43.

2.4K 83 4
                                    

"Jadi kamu sama Rafdi dulunya pasangan?"

Enbi mengangguk, sekarang ia dan Elmo sedang berada di apartemen lelaki itu untuk membahas naskah Elmo. Sambil membahas naskah, keduanya saling mengobrol tentang masalah kemarin.

"Kamu kayaknya masih cinta banget sama dia."

Enbi tersenyum tipis. Elmo benar, ia masih sangat mencintai Rafdi. Hanya saja, rasa cinta itu selalu dihantui oleh pertunangan Rafdi dan pandangan keluarga cowok itu padanya. Jujur saja Enbi merasa rendah diri, ia sadar diri betul. Dia hanya orang miskin yang tidak jelas asal usulnya. Jarak antara dirinya dan Rafdi terlalu jauh, meskipun perasaan Rafdi begitu dekat.

Elmo yang menatap senyum tipis dan wajah sendu Enbi jadi merasa kasihan. "Aku juga sama Bi. Kehilangan Sekala disaat aku cinta banget sama Seka. Orang tuanya nggak ngerestuin hubungan kita. Dan ya, akhirnya Seka dinikahkan sama seorang pejabat. Saat itu juga, hidupku rasanya hancur banget. Secinta itu aku sama dia, tapi sayangnya kita nggak berjodoh."

"Huhuuhuuuhu.."

"Loh kok nangis?" panik Elmo saat melihat Enbi malah menangis. Saat ditegur Elmo bukannya pelan malah gadis itu semakin terisak.

"Huhuuu.. kenapa hidup jahat sama aku Mo? Ini nggak adil banget rasanya Mo," ujar Enbi sambil terisak.

Elmo yang mendengar itu tentu saja merasa empati, apalagi ia juga pernah berada diposisi yang sama. Hingga refleks, ia membawa Enbi ke pelukannya. Enbipun menerima, karena sekarang dia terlalu terluka untuk menolak pelukan Elmo.

"Selama ini emang kadang aku cuek sama dia Mo, tapi sebenarnya aku cinta banget sama dia. Cuma nggak tahu cara ngungkapinnya gimana. Aku cinta banget sama dia Mo. Tapi kenapa sesulit ini. Huhu..."

Elmo mengeratkan pelukannya, kalimat terakhir yang diucapkan Enbi entah kenapa menyayat hatinya. Ada rasa cemburu dihatinya, saat Enbi mengatakan bahwa dirinya begitu mencintai Rafdi.

"Sakit banget Mo."

●●●●

"Tolong Dri, bantuin gue! Gue nggak mau tunangan sama adik lo. Gue nggak cinta sama dia!" tegasnya.

Adrian dan Rafdi kini sedang berada disebuah angkringan. Dua hari lagi, pertunangan Rafdi dan Ciani akan dilakukan. Dan Rafdi kalang kabut, apalagi sekarang Enbi menghindarinya. Kepalanya sangat pening rasanya, mengurus pekerjaan, memikirkan Enbi dan pertunangannya dengan Ciani.

Adrian yang duduk didepan Rafdi juga ikutan pusing. Hingga keduanya kembali menyentuh rokok yang hanya disebat ketika pusing saja.

"Gue juga udah bujuk orang tua gue dan Ciani Raf. Tapi lo tau sendiri kan? Orang tua begitu manjain Ciani," ucap Adrian.

Rafdi memijit pelipisnya, pening sekali jika membahas tentang pertunangannya dengan Ciani. "Apa gue kabur aja ya?" celetuknya yang membuat Adrian mendelik.

"Apa nggak ada rasa sedikitpun buat adik gue Raf? Dia cantik, pinter, seksi dan idola banyak cowok," sahut Adrian yang membuat Rafdi menatapnya tidak suka.

"Gue udah anggep dia adik Dri. Dan sekarang gue tanya, emang lo mau nikah sama cewek lain yang bukan Karen?!" tegasnya yang membuat Adrian kicep.

Mana mau dia menikahi cewek selain Karen. Disaat dia sudah jatuh sejatuhnya kepada Karen.

"Nggak mau kan lo?" sindir Raf lalu membuang putung rokok dan menginjaknya.

Adrian juga ikutan frustasi kalau seperti ini. "Gue juga ikutan pusing Raf. Tapi apa nggak lo coba aja gitu deketin adik gue dulu Raf," namun Adrian masih kukuh membujuk Rafdi.

Rafdi menatap sinis kearah Adrian. "Gue tegasin lagi Dri, gue cuma cinta sama Enbi bukan adik lo!" ketusnya.

Ada rasa kesal dalam hati Adrian ketika Rafdi begitu menolak adiknya. Padahal dari segi apapun Ciani itu sempurna. Bahkan banyak teman Adrian yang mengantri adiknya. Tapi bodohnya sang adik yang malah jatuh cinta pada Rafdi yang mencintai cewek lain.

"Gue penasaran secantik apasih si Enbi itu sampai lo tergila-gila sama dia dan nolak adik gue yang jelas kehidupannya!" sinis Adrian yang menyulut emosi Rafdi.

Bagaimanapun, Ciani tetaplah adik kandungnya. Adrian tentu saja akan membela sang adik ketika ia merasa Rafdi menolak sang adik mentah-mentah, seolah sang adik itu buruk sekali.

Rafdi mengepalkan kedua tangannya, menahan emosinya yang ingin sekali diledakan karena ucapan Adrian. Namun sebisa mungkin ia menahannya, dia tidak mau mengotori tangannya untuk hal seperti ini. Bagaimanapun, ia dan Rafdi itu sahabat.

"Gue nggak suka lo ngatain Enbi kayak gitu Dri!"

"Gue juga nggak suka waktu kukuh nolak adik gue Raf, seolah adik gue itu sampah!"

"Gue nggak pernah anggep adik lo sampah! Justru lo sendiri yang anggep adik lo sampah! Dan gue emang nggak cinta sama adik lo! Kenapa kalian maksa?!"

Suasana meja yang ditempati Rafdi dan Adrian bahkan terasa tegang. Kedua sahabat yang semula baik itu mendadak bersitegang.

"Tapi cara lo nolak adik gue, bangsat banget Raf!!" kilah Adrian dengan suara yang agak meninggi.

Rafdi tersenyum kecut, muak sekali menghadapi Adrian yang seperti ini. Ia kira Adrian akan membelanya, namun hubungan persaudaraan mereka sepertinya memang erat sekali.

"Gue udah nolak baik-baik tapi adik lo masih maksa. Dan satu lagi, gue nggak suka adik lo rendahin Enbi!" tegas Rafdi.

Adrian mencengkram sendok yang dipegangnya. Menatap tajam Rafdi yang kini juga menatapnya balik.

"Denger Raf, lo bakal nyesel ninggalin adik gue demi tuh cewek!"

●●●●

"Gila Mo, aku suka banget sama suasana kafe ini. Aestetik banget," puji Enbi.

Sekarang Enbi dan Elmo sedang berada di Cafe Rea.fe. Sebuah Cafe yang tidak ada hanya menyikan makanan dan minuman. Namun di Cafe ini juga menyediakan komik gratis yang bisa dibaca oleh pengunjung. Selain itu, desainnya juga aestetik dengan furnitur yang berwarna coklat kayu dan dinding berwarna putih, serta tanaman hijau yang membuat mata nyaman saat melihat.

Meskipun ini sudah malam hari, karena Elmo mengajaknya setelah ia pulang kerja. Namun keindahan Rea.fe sama sekali tidak terkikis.

Kini keduanya duduk saling berhadapan dengan dua gelas kopi dan cemilan diatas meja. Mereka membaca komik masing-masing sambil sesekali mengobrol.

"Aku kalau suntuk sering main kesini, biasanya sih kalau kena writer block."

"Sendirian?" tanya Enbi yang diangguki oleh Elmo.

"Iya, buat cari inspirasi. Kalau nggak gitu ya ke tempat kursusku main musik," jelas Elmo.

Enbi mengulum bibirnya, terbesit rasa heran dibenaknya. Kenapa Sekala bisa meninggalkan cowok segreen flag Elmo? Kalau Enbi jadi Sekala, dia pasti berusaha mempertahankan Elmo mati-matian. Sudah tampan, berbakat, baik mana ramah lagi.

"Sekala pasti nyesel ninggalin kamu Mo," celetuk Enbi yang membuat Elmo tersenyum miris.

"Ya gitulah," jawab Elmo yang membuat Enbi memicingkan matanya.

"Jangan bilang kalau dia beneran nyesel ninggalin kamu Mo?" tanya Enbi penuh selidik namun hanya dibalas Elmo dengan sebuah senyuman.

●●●●

Jangan lupa komen + vote ygy

Mau numpang promo juga nich guys.
Cerita "Pacar Rahasia" sudah lengkap sampai tamat di karyakarsa cuma 25.000 aja guys. Kuy baca

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang