"Enbi! Yuhuu dicari cowok ganteng!"
CKLEK
Brakk
"Auhh sakit bi!!"
Rafdi jatuh tersungkur di lantai akibat didorong oleh Enbi. Kedua mata Enbi mendelik saat melihat cowok yang datang bersama Lilo. Sementara Lilo, gadis itu sudah berkacak pinggang saat melihat kehadiran Rafdi. Amarahnya tersulut sudah siap ingin mendamparat Rafdi.
"BI! LO NGAPAIN BAWA DIA KESINI?!" teriak Lilo.
Bukannya dibantu, justru malah diteriaki. Rafdi mendadak sangsi dengan Lilo. "Bi tolongin!" pintanya.
Namun Enbi tidak menanggapinya justru malah menarik lengan Lilo. Takut kalau Lilo mendamprat Rafdi benaran. Pasalnya, Lilo bahkan selalu melindungi Enbi ketika digoda preman jadi-jadian didekat kostnya.
"Rafdi, lo ngapain disini?" Kening Elmo masih berkerut. Masih banyak pertanyaan diotaknya. Apalagi saat melihat Enbi tadi dipeluk Rafdi. Ya, Elmo masih bisa melihatnya meskipun sekilas saja.
Rafdi memegang pantatnya yang ngilu lalu menatap kearah Elmo yang berdiri disudut pintu. Pandanganya sudah tidak bersahabat, akhirnya Rafdi tahu kemana tadi Enbi pergi. Dengan susah payah dia berdiri lalu menatap sinis kearah Enbi.
"Ngapain lo disini? Masih berani lo nemuin Enbi?!" teriak Lilo.
"Lo, udah!" bujuk Enbi takut tetangganya terganggu dengan kemarahan Lilo.
"Apasi diem!" bentak Lilo.
"Heh! Jangan bentak Enbi!" balas Rafdi tidak terima.
Elmo yang berada disudut pintu hanya diam menonton Rafdi dan Lilo yang akan adu mulut.
"Bacot! Dasar omes nggak tahu diri!"
"Siapa yang omes?!"
"Lo!"
"Nggak usah nuduh!"
"Udah berhenti woy!" pekik Enbi kesal. Pulang jalan-jalan bukannya moodnya bagus malah jadi berantakan.
Lilo dan Rafdi langsung terdiam. Sementara Elmo mendekat ke Enbi. "Ponsel kamu ketinggalan," ujarnya lalu menyodorkan ponsel milik Enbi.
Dengan tidak sabaran Rafdi merampas ponsel Enbi. Amarahnya makin tersulut saat mendengar Elmo memanggil Enbi dengan 'Kamu'.
"Apa-apaan lo Omes?!" sungut Lilo tidak terima.
"Bisa diem nggak lo!" bentak Rafdi.
"Jangan kasar sama cewek!" Elmo merasa terganggu dengan nada tinggi Rafdi. Dia menghadap kearah Rafdi yang sudah memerah wajahnya karena marah.
"Tenang dikit lah!" saran Elmo namun tidak dengarkan Rafdi. Rafdi malah menarik kerah kaos Elmo.
"Jangan gangguin Enbi!" titah Rafdi yang langsung ditarik Enbi.
"Orang gila! Udah! Lepasin Elmo!" pakik Enbi menarik tubuh Rafdi dari belakang. Posisinya sekarang dia memeluk Elmo.
Oh jadi ini yang namanya Elmo? Gila cakep bener! Pantesan Enbi pernah tergila-gila. batin Lilo.
Rafdi tersenyum kecut lalu melepaskan kedua tangan Enbi yang melingkar dipinggangnya. Ia memutar tubuhnya dan menghadap Enbi. "Lo belain dia?" wajah Rafdi kini berubah datar.
Harusnya Enbi membalas 'Iya' tapi kenapa ia merasa sakit saat menatap wajah sendu Rafdi. "Iyalah! Ngapain belain omes kayak lo!" bukan Enbi yang menjawab namun Lilo.
Enbi tak bergeming, karena tidak ada jawaban darinya. Rafdipun menarik sudut bibir hingga tercipta senyuman sinis. "Ok kalau gitu!" ujar Rafdi datar. Lalu pergi dari kamar Enbi.
Dada Enbi rasanya sesak saat ditinggal oleh Rafdi. Harusnya tadi dia mencegah saja. Namun kenapa mendadak tubuhnya kaku untuk diragukan?
"Baguslah si Omes pergi!" ujar Lilo senang. Sementara Enbi hanya bisa menelan ludah, ketika ucapannya tidak singkron dengan hatinya.
"Kenapa dipanggil Omes?" tanya Elmo penasaran.
Lilo tersenyum. "Dia mesum soalnya!" jawab Lilo sambil terkekeh. Harusnya Enbi tertawa, namun bibirnya juga mendadak malas untuk digerakkan.
••••
"Heh! Diem aja dari tadi!"
Enbi yang sedang menyantap roti gocengan itu menatap kearah Nadira yang sudah berdiri didepan kubikelnya. Sejujurnya tidak ingin meladeni seniornya, namun ia sungkan. Perasaanya belum kunjung membaik setelah kejadian kemarin.
"Kantin yuk?" ajak Nadira namun Enbi menggeleng dan mengacungkan rotinya.
"Ah nggak kenyang itu! Ayolah gue traktir!" biasanya Enbi akan langsung bersemangat kalau dihadapkan dengan gratisan. Namun sayang kali ini dia menggeleng. Hal itu sukses menarik perhatian Nadira.
"Sumpah lo nggak mau Bi?" pekik Nadira tidak percaya.
"Iya Mbak, kerjaanku lagi banyak," sahut Enbi yang membuat Nadira tidak lantas percaya. Perempuan beranak satu itu bahkan sampai tepuk tangan karena terkejut dengan sikap Enbi.
"Ngapain tepuk tangan Mbak? Nggak ada dapet hadiah ini!" Enbi keheranan melihat Nadira yang tepuk tangan.
"Kayaknya bakal masuk lambe turah, seorang Enbi menolak gratisan," Nadira tertawa sampai membuat Enbi memanyunkan bibirnya.
Perasaanya yang buruk tadi perlahan menguap menjadi kesal karena digoda Nadira. "Apaan sih Mbak!" kesalnya.
Bukannya diam, Nadira malah semakin ingin menggoda Enbi. "Ntar gue kasih tau Kalvin sama Tori."
Enbi sampai bangkit dari duduknya, meletakkan rotinya asal dan mendekat ke Nadira. "Ah! Udah sana pergi makan! Jangan ganggu gue kak!" Enbi mendorong tubuh Nadira hingga keluar dari ruangan. Membiarkan Nadira yang masih terbahak karena tingkah ajaib Enbi.
Seperginya Nadira, Enbi kembali ke kubikelnya, menyantap roti yang tinggal sedikit. Sambil kedua mata membaca naskah dari Sibel. Meskipun sesekali fokusnya terpecah saat kejadian semalam terputar diotaknya.
Kampret ngapain sih mikirin sih omes?!
Enbi berusaha fokus namun tetap saja kesulitan. Akhirnya dia memilih pergi ke toilet untuk mencuci muka biar lebih segar. Sampai di toilet, dia langsung menuju wastafel dan menguncir kuda rambutnya.
"Gue denger-denger habis ini ada sidak tau," ujar Lupita yang berdiri disebelah Enbi.
Lupita sedang berbicara dengan Giselle. Tak merasa kenal dekat, akhirnya Enbi memilih mencuri dengar saja.
"Oh ya? Kenapa lagi nih?" Giselle bertanya dengan nada agak panik.
"Ada laporan kalau ada salah satu penulis yang jiplak ide dari Mariossa."
"Mariossa itu punya Hana nggak sih?"
Enbi membasuh wajahnya dengan air. Hal itu menarik atensi Lupi. "Lo udah denger belom Bi?" tanya Lupi tiba-tiba.
Enbi mengambil tisu dan mengusap wajahnya. Hal itu membuat Lupi dan Giselle mencuri pandang ke Enbi. Pasalnga wajah Enbi terlihat bersih dan sehat, meskipun tidak seglowing mereka.
"Nggak, gue nggak dengar. Emang kenapa sih?" tanyanya penasaran.
"Ada yang jiplak novelnya Mariossa dan parahnya dia juga penulis diplatform kita nggak tuh," ujar Lupita lalu memoles lipstick di bibirnya.
"Alamatlah kita lembur," sahut Giselle tidak semangat.
Enbi menaikkan kedua alisnya. "Kalau ada kasus gini emang seribet itukah?" tanyanya.
Lupi menatap Enbi dan mengangguk. "Iya, bakal rapat panjang nanti kita. Belum lagi Rafdi pasti ngomel kek kereta cepat."
Enbi mengangguk saja pasalnya dia juga tidak mengerti dengan persoalan ini.
"Lo kudu buruan hubungin semua penulis lo, jangan sampai Rafdi tau duluan bisa mampus nanti," saran Lupi.
Kedua bahu Giselle mendadak lemas. Ia menatap Lupi dengan pandangan suram. "Gue agak curiga sama penulis gue Pi," Lupi dan Enbi langsung menoleh ke Giselle.
"Waduh! Gue jadi merinding Sel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Enbi Solo (21+)
Romance21+ Romance, Comedy ■■■ Setelah sekian lama menganggur. Enbi di terima di sebuah perusahaan penerbitan sebagai Editor. Namun kesialanya datang saat Enbi tahu kalau Ketua Tim divisinya adalah sang mantan. Lalu kesialanya datang bertubi - tubi saat...