Part 33

573 115 19
                                    

"Dan, Ngga, aku bisa minta tolong sama kalian?"

"Minta tolong apa, Kha?"

"Bertemu klien yang kemarin kita ngambil gambar bareng. Katanya ada konsep video yang mau diubah."

"Pak Michel?"

Zulaikha mengangguk. "Iya. Aku tidak bisa bertemu dengannya."

"Siap, Nyonya Ikha. Karena Pak Andreas sudah baik dengan kami, jadi aku bersedia membantumu."

Mendengar alasan Danang, Zulaikha mencebikkan bibir. "Jadi, kalian mau membantuku karena Andreas baik, lalu aku enggak?"

Danang menyengir. Beranjak dari kursinya lalu menghampiri Zulaikha yang berdiri di samping mejanya. "Bukan gitu juga.  Duh, ibu hamil sensitif kali, ya. Salah bicara dikit langsung ngambek."

"Itu, tadi kamu bilang karena Andreas baik, jadi kalian mau membantuku. Oke, fine! Nanti aku bilang ke Andreas enggak boleh traktir kalian di restorannya lagi."

Danang menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eeeeh, jangan gitu, dong. Aku ikhlas, kok, mau membantumu. Karena kamu juga sangat perhatian dan baik jadi temenku. Pokoknya Zulaikha the best friend."

"Dah, ah! Males ngomong sama kamu. Pokoknya kalian yang bertemu si Michel itu, ya." Zulaikha berucap ketus. Ia kembali ke meja kerjanya lagi. Moodnya seringkali berubah-ubah. Kadang langsung mellow, kadang langsung emosi, dan kadang-kadang merasa bahagia sekali.

"Kenapa kamu tidak mau menemui klienmu, Kha?" tanya Lyodra, saat Zulaikha baru saja menghempaskan pantat di kursi.

"Enggak apa-apa. Cuma lagi gak nyaman saja perutku," kilah Zulaikha. Ia tidak mungkin bercerita yang sebenarnya jika Michel memiliki niatan tidak baik. Yang ada, Lyodra akan semakin kepo dan heboh. Akan bersikap bak srigala yang mengamuk untuk melindungi dirinya.

Sementara di tempat lain, Michel masih menunggu jawaban dari pesan yang dikirim untuk Zulaikha. Sudah lebih dari satu jam, tetapi pesan itu hanya dibaca saja.

'Sialan memang!'

Lelaki itu mengumpat sambil menggebrak meja cukup keras. Ia tidak biasanya diabaikan seorang wanita. Justru terkadang mereka yang akan kesenangan karena mendapat pesan dari dirinya lebih dulu. Namun, Zulaikha, perempuan itu anti-mainstream sekali.

"Mentang-mentang sudah menjadi istri si berengsek itu. Jadi, sok-sokkan jual mahal sama pria lain," gumamnya, lirih. Lalu, ia melamun sambil memikirkan cara untuk merebut Zulaikha dari Andreas.

"Tidak bisa menggunakan cara halus, apa harus menggunakan cara kasar untuk mendapatkanmu, Zulaikha?"
Michel menyipitkan mata, sedangkan mulutnya mengatup rapat. Rencana-rencana licik mulai terangkai dalam benak. Dan ia sudah mendapat sedikit pencerahan.

"Gara-gara Andreas, aku jadi ikutan menggilai perempuan itu. Kenapa dia bisa mendapatkan wanita secantik Zulaikha? Wajahnya yang cantik, sama sekali tidak membosankan untuk dipandang. Body-nya juga sangat pas. Apalagi dadanya."

Michel tertawa lirih. Pikiran mesumnya mulai berkeliaran.

"Nanti malam aku butuh pelampiasan," gumamnya lagi, sambil membayangkan para wanita penghibur yang bisa memuaskan nafsu dirinya.

***

Hari terus berjalan. Sudah terhitung hampir dua bulan melakukan tugas, tetapi kedua orang suruhan Andreas belum menemukan titik terang untuk mencari kelemahan dari Michel juga papanya Andreas. Mereka tidak bisa terlalu dalam memasuki wilayah sang target. Sangat rawan jika terbongkar.

"Kami hanya bisa mengintai dari luar, Tuan. Dan gerak-gerik mereka tidak ada yang mencurigakan. Jadi, sangat sulit untuk mencari kelemahan yang bisa membuat mereka jera," ucap Oscar, yang kini sedang menghadap Andreas di kantor lelaki itu.

FORCED BRIDE [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang