32

23.5K 1.2K 40
                                    

HAPPY READING !!!

"Andai gue bisa milikin tubuh ini sepenuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Andai gue bisa milikin tubuh ini sepenuhnya. Gue jadi bisa lebih lama bahkan selamanya bisa bersama Geyra tanpa ada pengganggu,"

Gavin terus berbicara sendiri dengan tangannya yang sedari tadi menancapkan anak panah pada foto pemilik tubuh ini di sana.

"Gue masih mau ketemu Geyra, tapi gue juga males ngadepin banyak orang nanti malam." dalam hitungan detik, Gavin berhasil pergi dari tubuh Garvin.

Garvin seketika berdecak kesal, karena Gavin yang terlalu lama menggantikan tubuhnya. Garvin berjalan cepat menuju fotonya yang terdapat banyak anak panah. Ia kemudian mencabutnya kasar dan membuangnya.

"Gue akan buat perhitungan sama lo, kalau sampai lo berbuat macem-macem lagi sama Geyra."

Garvin berteriak keras dalam ruangan kecil itu. Garvin benar-benar akan menyingkirkan Gavin dari tubuhnya jika laki-laki itu masih terus membuat gadisnya ketakutan. Garvin tidak main-main dengan ancamannya.

•••

Terlihat orang-orang bergantian masuk ke dalam sebuah gedung yang sangat luas dan megah. Mereka terlihat bahagia di sana. Sangat bertolak belakang dengan suasana hati Geyra sekarang. Gadis itu meremas erat gaun yang dipakainya saat ini.

"Tuhan, terima kasih takdirmu ini,"

Geyra tersenyum pahit melihat pantulan dirinya di dalam cermin. Air matapun kembali menetes dari sudut mata. Namun, gadis itu dengan cepat menghapusnya. Ia tidak ingin Gavin melihatnya, Geyra takut laki-laki itu akan marah dan berakhir menghukumnya lagi.

Geyra kembali menundukkan kepalanya ketika mendengar pintu dibuka. Dalam hati, gadis itu berharap supaya Gavin tidak menyadari matanya yang sembab.

"Geyra," panggil Garvin datar.

Setelah mengatur deru nafasnya, Geyra bangkit dan menghampiri Garvin. Dengan terus menunduk, gadis itu berjalan sangat pelan menuju Garvin. Susah payah Geyra menahan ringisannya, namun tetap saja keluar karena rasa perih yang masih terasa di bagian bawah dan kakinya.

"Sshh," gadis itu segera membekap mulutnya dengan tangan.

Setelah sampai di dekat Garvin, Geyra masih belum mengangkat kepala. Gadis itu kemudian dapat merasakan lengan Garvin memeluk pinggangnya. Geyra seketika menahan nafas ketika Garvin mengangkat dagunya.

"Kenapa menangis?"

Deg.

Jantung Geyra berdetak dua kali lebih cepat mendengar pertanyaan laki-laki itu. Keringat dingin pun ikut bermunculan di sekitar dahinya.

"G-gavin m-maaf," suara gadis itu terdengar bergetar di telinga Garvin.

"Gavin?"

Geyra sedikit bingung dengan ucapan Garvin. Namun gadis itu tetap mengangguk.
Deru nafas Garvin bergemuruh mendengar panggilan gadisnya. Setelah acara selesai, ia akan memberi pelajaran pada Gavin. Dengan beraninya laki-laki itu memperkenalkan dirinya kepada Geyra.

"Acara sebentar lagi dimulai, kita ke sana sekarang. Jangan menunduk lagi seperti tadi, mengerti?"

"I-iya."

Garvin kemudian mengajak gadisnya keluar dari kamar. Namun Garvin tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Kaki kamu masih sakit?"

"E-enggak," gadis itu memilih berbohong. Ia takut jika berkata jujur laki-laki itu akan marah.

"Jawab jujur sayang,"

"Hiks ... m-maaf, aku gak bisa jalan cepet," Geyra kembali menunduk, tidak berani melihat wajah tanpa ekspresi laki-laki itu. Namun Garvin mengangkat dagu gadisnya kembali.

"Aku akan menggendongmu."

Garvin kemudian mengangkat tubuh Geyra dan membawanya menuju mobil yang sudah disiapkan di halaman. Ia memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Geyra dan tubuhnya sendiri sebelum melajukan mobil.

Geyra bernafas lega karena laki-laki itu tidak memarahinya lagi. Ia menatap jalanan yang mereka lalui. Gadis itu tentu sangat merasa asing dengan jalanan tersebut.

Beberapa menit kemudian, mobil yang di tumpangi mereka berhenti. Garvin turun terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk gadisnya. Laki-laki itu mengarahkan Geyra untuk menggandeng lengannya. Garvin kemudian berjalan masuk ke dalam dengan menuntun Geyra.

Para tamu undangan yang berada di dalam, segera menyambut kehadiran sang pemilik acara. Mereka memberikan jalan untuk Garvin dan gadisnya menuju panggung yang terlihat sangat mewah di ujung sana.

Sampai di atas panggung Garvin diberikan mikrofon oleh pembawa acara. Garvin berdehem sebentar sebelum berbicara.

"Terima kasih atas kehadiran kalian dalam acara kami, dan perkenalkan calon istri saya, Theresia Friona Geyra."

Garvin kemudian memberikan micnya kepada Geyra, menyuruh gadis itu berbicara. Geyra perlahan mendekatkan mic itu ke bibirnya. Gadis itu menelan salivanya sejanak, mencoba menghilangkan rasa geroginya.

"Terima kasih banyak atas kedatangan kalian semua dan semoga kalian bisa menikmati acara ini."

Acara selanjutnya adalah pesta dansa. Para tamu undangan berdansa dengan pasangannya masing-masing. Tidak berbeda dengan Garvin dan Geyra, mereka ikut berdansa di atas panggung.

Garvin melakukannya pelan. Karena kaki gadisnya yang masih sakit untuk di gerakkan.

"Kalau kamu sudah lelah bilang, mengerti?"

Geyra mengangguk. Kemudian gadis itu dengan perlahan mengikuti gerakan kaki Garvin. Sekitar lima menit kemudian mereka menghentikan dansanya setelah musik berhenti. Sebenarnya Geyra sudah merasa lelah sejak beberapa menit yang lalu, tapi gadis itu tidak ingin membuat Garvin marah lagi dan berakhir suasana acara ini menjadi berubah mencekam.

Geyra terkejut ketika tiba-tiba tubuh Garvin bertekuk di depannya. Tangan laki-laki itu memegang kotak beludru berwarna merah. Di dalam kotak itu terdapat sebuah cincin berlian yang sangat indah. Geyra terperangah melihat cincin itu. Karena sebelumnya gadis itu tidak pernah melihat cincin seperti itu secara langsung.

"Geyra, will you marry me?"

Tubuh Geyra terpaku sejenak mendapatkan perlakuan seperti saat ini. Gadis itu tidak mungkin tega mempermalukan Garvin dengan menolak pernyataan laki-laki itu di depan banyak orang.

"Yes, I will." balas Geyra akhirnya dengan memaksakan senyumnya.

Tiba-tiba terdengar riuhan tepuk tangan setelah Geyra menyelesaikan ucapannya.
Garvin pun tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya. Laki-laki itu kemudian menyematkan cincin yang dipegangnya ke jari manis Geyra.

Setelah cincin itu bertengger manis, Garvin lalu mencium lembut tangan gadis itu. Garvin kemudian bangkit dan langsung mencium lama kening Geyra, meluapkan rasa bahagianya.

"Terima kasih, sudah menerimaku."

Infatuated With HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang