56%

177 21 0
                                    



~ Selamat Membaca ~




" Sudah sangat lama aku tidak ke sini menghirup udara yang sangat ku rindukan." 

" Bagaimana keadaannya sekarang?? " 

" Dari tahun ke tahun banyak perubahan terjadi." Seulbi mengangguk dia hanya bisa merasakan lewat indra lainnya mata itu mengerjap pelan dia tersenyum miris mengingat dia tak lagi bisa melihat

" Untuk saat ini biar saya yang akan menjadi matamu tuan." 

" Terimakasih "dering suara ponsel membuat orang tadi pergi sebentar untuk mengangkat telpon tak lama suara derap langkah menghampirinya namun dia tak membuka suara sama sekali

" Senang bertemu dengan mu." Alis seulbi bertautan dia tidak mengenali suara ini namun walaupun begitu dia tetap diam " ku kira masih butuh waktu banyak untuk mu sembuh." 

Sekarang dia mengerti arah pembicaraan ini orang yang sedang di sampingnya ini menganggapnya seulgi 

" Aku hanya butuh udara." Orang itu hanya mengangguk dia memerhatikan ada yang berbeda dengannya,, tak ada luka dari pria ini dia hanya diam menatap ke depan sama sekali tak melirik sedikitpun tatapan juga biasa seperti kosong 

" Apa kejadian kemarin sangat membekas padamu?? " Seulbi tak tau harus bicara apa orang suruhan appa ya tak mengatakan dengan detail tentang kejadian itu 

" Aku minta maaf kepada sebelumnya aku harap kau tak membenci ku nantinya,, aku akan menebus semua yang telah terjadi seulgi-ah."  Tak ada suara apapun lagi seulbi menengok walaupun tak bisa melihat dia bisa merasakan perbedaan antara ada orang atau tidak baru saja ia ingin berucap suara derap langkah kembali datang 

" Maaf tuan saya terlalu lama meninggalkan anda." 

" Kemana orang yang tadi bicara padaku?? Kau melihatnya?? " 

" Tidak ada siapapun tuan." Dia terdiam dia ingat seseorang baru saja bicara padanya bahkan dia tak mendengar langkahnya pergi dia mengira orang itu masih ada 

" Lupakan saja,, lebih baik antar aku pulang." 





Setelah pembicaraan kemarin seulgi hanya diam tak merespon apapun pikirannya hanya tertuju pada pembicaraan kemarin hanya itu yang terus terbayang di pikirannya entah bagaimana itu terjadi tapi satupun tidak ada yang dia tau ataupun dia ingat 

" Gi " lamunannya langsung terhenti dia melihat ke arah pintu irene dia datang seorang diri namun tatapan kini berbeda jika kemarin dia datang dengan senyuman namun sekarang dia hanya menampilkan ekspresi biasa saja seperti saat hendak pulang

" Yang lain kemana?? " 

" Sebentar lagi juga sampai kok,,, Butuh sesuatu?? " Seulgi menggeleng dia memberi isyarat untuk irene masuk karna wanita itu hanya diam menatap di depan pintu

" Rene,, jika sesuatu terjadi di masa lalu tapi lu sama sekali engga inget tapi masa lalu itu seakan datang dan memberitahu apa yang terjadi menurut lu bagaimana?? " 

" Sebisa mungkin gua bakal berusaha buat inget dan jikapun seseorang datang dari masa lalu dan memberitahu gua harap itu tidak menyakitkan."

" Gua merasa tidak satupun masa lalu yang gua inget hanya kejadian itu yang melekat sampai sekarang yang lain nol persen,, tapi kenapa sekarang gua merasa masa lalu itu mendesak untuk keluar dan begitu menyakitkan." Irene tak merespon dia hanya diam melihat ekspresi seulgi yang tiba tiba diam dari nada bicara terlihat frustasi

" Apa ada yang terjadi?? " kini mata itu bertautan tapi tak lama seulgi mengalihkan pandangannya " bagaimana jika gua hidup sebagai pengganti seseorang yang telah tiada?? bagaimana jika gua di pertahankan karna ada rasa kasihan?? Bagaimana jika gua hidup lalu satu nyawa di pertaruhkan?? " Suara itu bergetar namun tak ada air matanya yang jatuh irene khawatir karna tiba tiba seulgi berbicara seperti itu dia sama sekali tak mengerti maksudnya tapi yang jelas seulgi seperti ingin mencari sesuatu karna dia berbicara tentang masa lalunya

" Bagaimana gua setenang itu ren jika memang dia pergi agar gua tetap hidup maka gua jahat ren." Mata itu terpejam seulgi tak pernah merasa sesesak ini sebelumnya seakan perkataannya appa ya itu menusuknya dengan dalam dia ingat persis bagaimana appa ya mengatakan itu dengan kemarahan walaupun dia tak melihat ke arah eomma ya

" Gi ... Lu baik baik aja plis jangan buat gua takut." Matanya terbuka entah kenapa mendengar suara irene yang memohon seperti itu membuatnya tak tega setiap kali berurusan dengan irene entah kenapa seulgi selalu lemah semarah atau jikapun moodnya sedang buruk seulgi selalu kalah dia selalu menyangkal jika jatuh pada pesona irene dia selalu menganggap dia selalu sama jika berurusan dengan wanita khususnya irene dan jisoo 

" Gii... Plis lu harus baik baik aja jangan tutup mata lu lagi gua takut setelah kejadian itu gua takut kalau lu tutup mata lu dan besoknya mata itu masih tertutup gua mohon jangan buat takut." Suara itu bergetar tapi kini bukan seulgi melainkan irene entah kenapa tiba tiba dia menangis melihat itu seulgi semakin tak tega dia langsung menarik irene dan memeluknya memberikan kehangatan dan ketenangan

" Gua selalu berusaha buat bilang pada diri gua sendiri kalau gua engga perduli ke lu tapi hati dan pikiran gua berlainan gi ketika kaki ingin melangkah tapi otak memerintahkan gua untuk tetap diam,, gua harus apa gi?? Walaupun gua tau lu selalu acuh ke gua tapi kenapa gua selalu ngelak dan nyakin sebenarnya lu itu perduli dan liat gua walaupun itu dengan cara lu sendiri kenapa gi?? Kenapa?? " Seulgi terdiam membisu lain dengan irene malah semakin masuk dan mendekap seulgi

" Kenapa rasanya masih sama gi seperti dulu,, saat lu datang dan menolong lalu kita berteman dan bersama walaupun tak ada ikatan entah kenapa gua selalu nyaman sama seperti sekarang walaupun lu nambah acuh kenapa gua selalu nyaman di dekat lu." Air mata lolos begitu saja bahkan air mata itu sudah membasahi baju seulgi isakan itu masih terdengar seulgi menggelengkan kepalanya

" Maaf ren." 



.



.


.


Tbc

Welcome to my backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang