23

27K 1.3K 51
                                    

HAPPY READING !!!

Geyra memundurkan tubuhnya ketika melihat Garvin perlahan berjalan mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Geyra memundurkan tubuhnya ketika melihat Garvin perlahan berjalan mendekat. Air mata Geyra semakin mengalir deras ketika punggungnya telah menempel pada kepala ranjang. Gadis itu hendak berlari dari arah samping, namun Garvin lebih dulu mengurung tubuhnya.

"Akh, hiks ... s-sakit lepas!"

Kepala Geyra sangat terasa sakit sekarang. Laki-laki itu menjambak rambutnya kasar sehingga wajah Geyra pun mendongak ke atas. Tangan Geyra berusaha menjauhkan tangan Garvin dari rambutnya, namun tenaganya tidak sebanding dengan laki-laki itu.

"Menyesal?" sejenak Garvin terkekeh iblis.

"Sayangnya waktu tidak bisa diputar kembali sayang, jadi terimalah takdirmu ini."

Dalam sekejap Gavin telah berhasil menguasai tubuh Garvin. Laki-laki itu sudah tidak sabar untuk menikmati leher putih Geyra yang terpampang jelas di depannya. Gavin pun kemudian menjilati leher milik gadis itu. Menggigiti leher itu hingga menimbulkan ruam kemerahan.

"Hiks ... berhenti! s-sakit. Aku mohon lepas, aku minta maaf hiks ..." tangan Gavin semakin menjambak kuat rambut Geyra ketika gadis itu berusaha keras memukul-mukul lengannya.

"Akh sakit hiks ... lepas!" Gavin terus menghisapi leher Geyra tanpa mendengarkan permohonan gadis itu. Hingga saat ini leher itu sudah hampir di penuhi kissmark akibat ulahnya.

Laki-laki itu kemudian melepas jambakannya. Tangannya beralih meremas bahu Geyra. Dan bibirnya melumat bibir gadis itu. Kedua tangan Geyra berusaha mendorong tubuh Gavin. Dan berhasil, lumatan laki-laki itu pun terlepas.

Gavin dengan sigap menahan tangan Geyra yang hendak menamparnya. Ia mencengkram erat tangan mungil itu.

"Hiks ... lepas!"

"Ingin menamparku sayang?" Gavin terkekeh. Kekehan Gavin terdengar sangat menyeramkan di telinga Geyra.

Gavin mengecup sekilas bibir Geyra kemudian laki-laki itu pergi menuju lemari untuk mengambil sesuatu barang. Melihat Gavin yang menjauh, Geyra dengan cepat berlari ke pintu keluar. Ia mencoba membuka pintu itu namun ternyata pintu tersebut telah dikunci.

"Siapapun di luar, tolong hiks ... buka pintunya."

Gadis itu pantang menyerah, ia terus berusaha membuka pintu. Geyra dibuat berteriak kesakitan kembali ketika Gavin dengan tanpa perasaan menarik kembali rambutnya dan menyeretnya menuju kasur.

"Akh s-sakit Garvin, aku mohon hiks ... lepas,"

Tubuh Geyra kemudian dilempar kasar ke ranjang. Gavin mengambil sebelah tangan kanan Geyra dan diikatnya pada tiang ranjang menggunakan tali yang di ambilnya tadi. Laki-laki itu melakukannya sama pada tangan kiri Geyra.

"Lepas hiks ... aku mohon. Aku janji gak akan minum obat itu lagi. Aku minta maaf Garvin, hiks ... aku mohon lepas," Geyra menarik-narik tangannya, berharap ikatan itu terlepas.

"Aku terima permintaan maafmu sayang. Tapi aku tidak bisa melepas ikatan ini, aku takut kamu kabur lagi."

"Aku beri kamu waktu satu jam untuk beristirahat." setelah itu Gavin bangkit dan keluar dari kamar tanpa mengunci pintu dari luar.

•••

Seorang pelayan masuk ke dalam kamar. Ia diperintahkan Garvin membawakan makan dan minum untuk Geyra.

"Nona, mari makan." pelayan itu mengarahkan sendok berisi nasi dan lauk ke depan mulut Geyra.

Namun gadis itu tetap menutup mulutnya rapat, enggan menerima suapan tersebut. Air mata pun masih mengalir dari kedua mata Geyra tanpa isakan.

"Aku gak laper. Aku cuma mau keluar dari sini,"

"Makan ya Non, nanti Bibi Irma sedih kalau Non Geyra tidak makan," gadis itu tetap menggeleng, menolak makanannya.

"Kenapa bukan Bibi Irma yang nganterin?"

"I-itu N-nona, Bi Irma-" suara pelayan tadi terdengar terbata, jujur saja ia bingung harus menjawab apa, jika mengatakan yang sebenarnya nanti gadis itu pasti akan bersedih kembali. Padahal pelayan itu sudah berjanji kepada Bibi Irma agar selalu membuat sang nona bahagia.

"Kenapa masih utuh?" sang pelayan akhirnya bernafas lega karena terbebas dari pertanyaan Geyra.

Tapi semua itu tidak berlangsung lama, ia kembali merasa hawa di sekitarnya panas ketika Gavin masuk ke dalam kamar. Ia takut, Gavin akan marah besar padanya dan nasibnya akan berakhir sama seperti Bibi Irma.

"M-maaf Tuan."

"Tugasmu sudah selesai, sekarang keluar."

"Baik Tuan." pelayan tadi kemudian keluar dari kamar meninggalkan mereka berdua.

Gavin duduk di kursi di samping tubuh gadisnya. Ia mengambil piring berisi makanan di atas nakas.

"Makan Geyra!"

"Aku gak laper," balas Geyra lemah tanpa menatap laki-laki itu.

"Sekarang kamu pilih. Kamu makan makanan ini atau aku yang akan memakanmu?"

"I-iya, aku mau makan." dengan terpaksa Geyra menuruti Garvin. Ia menolak suapan pelayan tadi karena saat ini memang gadis itu sama sekali tidak nafsu makan.

"Pilihan yang buruk sayang, seharusnya tadi kamu pilih opsi yang kedua,"

Tangan Geyra dibuat mengepal dalam ikatannya. Gadis itu benar-benar tidak habis pikir dengan Garvin.

"Tapi tidak apa-apa sayang, aku tetap menghargai pilihanmu." tangan Gavin sibuk menyuapi Geyra dengan masih mempertahankan seringainya.

Laki-laki itu semakin tidak sabar untuk menghukum gadisnya dengan hukuman yang membuat gadis itu akan berteriak kesakitan dan merasakan kenikmatan sekaligus.

Infatuated With HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang