Part 23

1.2K 178 40
                                    

"Duh, Mas! Kalau jalan lihat-lihat, dong. Jangan asal nabrak gini," omel Zulaikha. Ia menghampiri lelaki yang menabraknya sambil mengusap-usap bahunya, nyeri sedikit.

"Maaf, maaf. Aku tidak sengaja karena sedang buru-buru," kata lelaki berpakaian rapi. Ia mengangkat kedua tangannya di depan dada. Pandangannya beradu tatap dengan Zulaikha yang sedang menatapnya kesal.

'Cantik juga,' batin lelaki itu, menilai penampilan Zulaikha yang memakai celana jins longgar, kaus putih lengan pendek agak longgar, dan rambut yang dicepol hair bunstyle menyisakan anak rambutnya menjuntai bebas.

"Dah, Kha. Gak usah diladenin. Yang penting kamu masih hidup dan gak lecet-lecet." Lyodra mencoba menenangkan Zulaikha, membuat perempuan di sampingnya langsung menoleh.

"Sakit, Ly," ucap Zulaikha lirih, masih mengusap-usap bahunya.

"Nanti minta Pak Andreas ngobatin kamu. Pasti langsung sembuh. Biasanya, suami tuh, kalau ngobatin istrinya dengan penuh perasaan dan kehati-hatian gitu. Sambil dibarengi obrolan manis. Romantis tauk!"

Mendengar ucapan Lyodra, Zulaikha geli sendiri tapi jadi salah tingkah. Untuk mengalihkan, ia berlalu meninggalkan lelaki yang masih menatapnya. Memasuki restoran, ia dan Lyodra langsung menghampiri teman-temannya yang sudah berkumpul. Di meja depan mereka sudah penuh dengan piring berisi makanan-makanan dan gelas lonjong berisi jus.

Sementara itu, lelaki tadi yang mulai melangkahkan kakinya menuju parkiran, dalam hati ia berkata, 'Andreas? Jadi, lelaki itu suami perempuan tadi? Melakukan permainan baru dengan Andreas sepertinya menarik. Sudah lama aku tidak melakukan persaingan dengannya.'

***

"Dude, sesuai janjimu dulu, ya. Ini aku sudah membuat surat perjanjian berisi persetujuan jika kamu berhasil menghamili istrimu, salah satu restoran di Bali jadi milikku."

Tomi duduk berhadapan di restoran milik Andreas bernuansa garden. Ia menyerahkan dua map biru kepada sahabatnya. Ia sungguh-sungguh membuat surat perjanjian itu, meski tahu jika sahabatnya tidak pernah main-main dalam ucapan. Namun, karena menurutnya itu taruhan yang hadiahnya menggiurkan, Tomi tidak mau kehilangan. Dan harus ada surat perjanjian resmi agar Andreas tidak bisa mengelak.

"Kamu sungguh-sungguh membuatnya?" tanya Andreas agak ragu. Namun, ia berhasil metutupinya dengan nada suara santai. Sedangkan pikiran dan hati mulai berperang, karena sekarang hubungannya dengan Zulaikha mulai membaik. Katakan saja, ia dan Zulaikha sedang merajut kasih yang namanya jatuh cinta.

"Iyalah, Dude. Kamu sendiri yang menawarkan ini padaku." Tomi berucap semangat.

Taruhan konyol dan tak masuk akal, sudah terlanjur disepakati oleh kedua belah pihak dan di depan satu orang saksi. Waktu itu, dengan rasa bangganya Andreas berucap akan menghancurkan Zulaikha dan tidak akan jatuh cinta kepada perempuan itu, apalagi sampai menghamilinya.

Lalu sekarang, keadaan sudah memutar-balikkan hatinya. Dalam waktu singkat ia telah berani mengungkapkan rasa cintanya kepada Zulaikha. Sangat tidak masuk akal jika dibandingkan dengan perasaannya dulu, yang sangat menggebu-gebu ingin menjalankan misi menghancurkan Zulaikha sampai sehancur-hancurnya.

Lalu, dengan tiba-tiba tidak ada angin, tidak ada hujan, ia mau mengakui kepada Tomi jika sekarang telah jatuh cinta kepada Zulaikha, dan mendadak membatalkan taruhan yang ia tawarkan? Hei, itu akan sangat dijadikan lelucon untuk lelaki di depannya dan Eros. Mereka pasti akan menertawakan dirinya habis-habisan, menganggapnya pria yang tak tahan godaan, serta menganggap dirinya telah menjilat ludahnya sendiri yang telah dibuang. Reputasi dan harga dirinya tentu akan hilang di hadapan mereka.

Andreas masih diam dan berpikir. Ia pura-pura sedang membaca isi surat perjanjian itu, padahal pikirannya sedang berkecamuk. 'Sepertinya akan aman, sih, karena Tomi dan Eros belum tahu kedekatanku dengan Zulaikha. Lagian, tidak ada orang lain yang tahu juga tentang taruhan ini.'

FORCED BRIDE [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang