21

27.1K 1.3K 36
                                    

HAPPY READING !!!

"Selamat kak," saat ini Geyra berada di atas sebuah panggung, mengucapkan selamat kepada sang kakak atas pernikahan gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat kak," saat ini Geyra berada di atas sebuah panggung, mengucapkan selamat kepada sang kakak atas pernikahan gadis itu.

"Makasih Gey." balas Keyra kepada sang adik dengan menampilkan senyum terpaksa.

Tidak berbeda dengan Geyra, Garvin pun menyalami Damian dan mengucapkan selamat kepadanya.

"Congratulation brother," ucap Garvin, tangannya menepuk bangga bahu Damian.

"Thanks, kau kapan menyusul?"

"Seminggu lagi." balas Garvin lagi dengan menyeringai, Damian pun mengangguk dan ikut menyeringai.

"Geyra,"

Geyra menggerutu dalam hati. Laki-laki itu pasti mengajaknya untuk pulang, padahal Geyra masih ingin terus di sini, gadis itu tidak ingin kembali ke rumah Garvin. Namun sekeras apapun Geyra menolak, Garvin akan terus memaksanya dan Geyra sangat tahu hal itu.

"Iya bentar," balasnya dengan menoleh sebentar ke arah Garvin.

"Kakak baik-baik di sini, jangan khawatirin aku. Aku bakal jaga diri aku baik-baik,"

Keyra mengangguk masih belum melunturkan senyumnya. "Kamu harus selalu ingat pesan kakak,"

"Iya kak." Geyra kembali memeluk tubuh kakaknya, Keyra pun ikut membalas pelukan sang adik. Keyra lebih dulu mengurai pelukan mereka. Setelah pelukan mereka terlepas, Garvin langsung menarik tangan Geyra untuk mengikutinya keluar dari sana.

Sampai di dalam mobil, Garvin segera menginjak pedal gasnya dan melajukan mobilnya kencang di tengah jalanan yang tidak terlalu ramai. Geyra pun di buat ketakutan. Tangan gadis itu mencengkram erat bagian bawah kursinya.

Brak

Karena Geyra tadi belum sempat memakai seat-belt, tubuh gadis itu pun terdorong ke depan dan dahinya terbentur keras bagian dashboard akibat Garvin yang mengerem mobilnya mendadak.

"Awsh, sshh,"

Kepala Geyra terasa sangat pening sekarang. Tetapi Garvin tetap menariknya masuk ke dalam rumah. Geyra dengan sedikit kesusahan mengikuti langkah laki-laki itu. Gadis itu berjalan sembari memegangi kepalanya, menghalau rasa pusing.

Setibanya di dalam kamar, Garvin mendorong kasar tubuh gadisnya ke dinding. Ia mencium rakus bibir gadis itu. Garvin terus melumat bibir itu, meluapkan hasrat yang ditahannya sejak tadi.

Geyra yang mendapat serangan tiba-tiba hanya bisa pasrah. Apalagi sekarang kedua tangan gadis itu digenggam erat satu tangan Garvin di atas kepalanya. Air matapun kembali mengalir dari kedua sudut mata Geyra.

"L-lepas!"

Mata gadis itu terpejam menahan rasa pusing yang masih menderanya sedari tadi. Rasa sesak pun kemudian menghampiri Geyra karena laki-laki itu terus melumat bibirnya tanpa memberikan ruang untuk dirinya bernafas sejenak.

Geyra pun akhirnya saat ini sudah tidak sadarkan diri. Tubuh gadis itu sangat lemas, namun Garvin masih belum berhenti menciumi rakus bibirnya.

Drtt Drtt

Merasakan ponselnya bergetar dalam saku, Garvin kemudian melepas pagutannya dengan sedikit tidak rela. Ia menahan tubuh Geyra yang sudah pingsan. Jemari Garvin mengusap bibir bengkak gadis itu. Kemudian laki-laki itu mengecupi seluruh bagian wajah Geyra.

"Cantik." ucap Garvin singkat dengan mengangkat tubuh Geyra dan membaringkannya di kasur dalam kamar. Laki-laki itu kembali mengecup sekilas bibir Geyra sebelum dirinya keluar dari sana.

•••

Saat ini Garvin tengah duduk di sofa dalam kamar dengan ditemani wine dan nikotin kesukaanya. Di depan laki-laki itu terdapat laptop berwarna silver yang menyala dan di sekitar dekat laptop ada banyak kertas dalam map.

Ketika Garvin hendak ke kamar mandi, ia merasa seperti menginjak sesuatu kecil. Laki-laki itu kemudian mengambil sebuah bulatan kecil berwarna putih yang tadi tidak sengaja diinjaknya. Garvin terkejut setelah melihat benda itu ternyata sebutir obat.

Seingat Garvin, ia tidak pernah mengonsumsi obat apapun. Laki-laki itu bertanya-tanya dalam hati, siapa yang membawa obat ini ke dalam kamar. Dan obat apa yang sedang dipegangnya sekarang.

Garvin kemudian memilih keluar dari kamar untuk mengetahui secara jelas mengenai obat yang berada di genggamannya. Ia menghentikan langkah seorang pelayan yang tidak jauh darinya berdiri.

"Kau tahu, ini obat apa?"

Pelayan yang bernama Sinta menerima obat yang diberikan Garvin. Ia lalu melihat-lihat obat itu dan mencoba mengingat-ingat apakah dirinya pernah melihat obat tersebut atau tidak.

"Kalau tidak salah Tuan, ini obat pencegah kehamilan. Saya pernah melihat obat ini di dalam tas teman saya,"

"Kau yang membawa obat ini ke kamar?"

"Tidak Tuan. Saya tidak pernah membawa atau membeli obat itu sejak bekerja disini,"

"Panggilkan semua pelayan dan perintahkan mereka berkumpul di ruang tengah!"

"B-baik Tuan."

Pelayan itu membungkuk sopan sejenak, kemudian segera melangkah ke dapur dan memanggil semua teman pelayan dalam rumah.

Infatuated With HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang