"Kau berhutang nyawa padaku. Jadi, aku tidak akan melepaskanmu sampai kau berjanji untuk melunasinya, Nyonya."
"Biarkan aku menyelesaikan masalah ini dulu.", Yuri mendorong Changwook dengan sekuat tenaganya lalu berbalik hendak berbicara dengan pengendara motor itu namun Changwook mendahuluinya dan ia mengambil alih untuk menanganinya.
Pria itu kini berdiri di depan pengendara motor itu dengan aura dingin yang menyelimutinya membuat lawannya merasa terintimidasi.
"Kau yang salah di sini.", Changwook membuka suaranya sambil memberikan tatapan tajamnya pada pria di depannya.
"Sepeda motor seharusnya ada di jalan raya bukan di jalan untuk pejalan kaki.", ucapnya lagi membuat pengendara motor menjadi gusar dan hendak melarikan diri.
"Mari kita lihat siapa yang salah di mata hukum.", Changwook mengambil kunci motor pria itu lalu berbalik untuk menghubungi polisi untuk melaporkan pelanggaran tersebut.
"Tidak, tunggu dulu.", pria itu turun dari motornya untuk berbicara lagi dengan Changwook. Sedangkan Yuri justru berakhir menjadi penonton di sana.
"Sepertinya ada kesalahpahaman di sini.."
"Minta maaf lah padanya.", potong Changwook sambil menunjuk ke arah Yuri membuat wanita itu menjadi pusat perhatian semua orang.
"Ya?"
"Kau memang tidak dengar atau berpura-pura tidak dengar?", balas Changwook sinis namun pria itu masih terlihat ragu melakukan perintahnya.
"Cukup.", ucap Yuri di sela-sela ketegangan itu lalu ia menarik Changwook untuk pergi dari sana.
Tentu Changwook tidak menolak dan mengikuti kemana Yuri akan membawanya saat ini. Keduanya kini semakin menjauh dari tempat perkara tadi dan saat itu Yuri menghentikan langkah kakinya di jalanan yang jauh lebih sepi.
"Kuperingatkan padamu. Jangan ikut campur pada hidupku lagi. Aku adalah aku. Kau adalah kau.", ucap Yuri tegas lalu hendak pergi meninggalkan Changwook namun sebelum itu tangannya lebih dulu ditahan hingga kini ia kembali berbalik dan berhadapan kembali dengan Changwook.
"Hati-hati.", ucap Changwook lalu melepaskan tangan Yuri sedangkan wanita itu termenung sejenak sebelum akhirnya kembali melanjutkan jalannya.
"Eyy, aku lupa soal janji tadi.", keluh Changwook yang baru saja teringat akan perkataannya sendiri sebelumnya.
~
Changwook kembali ke kantornya untuk melanjutkan pekerjaannya kembali. Semua pegawai memberikan hormat padanya saat berpapasan hingga akhirnya Changwook masuk ke ruangannya.
Dalam sepersekian detik ia menjatuhkan tubuhnya pada kursi empuk di balik mejanya lalu mengusap wajahnya kasar hingga ketukan pintu ruangannya membuatnya membetulkan posisinya.
"Masuk.", ucap Changwook dan ia tahu jika Dohwan lah yang ada di depan ruangannya.
"Bagaimana?", tanya Dohwan tanpa berbasa-basi.
"Tidak ada perkembangan sedikitpun.", jawab Changwook frustasi.
"Dia pasti sangat membencimu.", sahut Dohwan tanpa rasa bersalah.
"Oi, aku cukup tahu soal itu. Haruskah kau menamparku dua kali?", balas Changwook sinis.
"Daepyonim, jika kau tidak buru-buru mungkin dokter itu akan mendapatkan hatinya lebih dulu.", ucap Dohwan sedangkan Changwook terlihat menghela nafasnya berat saat ini sambil menyandarkan kepalanya pada kursi sehingga ia bisa menatap langit-langit saat ini.
~
Kali ini Yuri menguji peruntungannya pada cafe dulu tempatnya bekerja dan letaknya dekat dengan kantor Changwook. Walau ia enggan awalnya, namun nyatanya ia menurunkan egonya dan datang ke tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moments Make Memories (Completed)
FanfictionPernikahan itu bagaikan sebuah anugerah bagi seorang Kwon Yuri. Ia tidak pernah menyangka akan menikah dengan sosok pria tampan dan kaya raya yang begitu sempurna untuknya. Bagaimana kehidupan pernikahan keduanya? Bisakah kedua insan tersebut melewa...