40

2.5K 73 6
                                    

"Dengar Ciani! Sampai kapanpun gue nggak bakal mau tunangan sama lo!" bentak Rafdi.

Kini keduanya sedang berada di taman komplek perumahan Ciani. Setelah tadi siang, sang bunda memaksanya untuk datang ke rumah Ciani dengan alasan main. Hari minggu yang biasanya Rafdi gunakan untuk istirahat, tidak pernah ia sangka sama sekali kalau dirinya dijebak oleh kedua orang tuanya. Kl

Duduk bersebalahan namun dengan suasana hati yang berbeda. Ciani yang bahagia karena minggu depan dia akan bertunangan dengan Rafdi. Sedangkan Rafdi yang marah karena dipaksa untuk menerima pertunangan ini. Tentu saja dia menolak mentah-mentah. Bagaimanapun cintanya hanya untuk Enbi seorang. Rafdi tidak akan sudi menerima pertunangan ini dengan sukarela.

"Aku janji bakal jadi pasangan sempurna buat kakak," celetuk Ciani dengan senyum sumringah.

Rafdi berdecih lalu menatap kesal ke Ciani. "Jangan mimpi kamu Ci! Sampai kapanpun kamu cuma aku anggap adik! Inget itu!!!" tegasnya pada Ciani.

Senyum Ciani langsung luntur berganti dengan wajah sedih. Ia menatap lamat wajah tampan Rafdi. Sejak kecil sampai sekarang, rasa kagumnya pada ketampanan dan kepribadian Rafdi tidak pernah luntur untuknya. Bahkan sejak SMP, ia sudah menyukai anak dari sahabat Mamanya itu. Hanya saja, Rafdi lebih suka memperlakukan dirinya sebagai adik perempuan. Karena di rumah, saudara Rafdi hanyalah Jino, kakak Rafdi yang terpaut usia 2 tahun.

"Kak, aku kurang apa sih? Apa kelebihan Enbi sampai kakak tergila-gila sama dia? Dia bahkan nggak lebih cantik dari aku kak!" ujar Ciani dengan nada agak tinggi. Entah kenapa emosinya tersulut kalau mengingat Enbi.

Rafdi tersenyum sinis. "Mau secantik apapun lo, gue cintanya sama Enbi bukan lo!"

"APA YANG KAKAK CINTAI DARI ANAK PANTI ASUHAN?!"

PRAKK

Ciani mendelik saat Rafdi melayangkan tamparan keras kepipinya. Refleks ia memegang pipinya yang ditampar Rafdi. Perih dan ngilu sekali, air matanya sampai menetes. Bahkan keluarganya saja tidak pernah menampar dirinya. Karena di rumah dia anak paling bungsu dan sering dimanja.

"JANGAN PERNAH LO HINA ENBI LAGI! ITU BARU TAMPARAN CIANI! KALAU SAMPAI LO HINA ENBI LAGI, GUE NGGAK AKAN DIEM AJA!" peringat Rafdi lalu melenggang pergi meninggalkan Ciani seorang diri.

Ciani mengepalkan satu telapak tangannya. Menatap tajam kearah punggung Rafdi yang mulai menghilang dari kedua matanya.

"Huhuuu! Enbi gue bakal bales lo!" seperginya Rafdi, Ciani menangis dan meraung. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Menunduk dan menangisi perih dipipinya juga hatinya yang disakiti Rafdi. Sungguh, Ciani bersumpah akan membalas perbuatan Enbi.

"Lo liat aja Enbi sialan! Gue pasti bisa ngusir lo dari kehidupan Rafdi! Gue bersumpah!"

●●●

"Enbi sayang!"

"Apaan sih? Lepas gak?!"

Enbi sedang duduk di lantai beralaskan karpet dan menonton drama korea. Lalu Rafdi disampingnya mengganggunya dengan memeluk dari samping dan menyenderkan kepala ke bahu Enbi.

"Raf lepas!" protes Enbi karena merasa tidak nyaman dengan hembusan napas Rafdi yang mengenai lehernya. Rasanya merinding.

"Nggak mau sayang," tolaknya.

"Raf, ga enak sumpah!"

"Cium dulu dong," goda Rafdi.

Enbi memutar bola matanya malas. Lagian kenapa sih, hari minggu Rafdi masih mengganggunya. Padahal tiap hari mereka sudah bertemu di kantor.

Merasa tak direspon Enbi, Rafdi tidak menyerah. Ia butuh pelukan Enbi setelah bertengkar dengan Ciani. Rafdi menegakkan tubuhnya lalu menarik bahu Enbi dan menyandarkan kepala gadis itu ke dadanya. Tenru saja Enbi menolak. "RAF! Lepasin! Gue lagi nonton drakor jangan ganggu!"

