Pakaian keduanya berserakan di lantai kamar. Suara erangan serta desahan bersahutan, membuat gairah semakin memuncak. Saling menyerukan nama satu sama lain, mereka seakan sedang berada di atas awan. Menikmati penyatuan dalam tubuh, dengan Andreas mempercepat ritme pompaan.
Zulaikha semakin mengerang. Cengkeraman tangan di punggung Andreas semakin kuat. Sesekali salah satu tangannya berpindah mencengkeram rambut lelaki itu, saat merasakan bawah dalam perutnya ingin meledak. Sedangkan peluh yang bercucuran membawa hawa panas, membaur jadi satu dalam kulit yang saling bergesakan.
Percintaan panas itu benar-benar membuat akal sehat mereka hilang. Seakan-akan masalah yang sedang dialami Zulaikha terangkat, terlepas bebas, sehingga pikiran merasa lebih tenang. Dan hanya fokus dengan rasa nikmat yang belum pernah ia rasakan selama hidupnya.
Sementara Andreas, lelaki itu bagai terhipnotis. Melupakan semua janji yang pernah ia ucapkan untuk menyakiti Zulaikha. Termasuk menyerahkan salah satu restorannya kepada Tomi jika sampai membuat perempuan di bawahnya hamil.
"Aaandreaas ...." Panggilan dari mulut Zulaikha itu terdengar seperti desahan. Setelahnya ia menggigit kuat bahu Andreas, saat lelaki itu tak sabaran untuk mendesakkan miliknya.
"Kita keluarkan bersam," ucap Andreas, suaranya terdengar serak tertahan. Ia juga semakin mempercepat ritme pompaannya. Mengerang bersamaan dengan Zulaikha. Tidak lama kemudian ia dan perempuan itu mencapai klimaks.
Andreas menjatuhkan tubuh setelah tenaganya bak tersedot yang membuatnya lemas tak berdaya. Napasnya terengah. Peluh di kening bercucuran. Sedangkan matanya terpejam untuk merelakskan otot yang menegang.
Menunggu beberapa menit, merasakan tubuhnya normal kembali, Andreas mengangkat kepala. Ia memandang wajah Zulaikha di bawah keremangan lampu yang tamaram, dengan tatapan sayu karena masih diselimuti kabut gairah. "Kamu hanya milikku, Zul. Tidak ada seorang pun yang bisa memilikimu, atau bahkan menyentuhmu," ucapnya, lalu mengecup bibir perempuan itu.
Zulaikha hanya diam, akal sehat belum terkumpul sepenuhnya. Sedangkan jantung terus bertalu-talu tak karuan, teringat pergulatan panas barusan yang masih sangat membekas.
Saling bersitatap, Andreas menurunkan pandangan ke bibir tipis istrinya yang sedikit terbuka. Ia menciumnya kembali. Berawal dari lumatan kecil yang dibalas perempuan itu, kini menjadi lumatan erotis dan menuntut. Lidahnya saling membelit. Zulaikha semakin mengeratkan pelukan, dengan satu tangan mencengkeram kepala belakang Andreas. Sedangkan tangan lelaki itu memainkan dada telanjang di bawahnya, membuat suara desahan keluar dari mulut Zulaikha di sela ciuman.'Shit!' Andreas mengumpat dalam hati karena miliknya mengeras kembali. Zulaikha benar-benar membuatnya gila. Sebab, dengan mudah perempuan itu membangkitkan libidonya. Dan akhirnya, ia melakukan penyatuan lagi. Mengulangi percintaan panas, seperti tak ada rasa puas.
Pagi harinya, Zulaikha terbangun dengan kondisi tubuh belum terbalut sehelai benang pun. Terkecuali selimut tebal yang menutupi tubuh telanjang dirinya dan Andreas, dengan tangan kokoh lelaki itu mendekapnya erat. Ia menggeliat. Lalu, membelakangi Andreas dan membuat tidur lelaki itu terganggu.
"Masih terlalu pagi untuk bangun, Zul," ucap Andreas, suaranya menyerak. Ia semakin mengeratkan dekapannya. Lantas, menduselkan kepala di tengkuk istrinya, mencari kenyamanan.
"Sudah jam sembilan, Andreas. Sudah kesiangan." Pandangan Zulaikha jatuh ke jam weker digital di atas nakas.
"Ternyata kita terlalu nyenyak tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED BRIDE [ENDING]
Romance"Menikah denganku," ucap Andreas, penuh penekanan. Lalu, melepaskan cengkeramannya. Zulaikha menggeleng. Bagaimana bisa ia menikah dengan orang yang baru dikenalnya? Ditambah lagi, lelaki itu sangat membencinya sekarang. "Aku tidak menerima penolaka...