2

72.1K 3.4K 52
                                    

HAPPY READING !!!

Di depan meja makan, terlihat Garvin tengah menyiapkan sarapan untuk gadisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan meja makan, terlihat Garvin tengah menyiapkan sarapan untuk gadisnya. Seperti biasa laki-laki itu membuat roti lapis dan segelas susu. Setelah semuanya selesai, Garvin melangkahkan kakinya untuk menemui Geyra.

Sampai di depan pintu ruangan gadis itu Garvin membuka kunci dan tidak lupa menyalakan lampu kemudian melangkah masuk ke dalam. Di sudut ruangan nampak gadisnya masih tertidur dalam keadaan meringkuk, membelakanginya. Ia semakin melangkahkan kakinya mendekati gadis itu.

Garvin duduk di sebelah Geyra, mengelus rambut gadisnya lembut. Laki-laki itu kemudian membalikkan tubuh Geyra pelan agar menghadap dirinya.

Melihat gadis itu tidak terganggu sedikitpun dengan kehadiranya Garvin lalu mencium dan melumat bibirnya lembut. Tangan Garvin menekan tengkuk Geyra agar ciuman mereka semakin dalam.

Geyra yang masih terpejam merasa udara di sekitarnya kian menipis. Ia pun perlahan membuka kedua matanya dan terkejut dengan apa yang sedang terjadi sekarang. Garvin yang belum menyadari jika gadisnya sudah terbangun tetap melancarkan aksinya.

Dengan keadaan menangis, Geyra memukul dan mendorong tubuh Garvin sekuat tenaga agar ciuman laki-laki itu terlepas.

PLAK!

Geyra menampar keras pipi Garvin dengan tangan kanannya. Dada gadis itu bergemuruh naik turun masih berusaha menghirup oksigen akibat sesak karena ciuman Garvin.

Geyra semakin ketakutan karena melihat reaksi Garvin yang hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun dan menatapnya dalam tetapi Geyra tetap berusaha menutupi rasa takutnya. Ia khawatir Garvin akan memaksanya untuk menciumnya kembali seperti tadi.

Sekitar dua menit mereka diam hanya terdengar suara isakan Geyra. Garvin kemudian mengambil makanan yang ada di nampan yang dibawanya dan menyuapi Geyra seperti kemarin.

Selesai menyuapi, Garvin melangkah keluar dengan membawa kembali nampan tadi tanpa mengunci pintu dari luar. Geyra menatap kosong pintu yang masih terbuka. Ia hanya bisa berharap ada orang lain yang akan membantunya keluar dari sini.

Lima belas menit melamun, Geyra disadarkan dengan kedatangan Garvin kembali. Geyra masih belum menatap Garvin, ia beralih menatap kosong dinding berwarna abu-abu gelap.

Sampai di hadapan gadisnya, Garvin mengusap pipinya lembut. Hal itu tidak membuat Geyra mengalihkan perhatian kepadanya. Selang beberapa menit terdengar langkah kaki mendekat ke arah ruangan tersebut.

Geyra penasaran siapa pemilik langkah kaki itu. Gadis itu terkejut ketika melihat kakaknya-Keyra terlihat jelas di depan pintu. Keyra tidak sendiri, terlihat dua laki-laki berbaju hitam di kanan-kirinya.

"KAK KEYRA!"

Keyra berlari masuk dan tanpa lama lagi memeluk adik yang selama sepuluh tahun telah ia jaga sebaik mungkin. Keyra dan Geyra sama-sama menangis dalam pelukan. Mereka berdua sedang melepas rindu.

"Kamu baik-baik aja?" Keyra memeriksa seluruh tubuh adiknya. Gadis itu melihat di sebelah kanan leher Geyra berwarna ke merah-merahan, Keyra tahu tanda apa itu. Tapi, ia hanya bisa melihat adiknya iba dan memilih untuk tidak memberi tahu Geyra karena ia tidak ingin membuatnya sedih.

Lalu Keyra mengusap perban luka di kaki adiknya. Dengan sekuat tenaga ia menahan air matanya untuk tidak turun. Ia sangat tidak tega melihat kaki adik satu-satunya terluka.

"Ini ... masih sakit?" tanya Keyra memastikan.

"Udah gak kak," balas Geyra dengan memaksakan senyumnya.

"Beneran?"

"Iya kak." Geyra semakin melebarkan senyumnya.

"Kak, tolong buka ikatan ini, Geyra mau pulang sama kakak, gak mau di sini." Geyra mengangkat tangan kirinya yang dirantai berharap sang kakak bisa membukanya.

"Gey, kakak min-"

"Bawa dia keluar!" perintah Garvin tiba-tiba kepada dua laki-laki kekar berbaju hitam yang tadi bersama Keyra.

"Baik Tuan."

"Lepas!" bentak Keyra kepada mereka yang menarik kedua tangannya kasar.

"Jangan sakiti kak Key, jangan pisahin aku sama kakak, aku mohon hiks ..." Geyra menangis kencang, tidak tega melihat tangan kakaknya dicengkeram dua laki-laki itu.

"Geyy ..." Keyra semakin dibawa keluar.

"KAK KEYRA!! hiks ..."

Garvin kemudian mengusap sudut mata dan pipi Geyra yang basah. Ia juga mengecup cepat pipi gadis itu. Geyra refleks bergerak menjauhi Garvin, tidak ingin kejadian tadi pagi terulang lagi.

"A-aku mau pulang, hiks ..."

"Mau pulang?" tanya Garvin, mengulangi ucapan gadis itu.

Geyra menganggukkan kepalanya, menatap takut-takut mata Garvin. "Ada syaratnya," ujar Garvin disertai senyum miringnya.

"A-apa?" jawab Geyra terbata.

Dengan menyeringai Garvin menjawab. "Bercintalah denganku tiga hari berturut-turut, selama dua puluh jam setiap harinya." Geyra seketika dibuat mematung mendengar ucapan laki-laki di hadapanya barusan.

Memanfaatkan kesempatan itu, Garvin memajukan tubuhnya, kemudian melumat bibir gadisnya kasar dan dalam, tidak memberikan Geyra celah sedikitpun untuk bernafas. Merasa gadisnya yang terus memberontak, Garvin menyimpan kedua tangan Geyra dibelakang tubuh dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya menekan tengkuk gadis malang itu.

Garvin menggigit bibir bawah gadisnya keras, alhasil Geyra pun mengaduh kesakitan dan tanpa sadar membuka sedikit mulutnya. Garvin tidak tinggal diam, ia langsung menerobos masuk lidahnya ke dalam mulut Geyra, mengabsen gigi-gigi gadis itu.

Puas mengabsen gigi Geyra, Garvin tidak langsung melepas ciuman panasnya, laki-laki itu kembali melumat kasar bibir yang sudah membengkak.

Merasa gadisnya sesak, Garvin akhirnya melepas pagutan mereka. Garvin beralih mencium, menjilat dan menghisapi leher putih Geyra. Gadis itu hanya bisa menangis dan pasrah, karena tangannya ditahan di belakang tubuh dan tengkuknya yang ditahan pula oleh tangan Garvin.

"Aku mohon berhenti, hiks ..."

Garvin sama sekali tidak menggubris permohonan Geyra, ia masih terus menikmati leher gadis itu.

Setelah puas dengan apa yang baru saja dilakukannya, ia beralih memandangi wajah Geyra, mengusap bibir bengkaknya dan sesekali mengecup kedua mata sembab gadis itu.

"Brengsek!" maki Geyra dengan dada naik turun menahan emosi.

"AKU BENCI KAMU!" teriak frustasi gadis itu.

Bukannya marah, Garvin justru terkekeh. Laki-laki itu kemudian memeluk lembut tubuh bergetar Geyra dan mengusap punggungnya.

"Aku sangat mencintaimu juga, Sayang."

Infatuated With HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang