"Apa Tama dan Edward masih harus mengikuti kita sampai ke dalam? Kamu lihat, kita menjadi tontonan orang-orang sekarang," ucap Zulaikha kesal sambil mendorong troli berukuran besar.
Perempuan berkaus putih yang dipadukan dengan celana jins biru itu mengelilingi pandangannya ke sekitar. Supermarket di mall sore ini cukup ramai. Banyak karyawan kantor yang mampir belanja setelah pulang kerja--terlihat dari pakaian mereka yang masih rapi. Ada juga pengunjung yang datang membawa serta anaknya. Dan perhatian mereka, terus tertuju kepada dirinya dan Andreas dari pertama masuk dengan tatapan penuh tanya, mungkin karena diikuti dua bodyguard di belakangnya layaknya artis papan atas.
"Untuk mengawasi dirimu. Pasti banyak rencana-rencana licik yang sudah kamu rancang sedemikian rapinya untuk melarikan diri dariku."
Zulaikha memutar bola matanya malas mendengar alasan Andreas. Menurutnya, lelaki itu sangat berlebihan. Sampai masuk supermarket pun masih membutuhkan penjagaan. Padahal ia sedang bersama pawangnya saat ini. Sembari melangkah dengan Andreas di sampingnya, Zulaikha berkata, "Kapan aku kabur-kaburan, apa aku pernah melakukan itu? Kalau aku mau, sejak di Puncak sudah melalukannya. Tapi, aku masih memikirkan Ibuku. Aku tidak ingin kamu menyakitinya, terlebih sampai mencelakainya. Jadi, tenang saja. Aku tidak akan melakukan hal konyol itu, Andreas."
Andreas mengedikkan bahu tak acuh. Kemudian, berhenti melangkah ketika Zulaikha juga berhenti. Berdiri di area buah-buahan, perempuan itu sibuk memilih jeruk sunkist satu per satu. Dilihat dari kulitnya yang mulus, lalu merasakan berat bobotnya dengan cara dilempar-lemparkan ke atas, perlahan.
"Kenepa dilempar-lempar seperti itu?" tanya Andreas penasaran.
"Laki-laki diam saja, mana tahu soal ginian yang sudah menjadi urusan perempuan," ketus Zulaikha. Tanpa ia sangka Andreas pun mengikuti gerakannya. "Kamu ngapain?" tanyanya, menatap heran Andreas, keningnya agak mengernyit.
"Perempuan diam saja. Ini urusan laki-laki," jawab Andreas santai, sengaja meniru jawaban Zulaikha.
"Copyright jawabanku."
"Asal belum dipatenkan masih bebas."
Setelah selesai memilih dan memasukkan beberapa buah jeruk ke troli, Zulaikha beralih ke tempat buah lainnya diikuti Andreas yang berjalan di sebelahnya."Jika dilihat-lihat, mereka seperti sepasang suami-istri yang bahagia ya, Tam. Diisi pertengkaran kecil tapi terlihat menggemaskan," ucap Edward. Ia dan Tama berjalan di belakang Zulaikha dan Andreas dengan jarak satu meter. Sedari tadi ia memerhatikan mereka sambil menahan senyum.
"Mungkin kalau Nona Zulaikha bisa membuat Tuan jatuh cinta, rencana untuk menyakiti dan menghancurkan perempuan itu bisa dihilangkan. Menurutmu bagaimana, Ed?"
"Bisa jadi. Tapi, kenapa kamu memiliki pemikiran seperti itu, Tam?"
"Karena aku tidak tega melihat seorang perempuan disakiti. Kehancuran Ibuku karena Ayahku masih membekas sekali di hati sampai saat ini. Sayangnya, waktu itu aku masih kecil belum bisa berbuat apa-apa selain memeluk ibuku untuk memberi kekuatan."
Masih mengikuti Andreas dan Zulakiha yang kini sedang memilih sayuran segar, Tama menghentikan ucapannya. Kilasan masa lalunya terbayang kembali. Dan sebab itulah ia memutuskan untuk mengikuti pelatihan menjadi seorang bodyguard agar bisa melindungi banyak orang. Namun sialnya, tugasnya saat ini justru bersangkutan dengan seseorang yang berencana ingin menghancurkan seorang perempuan lagi.
"Iya, kamu benar. Lelaki yang bisanya menyakiti hati perempuan sangatlah tidak gantle. Terlihat sekali menjadi seorang pecundang dan pengecut. Tapi, nyatanya kita sama saja, Tam. Hanya bisa diam melihat perlakuan Tuan Andreas yang tidak baik kepada Nona Zulaikha," balas Edward, memelankan suaranya. Takut jika sang tuan akan mendengar ucapannya. Bisa-bisa, detik ini juga ia langsung dihentikan dari tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED BRIDE [ENDING]
Romans"Menikah denganku," ucap Andreas, penuh penekanan. Lalu, melepaskan cengkeramannya. Zulaikha menggeleng. Bagaimana bisa ia menikah dengan orang yang baru dikenalnya? Ditambah lagi, lelaki itu sangat membencinya sekarang. "Aku tidak menerima penolaka...