyandarkan kepalanya dijendela bus sambil menggalau ria tentang permasalahannya dengan Rafdi. Sial sekali rasanya, mana dia sudah terlanjur membangkitkan perasaanya lagi. Tapi ternyata Rafdi malah ingin mengajaknya kearah sesat.

Lo kudu berhenti suka sama Rafdi, Bi. Lo emang nggak punya orang tua tapi jangan mau diinjek-injek seenaknya.

••••

"Gimana liburannya?"

"Kok kusut banget mukanya?"

Enbi langsung memeluk Lilo yang sedang menjemur pakaian itu. Lilo mengernyitkan dahi dengan tingkah sahabatnya ini. Lalu tertegun saat mendengar isakan pelan dari Enbi.

"Lo kenapa Bi?" tanya Lilo.

Enbi melepas pelukannya lalu menatap Lilo. Lilo terkejut saat mendapati kedua mata Enbi yang sudah sembab itu. "Kenapa lo Bi? Siapa yang bikin lo nangis? Bilang! Biar gue sleding tuh orang!" cerocos Lilo.

Enbi masih diam lalu berjalan masuk menuju kamarnya. Lilo lalu melempar bajunya kedalam ember dan berlari mengejar Enbi.

"Lilo, masa gue mau di unboxing Rafdi kemarin?" ujar Enbi sambil menangis.

Lilo masuk kedalam kamar Enbi lalu menutupnya supaya obrolan mereka tidak didengar tetangga lainnya. "Apa? Kok bisa?" tanyanya.

Enbi menyeka ingusnya dengan tisu lalu menjawab pertanyaan Lilo. "Dia sengaja pesenin kamar buat gue sama dia, terus dia bawa gue kesana dan mau unboxing gue. Dan yang bikin gue sakit hati, masa dia bilang gini Lo, 'Katanya lo cinta sama gue? Masa ga mau ngelakuin ini sama gue?' huaaa," Enbi langsung menangis histeris.

Sementara mulut Lilo komat-kamit menyumpahi Rafdi. "Terus lo jadi di unboxing nggak?" tanyanya.

Enbi menggeleng, Lilo langsung menghela napas lagi. Dia saja yang melakukan seks bebas tidak ingin menjerumuskan Enbi. Bisa-bisanya Rafdi mau unboxing Enbi secara gratisan. Dasar laki-laki brengsek.

"Bangsat banget sih tuh cowok! Udah mulai sekarang lo jangan mau dideketin sama dia! Mending sama si Elmo atau siapalah itu!" titah Lilo yang kini sudah duduk disamping Enbi.

"Tapi gue cinta sama dia Lo. Huhu," isak Enbi yang membuat Lilo memanyunkan bibirnya.

"Ya terus kenapa? Mentang-mentang cinta lo harus serahin diri lo gitu? Jangan bego, gue aja nyesel nyerahin keperawanan gue sama mantan!" jelas Lilo, gadis itu memang kehilangan mahkotanya bukan dengan pacarnya yang sekarang melainkan mantannya saat SMA.

"Sakit banget hati gue Lo. Gue masih sayang banget sama dia, huhu."

Lilo menarik sudut bibirnya. Ia agak kesal dengan sikap Enbi. Padahal dulu juga ia begitu sih. Mengemis cinta laki-laki sampai menyerahkan mahkotanya secara gratis supaya tidak ditinggalkan. Karena dulu Lilo merasa tidak bisa hidup tanpa mantannya. Bahkan ia bisa mati kalau mantannya meninggalkannya. Hingga akhirnya dia terjebak dalam percintaan bodoh dan ujungnya dia tetap ditinggalkan. Karena itu juga, Lilo hanya ingin melindungi Enbi dar janji buaya darat.

"Cinta boleh bego jangan Bi! Kalau gue bisa muter waktu, gue nggak mau nyerahin perawan gue gratisan!"

••••

"Jadi gimana liburan kemarin?"

Enbi menoleh ke sumber suara lalu tersenyum tipis. "Seru kok, kemarin juara dua."

Elmo yang duduk didepan Enbi ikut tersenyum. "Oh ya? Apa hadiahnya?" tanyanya.

Enbi dan Elmo sekarang berada di apartemen laki-laki itu. Tepatnya di meja makan mereka mengejakan pekerjaan mereka. Enbi dengan teliti membaca bab baru Elmo, sedangkan Elmo sibuk mengetik naskah sambil sesekali mencuri pandang ke Enbi.

"Uang satu juta," jawab Enbi.

"Banyak juga hadiahnya."

"Iya," jawab Enbi yang mengecoh atensi Elmo. Sejak datang kesini, wajah Enbi keliatan kusut dan tidak bersemangat. Entah masalah apa yang dihadapi gadis itu, namun tidak tahu kenapa Elmo tidak suka melihat Enbi yang seperti itu.

"Gimana? Udah selesai belum?" tanya Elmo lalu menutup laptopnya tanpa sepengetahuan Enbi.

"Sebentar Mo, tinggal satu paragraf," ujar Enbi.

Lima menit kemudian. Enbi sudah selesai mereview bab novel Elmo. "Udah aku kirim ke email kamu Mo."

"Nanti aku cek, sekarang aku kena writer block Bi," ujar Elmo yang membuat Enbi mendelik, pasalnya kata-kata writer block adalah kata yang paling ditakuti penulis dan editor.

Dengan reflek Enbi memijit pelipisnya. Ia agak trauma dengan kata 'writer block' karena Tori pernah bercerita tentang betapa frustasinya dirinya saat penulisnya terkena writer block sampai satu bulan.

"Oh oke, ada yang bisa aku bantu? Atau mungkin kamu pengen healing dulu. Biar otak kamu bisa segar lagi?" tawar Enbi.

Elmo langsung tersenyum lebar. "Aku rencananya mau nonton film bioskop sih, ada film yang mau aku tonton," kodenya pada Enbi.

"Oh ya? Apa itu? Apa perlu aku temani?"

Yes! Akhirnya pancingan gue berhasil. Elmo bersorak dalam hati.

"Boleh, ayo berangkat sekarang!" jawab Elmo semangat.

Sementara Enbi malah mendadak ngelag. "S-sekaranh?" tanyanya.

Elmo mengangguk. "Iya, sekarang! Kamu sibuk nggak?" tanyanya.

"Dua jam lagi sih sebenarnya," jawab Enbi.

"Ya udah masih dua jam lagi kok, ayo berangkat sekarang!" titah Elmo.

Enbi mengangguk lalu memasukkan barangnya kedalam tas ranselnya. Setelah itu berjalan mengekori Elmo. Lalu lima menit kemudian, mereka sudah berada didalam mobil.

"Kamu ada saran nggak biar aku bisa semangat nulis lagi?" tanya Elmo saat mobilnya sudah melaju.

Enbi melirik kearah Elmo, tampan sekali, putih mulus, hidung mancung, rahang kokoh mana wangi lagi. Sejak dulu Elmo memang selalu mempesona. Apalagi sekarang malah semakin tampan. Tanpa sadar jantung Enbi berdebar kencang. Perutnya seperti digelitik ribuan kupu-kupu, namun tiba-tiba wajahnya berubah kusut saat wajah Rafdi muncul diotaknya.

Sial! Ngapain sih wajah si kampret muncul!

Enbi langsung memanyunkan bibirnya. Hal itu menarik atensi Elmo saat melihat Enbi bersandar dikaca dengan wajah kusut dan bibir manyun.

"Kenapa?" tanya Elmo.

Enbi langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi tenang. "Enggak apa-apa kok, Mo," bohongnya.

Namun Elmo tidak percaya. "Kamu keliatan kusut banget hari ini, kalau nggak keberatan, kamu mau healing nggak?" tawarnya.

Enbi mengerjapkan kedua matanya. Ia tidak percaya Elmo menawarinya healing bersama. Tentu saja dia tidak akan menolak. Kapan lagi dapat kesempatan jalan berdua dengan penulis terkenal? Soal jadwal revisi, ah nanti dia akan menghubungi penulisnya untuk via zoom nanti malam. Kalau soal kantor, dia bisa bilang masih ada kerjaan sama Elmo. Tentu saja kantor tidak berani, kan Elmo anak kesayangannya.

"Boleh."

Elmo dan Enbi tersenyum bersamaan dan saling menatap. Keduanya saling menaruh rasa euforia untuk perjalanan mereka hari ini.

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang