19.

3.9K 106 1
                                    

Selama perjalanan menuju puncak. Rafdi tak henti mengumpat dalam hati. Bagaimana tidak? Ketika dia melihat Enbi dan Kelvin duduk bersebelahan. Lebih parahnya, sejak dua hari yang lalu, Enbi tidak membalas pesan dan mengangkat teleponya. Rafdi ingin ke kostan Enbi juga tak bisa karena lelaki itu terlalu sibuk untuk mengejar target.

Rafdi tak tahu kenapa Enbi tiba-tiba menghindarinya. Padahal terakhir kali saat mereka berangkat bersama, meskipun Enbi mengomel tapi gadis itu tak terlihat marah.

"Raf, kepalaku pusing," Rafdi langsung beranjak dari kursinya dan mengambil minyak preshcare.

"Pakai ini Ci," ujar Rafdi lalu mengulurkan minyak itu ke Ciani.

"Bukain Raf, pusing banget. Mau muntah rasanya," pinta Ciani yang kini duduk disamping Rafdi. Gadis itu duduk didekat jendela.

"Ini Ci."

"Tolong olesin," Rafdi membasahi bibirnya, ingin sekali dia menolak namun melihat wajah sakit Ciani dia jadi tak tega. Akhirnya, Rafdi mengoleskan minyak itu ke kening Ciani.

"Leher juga Raf," Rafdi membuang napas ketika Ciani malah semakin melunjak.

"Oles sendiri Ci, nggak enak dilihat yang lain," ujar Rafdi.

"Nggak ada yang liat Raf," bantah Ciani padahal kini semua teman Rafdi sedang menatap Rafdi dan Ciani. Mereka menganggap Rafdi pacar yang romantis dan perhatian. Tak berbeda dengan Tori, Enbi, Nadira dan Kalvin yang juga ikut membicarakan Rafdi dan Ciani yang bagai dunia milik berdua yang lain kontrak.

"Loh kok diolesin ke telapak tanganku sih Raf?" tanya Ciani saat Rafdi mengoleskan minyak kayu putih itu ke telapak tangan Ciani. Lalu Rafdi dengan hati-hati mengangkat telapak tangan Ciani dan menggerakan telapak tangan itu guna membalurkan minyak kayu putih itu dileher Ciani.

Posisi mereka yang begitu terlihat seperti orang yang berciuman dari kejauhan dan dari samping. Semua penumpang dibus itu sibuk berbisik-bisik membicarakan Rafdi dan Ciani yang kelewat romantis. Sedangkan Rafdi kesal sendiri karena Ciani yang kelewat manja.

"Ya ampun itu pasangan bucin ga tau tempat banget ciuman didepan banyak orang," celetuk Nadira.

Enbi yang duduk didepan Nadira hanya bisa diam dan memilih sibuk membaca naskah Sibel. Padahal dalam hati rasanya rontok tak tersisa. Baru dua hari Enbi mengabaikan Rafdi tapi dengan mudahnya Rafdi berpaling darinya. Harusbya Enbi tak percaya kalau kemarin Rafdi bilang lekaki itu tak pacaran dengan Ciani.

Namun lihatlah, dengan tak tahu malu pasangan itu berbuat mesum didalam bus. Bersikap seolah-olah romantis padahal sangat menjijikan. Enbi menyesal kemarin dia diam saja menikmati ciuman Rafdi. Enbi membenci dirinya yang murahan.

"Bi, lo tutup dulu deh naskahnya. Mendingan tidur soalnya entar abis ini kita langsung ada bazar," ucap Kalvin.

Enbi menurut dengan permintaan Kalvin. Gadis itu mematikan daya ponselnya dan memasukan ponselnya kedalam tasnya. Lalu memilih tidur bersandar pada jendela bus. Lebih baik dia tidur daripada melihat pasangan mesum.

●●●

Enbi duduk bersama Lupi di stand novel Horror. Sekarang timnya sedang berada di SMA Wacana melakukan festival literasi dengan mengadakan bazar novel. Selain murid dari SMA Wacana sendiri, ada juga murid dari SMA, SMP, dan SD juga ada. Karena festival ini diadakan untuk umum. Tak heran sejak tadi Enbi sibuk terus karena melayani pembali. Karena stand horror paling diminati sejak tadi. Apalagi Bazar buku ini harganya lebih murah dari biasanya.

"Kak beli dua dong," ucap anak berseragam SMP.

"Totalna 30 ribu dek," ucap Enbi lalu memasukan dua novel tersebut ke dalam plastik.

"Ini Kak."

"Terimakasih," ucap Enbi lalu memberi kembalian pada anak kecil itu.

Suasana festival itu semakin meraih dengan adanya penampilan band, dance, drama dan juga sambutan dari kepala sekolah juga direktur rainbow yang ikut ke acara ini.

"Stocknya udah mau habis. Tinggal lima puluhan aja," ucap Lupi.

"Iya. Di teenlite malah udah habis dari tadi," jawab Enbi sambil menunjuk stand yang dijaga oleh Raisa dan Kalvin.

"Badboy lagi naik-naiknya soalnya. Apalagi mayoritas anak SMA juga," timpal Lupi.

Kini mereka duduk santai karena penjualan mereka sudah terlampau banyak. Apalagi sisa novel mereka tinggal sedikit.

"Lo udah berapa lama pacaran sama Ikan Hiu, Bi?" ucap Lupi.

Enbi langsung menolek ke Lupi. "Eh? Pacaran apa? Gue nggak pacaran kok!" bantahnya.

"Ah masa? Nggak mungkin kalau nggak pacaran Bi. Udah jujur aja Bi, gue nggak bakal cepu kok," paksa Lupi yang membuat Enbi geram sendiri.

"Gue beneran nggak pacaran sama dia Pi. Masa cuma gara-gara dia posting foto gue terus dibilang pacarnya!" geramnya, bahkan foto yang diposting Elmo saja tak memperlihatkan wajahnya.

"Tapi Bi, Ikan Hiu itu pernah bilang pas di interview. Dia itu jarang posting foto bareng teman cewek di instagramnya, kalau tiba-tiba dia posting foto cewek di instagram. Itu berarti tuh cewek spesial buat dia," jelas Lupi yang entah kenapa malah membuat Enbi tersipu malu.

Tapi dengan cepat dia menolak. Tidak mungkin Elmo menyukainya. Sejak dulu saat SMA, Enbi dan Elmo bagai langit dan bumi.

"Halah Lup! Kayak Lo tau aja hidup Ikan Hiu," kilah Enbi.

"Ya taulah Bi! Gue tuh fans Ikan Hiu garis keras tau. Makanya gue tuh iri sama lo sebenarnya bisa dapatin Ikan Hiu jadi editornya. Padahal lo junior lagi, kan tau sendiri gosipnya diperusahaan kalau Ikan Hiu nggak mau punya editor junior," jelas Lupi.

Ucapan Lupi sungguh mempengaruhi Enbi sekarang. Entah kenapa gadis itu seperti terbang di angkasa. Bahkan pipinyapun memanas. Namun secepar kilat dia menggeleng.

Lo harus cari duit dulu Bi. Beli rumah, Beli motor. batinnya memantapkan hatinya.

"Pi, lo mau tukeran?" tawar Enbi.

Kedua mata Lupi langsung mendelik. "Emang bisa?" tanya Lupi bersemangat.

"Nanti coba gue nego ke Ikan Hiu deh. Soalnya kalo ngomong ke Kak Rafdi nggak guna. Katanya direktur minta Rafdi jangan ngusik Ikan Hiu," ujar Enbi.

"Nggak heran sih tahta tertinggi di divisi novel itu Ikan Hiu. Direktur aja sampe takut sama dia."

"Nah makanya dia itu kayak putra mahkota tau nggak. Di manja banget."

"Karena dia satu-satunya penulis populer yang novelnya udah sering dijadiin film tapi masih bertahan di perusahaan ini. Coba liat itu si Whitenight, GloriaAnjani, Purplelove setelah sukses mereka pindah ke platform lain yang nawarin gaji lebih gede."

Enbi mengangguk saja. Karena Enbi tak terlalu mengikuti berita para penuls novel. Dia hanya ingin membaca novel kalau sudah selesai ya sudah. Enbi tak berminat untuk mengetahui kehidupan si penulis novel.

"Kebanyakan emang gitu sih, kalau ditawarin gaji lebih gede pasti langsung kacang lupa kulit."

••••

Pencet bintangnya dong

Enbi Solo (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang