Rafdi pulang dengan perasaan kacau. Seharian ini dia gagal meyakinkan Enbi untuk jauh dari Elmo. Namun Enbi sama sekali tidak percaya padanya.
"Pulang Raf?!" sapa Asri saat melihat anak sulungnya masuk kedalam rumah.
"Iya Bun," jawabnya lalu menyalimi Bundanya yang duduk di ruang tamu.
"Makan dan mandi dulu Raf, ada yang mau bunda sama ayah omongin," ujar Asri yang membuat kening Rafdi berkerut.
"Ada apa Bun?" tanyanya penasaran. Pasalnya kalau sang bunda dan ayahnya mengajak bicara, pasti ada hal serius.
"Nanti aja, mandi sama malan dulu sana!" titah Asri.
Rafdi menghela napas. "Yaudah aku ke kamar dulu," ujarnya lalu berjalan menuju kamarnya.
Sampai kamar, Rafdi tidak langsung mandi. Ia malah merebahkan tubuhnya diatas ranjang sambil memejamkan kedua matanya. Kepalanya serasa berat saat mengingat Enbi dan Elmo.
Kalau aja gue lebih sabar, pasti Enbi nggak oleng ke Elmo.
Rafdi menyesal karena kemarin membiarkan emosi menguasai dirinya. Sampai akhirnya terulang lagi, membuat Enbi pergi lagi dari hidupnya.
TOK TOK TOK
"Raf! Jangan lama-lama! Buruan!" pekik Asri dari luar pintu kamar Rafdi.
"IYA!!" teriak Rafdi.
"Huh, ada apa sih?!" gumamnya lalu bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi.
Sampai sepuluh menit kemudian. Rafdi selesai mandi dan berpakaian. Ia langsung berjalan menuju pintu dan membukanya. Menuruni tangga dan menuju meja makan. Meskipun dia tidak nafsu makan, dia harus tetap makan karena malas mendengar omelan Asri.
Ia duduk di meja makan sendirian menyantap makan malam. Setelah selesai, ia menuju ruang tamu yang sudah ditunggu oleh kedua orang tuanya.
"Kenapa Yah, Bund?" tanyanya lalu duduk di sofa.
"Duduk!" titah Gandi, ayah Rafdi. Rafdi langsung duduk di sofa sebelah Asri.
Setelah Rafdi duduk, Asri mulai membuka suara. "Raf, kami akan menjodohkan kamu dengan Ciani."
"APA?! NGGAK MAU!" tolak Rafdi mentah-mentah.
Hal itu sukses menyulut emosi Asri. "Nunda sudah setuju, secepatnya kalian akan tunangan. Lagipula kalian udah kenal dari kecil luar dalam jadi ng-"
"Aku nggak mau Bund!" tegas Rafdi.
Sementara Ibu dan anak itu bertengkar. Gandi hanya diam saja, karena sejujurnya beliau juga tidak setuju dengan usul sang istri.
"Terus kalau kamu nggak mau kamu mau pacaran sama cewek miskin itu?!" pekik Asri yang membuat Rafdi mengernyitkan dahi.
"Maksud bunda apa?"
"Ciani sudah cerita semua, katanya kamu dekat sama perempuan dari panti asuhan kan?"
degg
Darimana Ciani tahu hal itu? Padahal Rafdi bahkan tidak pernah membahasnya. Sejak awal pacaranpun, ia sudah mendengar cerita dari Enbi kalau gadis itu berasal dari panti asuhan. Rafdipun tidak mempermasalahkannya selama menurutnya sang mantan itu baik.
"Bukan urusan bunda!" hardik Rafdi, ia tidak suka bundanya seolah menghina Enbi.
Kini Gandi menatap Rafdi. "Benar apa katamu bundamu, Raf. Sebaiknya kamu cari jodoh yang asal usulnya jelas," ujarnya.
Rafdi tersenyum kecut. "Dia baik, meskipun dia cuma anak panti. Aku udah kenal sam-"
"Tapi dia nggak punya keluarga Raf! Bisa aja kan, dia itu aslinya anak pelacur yang dibu-"
"Cukup Bund! Jangan hina Enbi lagi!"
"Oh, jadi namanya Enbi?"
Rafdi terdiam, ia mengepalkan kedua tangannya. Dia bersumpah habis ini akan mendamprat Ciani. Ia tahu sejak dulu Ciani menyukainya bahkan berharap hubungan lebih darinya. Namun Rafdi tidak pernah meresponnya, karena sudah menganggap Ciani adik perempuannya. Lagipula, meskipun sudah putus lama. Di hatinya belum selesai akan perasaanya pada Enbi.
"Ya! Jangan pernah bunda ganggu dia atau aku bakalan pergi dari rumah ini!"
••••
"Sumringah amat tuh muka!" sapa Lilo yang baru saja menjemur pakaian.
Enbi baru saja keluar kamar bersiap untuk berangkat kerja. "Iya dong, kan gajian hihi," kekehnya.
"Bagus, jangan lupa bayar utang!"
Enbi langsung terbahak. "Hehe, iya Lo. Tapi gue cicil ya," balasnya yang diangguki oleh Lo.
"Makan dulu sana, gue masak nasi goreng ayam," titah Lilo yang langsung membuat Enbi girang. Lagian siapa yang menolak rezeki di pagi hari?
"Wah makasih Lilo ku sayang," jawabnya lalu masuk kedalam kamar Lilo. Didepan TV sudah terhidang nasi goreng, lalapan, dan minuman. Tanpa menunggu Lilo, ia langsung mengambil piring di rak sahabatnya. Lagian sudah terbiasa Enbi minta makan Lilo. Jadi dia nggak perlu sungkan.
Setelah Enbi duduk dan menyendokkan makanan. Lilo datang dan juga duduk disamping Enbi. Ia mengambil piring dan menyendokkan nasi goreng ke piringnya.
"Gimana? Katanya lo mau cerita soal Rafdi kemarin?" tanya Lilo.
Kemarin saat Rafdi menjelekkan Elmo. Enbi memang langsung mengirim pesan ke Lilo. Berharap akan curhat sepulang kerja, namun nyatanya Lilo lembur sampai malam. Alhasil Enbi memilih tidur duluan saja.
"Rafdi ngejelekin Elmo Lo," ujarnya.
Kening Lilo berkerut karena penasaran. "Ngejelekin gimana?"
"Katanya jangan sama Elmo, terus Sekala nggak terimalah katanya. Padahal Elmo sendiri juga udah cerita, dia sama Sekala udah putus lama."
"Halah emang dasarnya Rafdi yang suka nyinyir aja itu, hatinya jelek suka ngejelekin orang. Lo kan dulu juga digituinkan? Udah nggak usah didengerin, fokus aja Elmo," ujar Lilo yang membuat Enbi tersenyum.
Perasaanya menjadi lega, setidaknya ucapan Lilo memberinya pencerahan. Karena setelah berbicara dengan Rafdi kemarin, sejujurnya ia gusar juga. Habis wajah Rafdi terlihat meyakinkan jadi ia takut.
"Bener juga sih Lo, dia dulu kan juga nyiyiran gue!"
"Nah kan, makannya jangan percaya tuh sama mulut lemes!" sahut Lilo, ia memang paling senang kalau disuruh menghujat Rafdi.
Enbi menarik napas panjang dan menghembuskannya. Entah kenapa nafsu makannya tiba-tiba turun. Padahal ini makanan gratis, harusnya dia bersemangat. Hal itu tak luput dari atensi Lilo.
"Kenapa Lo? Muka lo tiba-tiba masam aja!" tanya Lilo.
"Hati gue masih cenat-cenutnya ke Rafdi Lo," ujar Enbi yang membuat Lilo agak geram.
Sumpah ya, dari dulu sampai sekarang Lilo paling benci menghadapi kebucinan Enbi. Meskipun hubungannya dengan Rafdi tidak lama. Nyatanya itu sangat membekas bagi Enbi. Meskipun dulu saat awal putus dengan Rafdi dia biasa saja. Namun nyatanya sepulang kuliah gadis itu selalu menangis dihadapan Lilo. Tak terima diputuskan oleh Rafdi.
Sayangnya Rafdi tidak mau mencoba melihat isi hati Enbi yang terdalam. Cowok itu hanya menyimpulkan perasaan Enbi berdasarkan pengamatannya sendiri.
"Bi! Udahlah, coba sama yang baru. Cowok di dunia ini nggak cuma Rafdi!" hardik Lilo yang kesal karena kebucinan tolol Enbi pada Rafdi. Padahal Lilo sendiri juga bucin tolol sama pacarnya sekarang sampai melakukan hubungan seks diluar nikah.
Cinta memang setolol itu. Bisa membuat orang diluar nurul kalau lagi jatuh cinta.
••••
Met pagi all
Jangan lupa vote+comment yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Enbi Solo (21+)
Romance21+ Romance, Comedy ■■■ Setelah sekian lama menganggur. Enbi di terima di sebuah perusahaan penerbitan sebagai Editor. Namun kesialanya datang saat Enbi tahu kalau Ketua Tim divisinya adalah sang mantan. Lalu kesialanya datang bertubi - tubi saat...