"Kenapa dia ada di rumahmu, Eas? Bukankah dia orang yang memaki-maki kita waktu di kafe?" Olivia yang baru sampai di rumah Andreas, dibuat kaget akan adanya Zulaikha. Tatapannya tampak menyelidik, memandang perempuan yang sedang berjongkok membersihkan pecahan mangkuk di lantai.
"Pengganti ART-ku. Mereka sudah tidak bekerja di sini lagi."
"Kenapa? Kamu memecat mereka semua?"
"Menurutmu?" Andreas melirik Olivia yang berdiri di sebelahnya. Agak sungkan untuk mengobrol panjang-lebar kepada kekasihnya itu.
"Aku paham." Mengangguk-angguk, Olivia mengulum senyum.
"Jadi, sekarang dia yang menjadi babu di rumahmu?" tanya Olivia lagi dengan nada mengejek. Ada rasa bahagia yang menyelinap ke dasar hatinya, melihat Zulaikha direndahkan.
Olivia menghampiri perempuan itu dan membungkuk, lalu berkata lagi, "Makanya jangan mencari masalah kepada kekasihku. Lihat, sekarang. Kamu dijadikan babu di sini."
Tersenyum mendengar perkataan Olivia, Zulaikha berpikir akan memberitahu kebenarannya kepada perempuan itu. Jika Andreas saja bisa memisahkan dirinya dengan Zacky, kenapa dirinya tidak bisa?
Zulaikha meneliti dan memastikan sudah tidak ada lagi pecahan mangkuk yang berserakan, lalu berdiri. Ia mengangkat dagu, tatapannya menantang Olivia. "Oh, ya? Mungkin karena Andreas tidak ingin terganggu saat bermesraan denganku nanti. Karena kami akan menikah dalam waktu dekat ini," ucapnya santai.
Mendengarnya Olivia tercengang, matanya membelalak dengan mulut terbuka. Bisa-bisanya perempuan itu ngawur dalam berucap. "Maksudmu apa?!" tanyanya, meninggikan oktaf suara. Lalu, ia menatap Andreas. "Tolong jelaskan, Andreas? Kenapa perempuan ini ngomong seperti itu. Apa benar, kamu akan menikahi dia?"
Andreas mengangguk tanpa keraguan."Kenapa? Apa kamu menghamili perempuan itu?" tanya Olivia, penuh selidik.
"Ti---."
"Iya. Kekasihmu yang bak Dewa Yunani itu menghamiliku. Di perut ini ada darah dagingnya yang sedang berkembang," ucap Zulaikha, sambil mengelus perut. Ia menatap puas Andreas yang sudah mengetatkan rahang. Jelas sekali sedang menahan amarah.
"Ah, Nona. Seharusnya kamu sadar diri kenapa Andreas tidak pernah mau dibawa pergi olehmu untuk menemui teman-temanmu itu. Karena dia tidak mencintaimu dan lebih menjaga perasaanku. Di sini, siapa yang nasibnya lebih malang, Nona? Aku sebagai babu spesial, atau kamu kekasih yang tak dianggap? Ups! Terdengar menyedihkan sekali menjadi kekasih yang tak dianggap." Zulaikha menutup mulutnya dan pura-pura menampilkan wajah sendu. Ia terkikik puas, rasanya sudah kelewat batas merangkai kata-katanya.
Olivia menggeram. Ia mengepalkan kedua tangan di sisi kanan dan kiri paha mendapat cibiran dari Zulaikha. Menyipitkan mata merasakan darahnya mendidih dan hati memanas, Olivia menampar Zulaikha cukup keras. Napasnya menggebu-gebu membuat dadanya naik turun.
"Wanita murahan! Jalang! Berani-beraninya menggoda dan merebut pacar orang!" murka Olivia.
Zulaikha menyeringai. Ia menangkup pipi bekas tamparan yang memanas. Menatap sinis Olivia dan Andreas secara bergantian, ia berkata, "Jangan asal menuduh. Kalau bukan Andreas yang merayuku, aku tidak akan jatuh dalam pelukannya. Ingat, Nona. Terjadinya hubungan gelap, bukan dari pihak perempuannya saja yang berengsek. Tapi, prianya juga. Dan ... seperti yang kukatan tadi. Andreas lebih memilihku daripada dirimu untuk dijadikan istri."
Melihat perdebatan sengit di hadapannya, kesabaran Andreas menipis. Tanpa babibu ia langsung mengangkat Zulaikha, memanggulnya bak karung berisi beras. Ia juga mengabaikan perempuan itu yang meronta, terus berjalan tergesa menuju lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED BRIDE [ENDING]
Romance"Menikah denganku," ucap Andreas, penuh penekanan. Lalu, melepaskan cengkeramannya. Zulaikha menggeleng. Bagaimana bisa ia menikah dengan orang yang baru dikenalnya? Ditambah lagi, lelaki itu sangat membencinya sekarang. "Aku tidak menerima penolaka...