Sialnya, Rafdi malah menutup layar laptop Enbi dengan telunjuk kakinya. Tentu saja Enbi kesal, dia berniat mengomeli Rafdi. Namun Rafdi malah membawa Enbi ke pangkuan cowok itu.

"Raf jangan nanti kalau ada tetangga lewat kita b-"

"Halah apaan sih Bi, tetangga kamu aja malah ciuman bibibir di gazebo loh," Enbi langsung terdiam, habis memang tetangga kostnya itu selalu brutal kalau soal nafsu.

"Tapi Raf, gue nggak mau kayak gini! Atau gue marah lagi sama lo?" ancam Enbi yang sukses membuat Rafdi melepaskannya.

Akhirnya kedua duduk bersampingan. Namun Rafdi mengubah posisinya berada didepan Enbi. Menarik kedua telapak tangan Enbi dan menatapnya dengan intens. Hal itu membuat Enbi merasa aneh, pasalnya tatapan Rafdi kali ini seolah memancarkan kesenduan.

"Kenapa Raf?" celetuk Enbi.

Rafdi menelan ludahnya. Sebenarnya dia tidak ingin mengatakan pada Enbi perihal pertunangannya dengan Ciani. Hanya saja, ada yang mengganjal dihati Rafdi kalau tidak mengatakan pada Enbi.

"Bi, aku boleh peluk kamu nggak?"

Tanpa menjawab, Enbi langsung memeluk Rafdi dengan erat. Perasaannya menjadi tidak enak, meskipun selama ini terkesan cuek pada Rafdi. Namun Enbi begitu mencintai lelaki yang dipeluknya ini. Kedua insan itu saling berpelukan. Tak ada yang mengeluarkan suara, hanya pelukan hangat yang menyalurkan perasaan masing-masing.

"Minggu depan, aku tunangan sama Ciani," gumam Rafdi yang langsung membuat Enbi terkejut. Refleks, gadis itu mendorong tubuh Rafdi hingga pelukannya terlepas.

"Maksud lo apa Raf?!" Enbi berteriak karena sudah tidak bisa menahan amarah. Perasaanya hancur seketika saat ucapan itu keluar dari mulut Rafdi.

Rafdi berusaha mengenggam kedua telapak tangan Enbi namun langsung ditepis si empunya. "Bi deng-"

"LO EMANG BRENGSEK RAF! KELUAR DARI SINI!"

Enbi sudah berdiri bersiap mengusir Rafdi. Rafdi-pun berdiri mencoba menahan Enbi yang marah itu. "Bi, dengerin aku dulu. Ini semua bukan mauku, aku dipaksa orang tuaku!"

Makin-makinlah sakit hati Enbi. Perasaan rendah diri muncul ke permukaan. Tentu saja ia cemburu saat tahu hubungan Ciani dan Rafdi sudah sampai saling mengenal orang tuanya. Tubuh Enbi mendadak lemas hingga terduduk di lantai. Hatinya begitu sakit, disaat dia sudah mencintai segala yang ada pada Rafdi. Namun kenyataan begitu pahit.

"Bi, jangan nangis!" panik Rafdi lalu ikut  duduk di lantai. Ia sangat benci ketika melihat Enbi menangis.

"Huhuhu, kenapa lo jahat banget sama gue Raf?" Gue udah cinta mati sama lo, tapi kenapa kayak gini?

Rafdi membawa Enbi ke pelukannya, ia merasa bersalah karena sudah mengatakan tentang pertunangannya pada Enbi.

"Bi, aku bakal nyari cara buat gagalin pertunangan itu," bujuk Rafdi.

Enbi menggeleng, ia mendorong tubuh Rafdi hingga pelukannya terlepas. Dengan terisak Enbi berucap, "Enggak Raf, orang tua lo bener. Lo lebih cocok sama Ciani, dia cantik, pintar dan tentunya punya keluarga yang lengkap. Nggak ka-"

"Bi jangan ngomong gitu!"

"Itu kenyataanya Raf! Gue harus berterimakasih sama orang tua lo karena menyadarkan gue!"

"Berhenti ngomong gitu Bi! Aku bakal lakuin apapun supaya bisa sama kamu!"

Enbi tersenyum sinis, menyeka air matanya dan menatap miris ke arah Rafdi. "Raf, kita emang nggak jodoh!"

"Diam Bi, sampai kapanpun g-"

"Enbi, Rafdi. Kalian kenapa?"

●●●●●

Numpang promo ceritaku "Pacar Rahsia" sudah upload lengkap di karyakarsa mulau bab 16 - 65+ epilog
Cuma 25k lo gaess kuy buruan baca

Jan lupa vote+komen ygy

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang