Part 12

1.4K 150 14
                                    

Zulaikha terbangun dari tidurnya, masih terbaring di ranjang dengan selimut tebal membungkus tubuh. Ia mengedarkan pandangan ke penjuru kamar. Gorden putih transparan yang menutupi jendela, memperlihatkan cuaca di luar masih agak gelap. Matahari masih malu-malu untuk keluar. Sedangkan di sofa panjang, Andreas masih tertidur pulas. Sangat tenang dan nyaman.

"Jam berapa dia kembali?" tanyanya pada diri sendiri, sangat lirih.
Kemudian, ia beringsut duduk lalu bersandar pada kepala ranjang. Untuk sejenak perhatiannya tetap tertuju pada satu objek. Agak kasihan sebenarnya kepada lelaki yang terbaring di sofa sana. Meskipun tidurnya tampak tenang, pasti Andreas sangat tersiksa karena kakinya terus menekuk.

"Haiiish! Apa peduliku. Biarkan saja dia begitu. Dia sendiri yang menyusahkan dirinya sendiri. Bukan aku," gumamnya, sembari memilin selimut.
Melihat lelaki itu menggeliat, Zulaikha cepat-cepat mengalihkan pandangan. Jika tertangkap basah sedang memerhatikan, pasti Andreas akan besar kepala dan semakin kepedean.

Zulaikha pun menyibak selimut, beranjak dari ranjang lantas mengayunkan kaki menuju kamar mandi untuk cuci muka serta melakukan ritual lainnya. Ia sengaja berlama-lama di dalam, duduk di kloset sambil melamun memikirkan kejadian yang akan datang nanti.

"Hari ini Ibu pulang ke kampung. Statusku sudah resmi jadi istri. Masa depan yang suram sudah menghadang." Bergumam sambil menatap langit-langit dengan pandangan kosong, Zulaikha mengembuskan napas lelah.

"Zul, kamu di dalam? Cepat keluar! Gantian. Perutku sakit sekali ini. Mulas."

Mendengar seruan Andreas dari luar dibarengi gedoran pintu, Zulaikha mengerjab. Ide jahil tiba-tiba tercetus dalam pikirannya.

"Aku masih lama. Kalau mau ke kamar mandi, cari kamar mandi lain saja!" seru Zulaikha, sambil terkikik. Ia membekap mulut agar suaranya tidak keluar keras.

"Berengsek! Cepat keluar! Aku sudah tidak tahan."

Di depan pintu kamar mandi, Andreas berusaha menahan perutnya yang semakin melilit. Wajahnya sudah memerah. Sesekali suara rintihan keluar dari mulutnya untuk menahan mulas. Ia ingin buang air besar dan sudah di ujung. Namun sialnya, sedari tadi Zulaikha belum juga keluar. Padahal sudah hampir dua puluh menit ia menunggu sebelum menggedor pintu.

"Aku juga masih sakit perut, Andreas! Semalam aku makan sambal terlalu banyak, pedasnya juga naudzubillah seperti mulutmu. Kokinya tahu banget selera makanku. Jadi, tolong bersabar kalau mau ke kamar mandi. Mungkin setengah jam lagi baru selesai," seru Zulaikha lagi. Rasanya, ia benar-benar ingin terbahak lantang. Pasti wajah Andreas sangat lucu sekali sekarang.

Sementara di luar, Andreas mengumpat kasar. Perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi, mulas dan semakin melilit.

'Zulaikha sialan!' serunya dalam hati, lantas berlalu keluar kamar. Ia membanting pintu sangat keras. Tujuannya sekarang adalah toilet di lantai dasar. Sambil menahan perutnya yang semakin tak karuan, langkahnya agak tertatih menuju lift.

Zulaikha terbahak lantang mendengar pintu berdebum keras. Ia terpingkal-pingkal sampai perut terasa keram. "Rasain, emang enak aku kerjain, hahaha."

***

Di depan ranjang, Zulaikha berjalan ke sana-kemari dengan raut wajah tidak tenang. Tangannya saling bertaut dan memilin. Sedangkan pikiran berkelana tidak jelas memikirkan Andreas. Sudah satu jam lebih lelaki itu keluar kamar. Namun, sampai detik ini belum juga kembali.

FORCED BRIDE [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang