1. Derita anak baru

16.1K 115 0
                                    

"Heh. anak baru. printin dong," perintah Ciani. Dia pegawai yang menyindir Enbi tadi.

Enbi ingin menolak. Namun, dia tidak bisa menolak karena pegawai baru. "Iya mbak," jawabnya.

Ciani lalu menyerahkan flashdisknya pada Enbi. "Nama filenya The hidden Blood."

"Baik Mbak," jawab Enbi cepat. Dia harus banyak bersabar. Nanti kalau sudah sebulan, lihat saja. Tidak ada yang namanya Enbi si Pesuruh.

Enbi berjalan ke ruang print. Di sana, ada juga Nadira teman setimnya. Tapi Nadira keliatan lebih ramah daripada Ciani.

"Pasti di suruh Ciani?" tebaknya.

Enbi ingin sekali menjawab Iya. Tapi takut menjadi huru - hara. Soalnya, semalam suntuk Lilo menceritakan tips dan trik menghindari pertikaian di kantor.

1. Kalau di ajak teman membicarakan teman kerja lainnya. Cukup dengerin dan senyumin. Karena kita bisa berpotensi di adu domba.

2. Jangan terlalu akrab dengan teman kerja. Karena Lilo sudah sering di tipu teman kerja.

3. Jangan kaget kalau mereka selalu mencari muka ke atasan.

Intinya begitu sih. Tapi selama part time Enbi juga nggak jauh dari tipe orang seperti itu. Enbi kira, orang seperti itu hanya ada di sinetron dan drama saja. Ternyata beneran ada.

"Emang gitu orangnya," ucap Nadira, Enbi hanya bisa mengangguk saja.

"Fresh graduate?" tanya Nadira.

Enbi mengangguk. "Bisa dibilang fresh graduate bisa enggak juga sih Mbak." ujarnya.

"Maksudnya? Lo angkatan berapa sih?"

"Aku angkatan 2016 Mbak."

"Lah, sama dong kayak Rafdi!" ujar Nadira, Enbi langsung tersenyum canggung saat Nadira menyebut nama Rafdi. Nama keramat yang Enbi hindari.

"I-iya Mbak."

"Lo jurusan apa emangnya? Anak sastra juga?" Nadira mulai mengorek Enbi, alarm bahaya mulai muncul di kepala Enbi. Takut kalau Enbi keceplosan.

"Bahas-"

"Udah belom? Malah ngobrol!" belum selesai ucapan Enbi, Ciani sudah nongol memasang wajah kesalnya.

"Eh, ini Mbak. Udah selesai," Enbi langsung membawa berkas itu ke Ciani.

Nadira yang melihatnya mencebikan bibirnya. Ciani dengan senioritasnya.

"Kalau disuruh itu yang cepet jangan ngobrol sendiri!" peringat Ciani lalu pergi meninggalkan Nadira dan Enbi.

"Ngeselin banget emang tuh orang! Belagu aja mentang - mentang lagi deket sama Kepala Editor," cetus Nadira.

Awalnya, Enbi tak ingin menanggapi. Namun ada bunyi kretek dihatinya setelah mendengar ucapan Nadira. Ayolah Enbi, ini sudah lima tahun berlalu. Wajar saja jika, Rafdi punya kekasih baru. Akan lebih lucu, kalau Rafdi menjomblo diusianya yang sudah matang. Padahal Enbi sendiri sudah matang usianya namun masih saja jomblo setelah putus dari Rafdi.

■■■■■■

Meeting pertama Enbi setelah masuk ke rainbow publisher. Kali ini, Dia harus menatap wajah mantannya yang makin hari makin tampan saja. Gayanya juga nggak secupu dulu. Dulu Rafdi sangat cupu, berbeda dengan sekarang yang stylenya kekinian banget.

"Untuk Enbi nanti ada tiga naskah masuk ke kamu. Kalau butuh bantuan, bisa tanya Ciani atau Hara," jelas Rafdi.

Enbi mengangguk lalu kedua bola matanya bertemu pandang dengan Ciani. Gadis itu, menatapnya tajam sampai Enbi memutuskan pandangannya.

"Lo tanya aja ke Gue, kalau nggak berani sama Ciani," Enbi menoleh ke sumber suara.

Enbi mendapati lelaki yang duduk disampingnya. Enbi belum berkenalan dengannya, karena lelaki itu datang terlambat, juga Enbi yang terlalu fokus dengan rapat kali ini.

"Oh, iya."

"Gue Kelvin. Lo?" tanyanya.

"Enbi."

"Lo dari jurusan apa?"

Enbi kira, percakapan mereka akan berhenti sampai perkenalan nama. Namu  ternyata, Kelvin mampu membuat Enbi nyaman dengan obrolan mereka. Hingga sekarang, Enbi, Kelvin dan Nadira sudah berada di meja kantin untuk istirahat siang.

"Jadi awalnya Mbak Nadira sama Bang Kelvin pdkt juga?" tanya Enbi.

Obrolan mereka sekarang sudah sampai kemana - mana. Padahal ini hari pertama Enbi kerja. Namun Enbi sudah nyaman dengan mereka berdua.

"Iya gitu. Cuman dia nih br*ngs*k. Ternyata, ceweknya banyak," keluh Nadira.

Kelvin menekuk wajahnya. "Ya kan cuma teman Nad," protes Kelvin.

"Eh, lihat deh Ciani sama Rafdi," ucap Nadira tiba - tiba mengalihkan pembicaraan.

Enbi dan Kelvin langsung menoleh ke arah orang yang di bicarakan Nadira. Di sana terlihat, Rafdi dan Ciani yang duduk bersama sambil menikmati makan siang.

"Ciani, Ciani. Gue tawarin surga malah milih neraka jahanam," sindir Kelvin.

Enbi mengernyitkan dahi. "Eh? Kenapa emang Bang?" tanya Enbi penasaran.

"Jadi, Kelvin setahun lalu tuh ngedeketin Ciani. Tau deh biar Kelvin aja yang cerita," ujar Nadira saat melihat wajah masam Kelvin.

Akhirnya Kelvin bercerita, meskipun sebenarnya dia malas membahas masa lalu.

"Ya gitu, gue deketin Dia. Jalan bareng, pulang bareng, kemana - mana bareng. Pas gue tembak, eh katanya Dia suka sama Rafdi. Katanya Dia mau deketin Rafdi lagi, soalnya Rafdi abis putus sama ceweknya," jelas Kelvin.

Enbi mengangguk. Dia tahu mantan Rafdi yang dimaksud Kelvin. Dia Sasmi, dulu teman organisasi Rafdi. Enam bulan setelah putus darinya, Rafdi sudah menjalin hubungan dengan Sasmi.

"Kasian banget lo Bang," ujar Enbi.

"Ya kasihanlah Bi. Udah ditinggal nikah Nadira, eh habis itu ditinggal gebetan deketin crushnya," keluh Kelvin.

Nadira tertawa. "Salah Lo. Nggak niat waktu itu!"

"Gue udah niat ya. Lo aja yang lebay waktu itu,"

"Udah Bang, Mbak. Udah masa lalu juga," tegur Enbi.

Enbi takut kalau masalah masa lalu malah akan menumbuhkan kecanggungan. Enbi juga baru tahu, kalau ternyata Nadira dulu gebetan Kelvin.

Kelvin dan Nadira terpaut usia tiga tahun. Sekarang Kelvin berusia 30 tahun dan Nadira 27 tahun. Namun akhirnya, Nadira menikah dua tahun lalu dan sekarang sudah dikaruniai anak perempuan.

"Jadi, udah berapa lama sih Ciani dekat sama Rafdi?" tanya Enbi mengalihkan pembicaraan.

"Hampir enam bulanan lah. Tapi heran gue, udah jadian apa belum sih?" tanya Kelvin penasaran.

"Lo tanyain lah," sahut Nadira.

"Liat muka gue aja dia males. Apalagi gue tanyain. Padahal dia yang ninggalin gue. Dia yang begitu," keluh Kelvin.

"Dia emang sok banget sih orangnya. Padahal Dia sama gue, duluan gue yang masuk kesini. Umur juga tua an gue kali. Tapi sombongnya selangit!" ucap Nadira.

"Emang, umur Ciani berapa Mbak?"

"Dia tuh masih muda tau. Kalau nggak salah 23," jelas Nadira.

"Lebih muda setahun dari Aku padahal,"

"Iya emang gitu dia dari dulu sombongnya selangit,"

"Terus kalau disini dia deketnya sama siapa Mbak?" tanya Enbi penasaran, melihat Ciani, Enbi merasa kalau Ciani termasuk orang yang pemilih.

"Dia deketnya sama, Filma. Dia pacarnya anak direktur, terus sering ngobrol sama cowok - cowok disini, kayak dia nih contohnya," jelas Nadira sambil menunjuk ke wajah Kelvin.

"Ya kan teman kerja Nad."

"Halah. Teman kerja apaan yang lo maksud? Mana ada teman kerja kemana - mana bareng!"

"Kok jadi Gue lagi yang kena sih!"

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang