28

23.3K 1.1K 1
                                    

HAPPY READING !!!

Geyra keluar dari kamar mandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Geyra keluar dari kamar mandi. Ia baru saja menyelesaikan ritual mandi paginya. Saat ini gadis itu sudah rapi dengan memakai kaus polos warna abu dan celana hitam panjang. Geyra yang bingung harus melakukan apa, gadis itu memilih duduk di sofa dengan menekuk kakinya dan menatap hampa ke arah layar hitam televisi.

Karena terlalu fokus dengan lamunannya, Geyra tidak mendengar suara ketukan pintu. Hingga kesadaran gadis itu kembali ketika langkah kaki seseorang mendekat ke arahnya.

"B-bi Irma,"

"Iya Non Geyra," Bibi Irma menyunggingkan senyumnya ketika Geyra telah mengetahui kedatangannya. Geyra bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju wanita itu. Gadis itu langsung memeluk tubuh Bibi Irma dari samping.

"Bibi, maafin aku,"

"Nona Geyra tidak bersalah, jadi tidak perlu minta maaf,"

Bibi Irma menggiring tubuh Geyra yang masih memeluknya untuk duduk di sofa kembali. Wanita itu meletakkan nampan yang dibawanya ke meja.

Bibi Irma kemudian ikut memeluk tubuh Geyra sembari berdiri dengan menekuk lututnya. Wanita itu cukup sadar, dirinya hanya seorang pelayan di sini jadi akan terlihat tidak sopan jika duduk bersebelahan dengan sang nona.

"Jelas aku salah. Aku yang udah bikin bibi kehilangan pekerjaan. Aku minta maaf, gara-gara aku bibi diusir dari sini, dan aku berterima kasih sama bibi, karena bibi selalu nemenin aku di rumah ini,"

Jemari keriput Bibi Irma menghapus air mata yang mengalir dari kedua mata Geyra. Wanita itu sangat tidak sanggup melihat sang nona yang selama ini ia jaga dan sayangi bahkan sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri menangis di hadapannya.

"Bibi juga minta maaf Non, karena waktu itu tidak sengaja menjatuhkan obatnya. Setelah bibi diusir, Tuan menghukum Nona?"

"Bibi gak perlu minta maaf. Aku ngerti, pasti waktu itu bibi panik karena denger suara langkah kaki dia. Bibi tenang aja, aku gak diapa-apain sama dia," bibir Geyra ikut menyunggingkan senyum, namun kedua mata gadis itu masih mengalir air mata.

"Syukur kalau tidak Non, sekarang dimakan ya sarapannya,"

"Siap bibi."

Setelah sarapan Geyra habis, Bibi Irma segera bangkit dan pamit keluar dari sana. Namun lengan wanita itu ditahan oleh Geyra. Gadis itu masih ingin ditemani sang bibi.

"Nanti dulu ya bi keluarnya, aku gak mau sendirian lagi di sini,"

Bibi Irma ingin menyanggupi permintaan sang nona. Tetapi ia baru teringat, Garvin hanya memberikan waktu tiga puluh menit untuk menemui Geyra dan sekarang waktu itu sudah hampir habis.

"Maaf Nona, untuk sekarang tidak bisa. Bibi ada urusan penting setelah ini,"

"Ya udah bibi gak apa-apa, lain kali aja." dalam hati gadis itu berdecak kesal.

Bibi Irma kemudian mengangguk. Ia merasa tidak enak dengan Geyra karena telah membohongi gadis itu. Tapi kalau tidak ia lakukan, Bibi Irma takut Garvin akan kembali marah. Setelah tangan Geyra melepas genggamannya, Bibi Irma lantas keluar dari sana. Dan saat ini Geyra kembali kesepian. Gadis itu kini memilih menelungkupkan kepalanya sembari memejamkan mata.

Geyra kembali menegakkan kepala ketika mendengar suara pintu terbuka. Gadis itu bingung melihat perempuan asing yang masuk ke dalam kamar. Lalu munculah kembali seorang perempuan asing dengan mendorong beberapa gantungan gaun berwarna putih. Geyra bergumam kagum melihat gaun-gaun cantik yang terpajang di sana.

"Selamat pagi Nona. Perkenalkan nama saya Maira. Saya ke sini untuk membawakan beberapa gaun yang akan dipakai Nona saat pesta pernikahan nanti. Nona bisa memilihnya yang menurut Nona bagus,"

Geyra pun melihat-lihat beberapa gaun tersebut. Dan pilihan gadis itu jatuh pada sebuah gaun panjang yang tidak terlalu terbuka seperti gaun-gaun yang lain.

"Aku pilih yang itu aja," tangan Geyra menunjuk gaun yang berada di tengah.

Kemudian perempuan yang bersama Maira mengambilkan gaun itu dan memberikannya pada Geyra.

"Sepertinya akan terlihat sangat cantik di pakai di tubuh Nona. Nona bisa mencobanya sekarang,"

"Boleh?" gadis itu bertanya ragu.

"Sangat boleh," balas antusias Maira. Perempuan itu memang terkenal sangat ramah. Maira sejak masuk tadi selalu menampilkan senyumnya. Tidak pernah sedetikpun senyuman itu luntur.

"Perlu bantuan, Nona?"

Geyra kemudian masuk ke dalam kamar mandi setelah sebelumnya menolak halus tawaran Maira. Ia mengganti kausnya dengan gaun yang dipilihnya tadi. Setelah selesai, Geyra lalu keluar. Gadis itu menunduk malu setelah sampai di depan Maira.

"Tebakan saya benar, Nona terlihat sangat cantik memakai gaun itu,"

Maira berdecak kagum melihat Geyra yang sangat terlihat cocok memakai gaun buatannya. Kulit gadis itu yang putih dan rambutnya yang panjang sangat serasi dipadukan dengan gaun tersebut.

"Terima kasih,"

"Sama-sama Nona. Saat hari pernikahan besok, aku akan ke sini lagi untuk membantu Nona bersiap." Geyra mengangguk. Perlahan gadis itu membalas senyuman Maira.

"Karena Nona sudah mendapatkan gaunnya, saya permisi pulang."

"Hati-hati, terima kasih banyak."

"Sebenarnya tidak perlu berterima kasih Nona, ini sudah menjadi tugas saya. Saya permisi keluar Nona, ingin melanjutkan pekerjaan saya di kantor,"

"Iya Maira, senang bertemu denganmu,"

"Senang bertemu denganmu juga Nona."

Geyra yang hendak membalas lagi terurung ketika Maira sudah lebih dulu keluar dari sana. Gadis itu mengganti kembali pakaiannya. Geyra tersenyum memandangi gaun tadi yang sekarang berada di tangannya.

Infatuated With HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang