"Aku mau bertemu Andreas? Dia ada di rumah, 'kan?" tanya Olivia angkuh, kepada Tama dan Edward yang berjaga di depan pintu. Ia nyelonong masuk begitu saja.
"Maaf, Nona. Anda ada keperluan apa untuk bertemu Tuan Andreas?" Tama mengikutinya. Langkah perempuan itu sangat cepat.
"Bukan urusanmu. Aku mau bertemu dengan dia sekarang. Katakan saja di mana dia?" tanya Olivia. Ia terus melangkah.
"Urusan Tuan Andreas akan menjadi urusan kami juga. Apalagi dengan hal yang tidak penting seperti ini, Nona." Kali ini Edward yang berbicara.
Olivia geram mendengar ocehan dua bodyguard yang mengikutinya. Ia berhenti di depan tangga lalu membalikkan badan. Ia berkacak pinggang menatap Tama dan Edward sangat enggan.
"Kalian ini hanya bodyguard. Jadi, tidak usah sok berkuasa untuk tahu segala hal tentang urusan bos kalian. Katakan saja di mana dia sekarang? Tadi aku ke kantornya, katanya dia sudah pulang," ucap Olivia meninggikan suara.
"Dan katakan saja apa perlu Anda sekarang untuk menemui bos kami? Ingat, Nona, Anda sudah tidak memiliki ikatan hubungan apa pun dengan Tuan Andreas." Edward yang suka berbicara ceplas-ceplos sangat suka beradu mulut dengan perempuan di depannya.
"Hei! Lancang sekali kamu, ya. Kamu tidak tahu tentang hubungan kami, jadi diam saja. Jangan banyak bacot!" Olivia mendelikkan mata, rahangnya mengeras karena geram.
"Ah, pantas saja Tuan tidak menyukai Anda. Perempuan sosialita tapi tidak bisa mengfilter ucapannya. Sangat kasar." Edward menyeringai sinis. Sedangkan Tama hanya memerhatikan dalam diam.
"Kauuu! Eergh!" Olivia menuding Edward sambil menghentakkan kaki.
"Anda mau bertemu Tuan Andreas, Nona? Baiklah, aku beritahu. Dia sedang berenang bersama istrinya. Ingat, Nona, istrinya. Bukan perempuan lain," kata Edward penuh penekanan. Ia tidak suka dengan perempuan itu. Angkuh dan tidak memiliki sopan santun.
Olivia semakin meradang. Ia langsung berlari menuju kolam renang. Sedangkan Edward terbahak melihat perempuan itu bak kebakaran jenggot.
"Niat sekali memanas-manasi dia, Ed." Tama terkekeh sambil menggeleng.
"Biar melihat sendiri bagaimana mesranya Tuan ke istrinya. Yang terpenting, aku tidak akan membiarkan perempuan lain merusak hubungan bos kita. Apalagi Nona Zulaikha orangnya sangat baik, beda dengan Nenek lampir itu. Kasar."
"Lagian, itu perempuan mau ngapain ketemu Tuan Andreas? Sudah diputus juga, kan. Terakhir aku melihat dia sebelum Tuan sama Nona Zul menikah."
"Masih belum bisa move on kali, Tam. Biasa lah, orang kalau sudah terobsesi tidak bisa membedakan mana cinta tulus dan mana cinta untuk sekadar ingin memiliki."
"Tugas kita semakin diperketat untuk membasmi hama yang akan menyerang." Tama tergelak. Lalu beranjak dari tempatnya diikuti Edward, ingin melihat bagaimana reaksi Olivia saat melihat kemesraan bosnya. Namun, dari kejauhan. Karena tadi sudah diwanti-wanti oleh Bi Maryam tidak boleh memasuki area kolam renang.
**
Olivia berdiri di ambang pintu menuju kolam renang, dengan kedua tangan mengepal kuat. Ia masih belum percaya melihat dua insan di dalam kolam renang itu sedang berciuman begitu mesranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED BRIDE [ENDING]
Romance"Menikah denganku," ucap Andreas, penuh penekanan. Lalu, melepaskan cengkeramannya. Zulaikha menggeleng. Bagaimana bisa ia menikah dengan orang yang baru dikenalnya? Ditambah lagi, lelaki itu sangat membencinya sekarang. "Aku tidak menerima penolaka...