24

27K 1.3K 23
                                    

HAPPY READING !!!

Geyra memilih menelungkupkan kepalanya dalam lipatan kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Geyra memilih menelungkupkan kepalanya dalam lipatan kaki. Tenaga gadis itu sudah terkuras habis karena sedari tadi terus menangis. Geyra sudah kehabisan akal, bagaimana caranya agar ia bisa keluar dari sini, untuk membuka lilitan tali di tangannya saja sangat sulit.

Gadis itu tersentak ketika merasakan elusan tangan seseorang di rambutnya. Ia kemudian mengangkat kepalanya. Geyra dapat melihat Garvin duduk di depannya dengan tangan laki-laki itu yang mengusap rambutnya.

"Sudah siap sayang?" Geyra yang paham dengan maksud laki-laki itu lantas menggeleng cepat.

"Garvin hiks ... maafin aku. Jangan lakuin itu lagi, aku gak mau hiks,"

"Aku akan melakukannya pelan sayang,"

"Aku gak mau hiks ... aku mau menuruti semua perintahmu. T-tapi jangan lakuin itu lagi, aku mohon,"

Garvin menarik tubuh Geyra ke dalam pelukannya. Ia mendekap erat tubuh bergetar itu, mengusap-usap lembut punggungnya dan mencium puncak kepala gadis itu.

"Janji akan menurut dan tidak kabur lagi?"

"I-iya," balas Geyra dengan sedikit ragu.

Garvin lalu mengurai pelukannya. Laki-laki itu membuka ikatan tali di tangan Geyra. Setelah terbuka ia mengecup lama pergelangan tangan gadisnya yang memerah.

"Aku pegang janji kamu. Kalau sampai kamu melanggar, aku tidak akan berpikir dua kali lagi untuk menghukummu."

Geyra mengangguk pelan dengan menundukkan kepalanya. Lalu ia merasakan tubuhnya terangkat.

"Peluk leherku sayang biar kamu tidak jatuh."

Kedua tangan Geyra perlahan memeluk leher Garvin. Laki-laki itu membopong tubuhnya seperti koala lalu membawanya ke kursi sofa. Garvin memangku tubuh Geyra dengan satu lengannya yang memeluk pinggang gadis itu. Sedangkan tangan yang lain menyalakan televisi di depan lalu menyetel sebuah film.

Kepala gadisnya Garvin sandarkan di depan dada bidangnya. Dan tangan laki-laki itu yang bebas ia gunakan untuk mengelus rambut panjang Geyra.

Mereka kemudian menonton film bersama dalam keheningan. Namum belum juga film tersebut selesai, kedua mata Geyra terasa sangat berat. Gadis itu pun tertidur masih dalam pelukan Garvin.

Mendengar dengkuran halus dari bibir gadisnya, Garvin lalu mematikan televisi dan membaringkan tubuhnya serta tubuh gadisnya disana. Garvin memeluk tubuh itu erat hingga beberapa menit kemudian ia ikut tertidur.

Sekitar satu setengah jam kemudian, Geyra terbangun. Gadis itu memindahkan lengan kekar Garvin yang berada di atas perutnya. Namun belum juga terlepas, lengan itu kembali memeluknya.

"Mau kemana?"

"Aku ... mau pipis," alasan Geyra, karena gadis itu tidak terlalu nyaman dengan posisinya sekarang, dimana jarak antara mereka berdua yang terpaut sangat dekat. Geyra takut laki-laki itu akan berbuat macam-macam lagi.

"Aku antar."

Garvin dengan sigap mengangkat tubuh Geyra lalu melangkah menuju kamar mandi. Geyra yang hendak menolakpun terurung, gadis itu merasa pasti akan sangat percuma.

Sampai di depan pintu kamar mandi, Geyra buru-buru turun kemudian masuk. Gadis itu sengaja menyalakan keran air, agar Garvin percaya bahwa dirinya sedang buang air, padahal kenyataannya tidak.

Geyra berdiri di depan cermin lalu membasuh wajahnya. Ia tanpa sadar melamun di kamar mandi, hingga kesadarannya kembali ketika Garvin terus memanggil namanya dan menggedor pintu dengan sedikit keras.

Dengan malas Geyra mematikan keran kemudian berjalan ke arah pintu dan membukanya. Tangan gadis itu langsung di tarik Garvin, laki-laki itu menariknya kembali ke sofa. Garvin membaringkan tubuh mereka lagi di sana lalu memeluk tubuh gadis itu.

Geyra menutup kedua matanya, pura-pura tidur kembali. Berbeda dengan Garvin, laki-laki itu memandangi wajah gadisnya. Jemari tangan Garvin mengusap alis Geyra yang basah karena air. Lalu turun ke kelopak mata Geyra yang tertutup. Garvin mengusapnya pelan kemudian mengecupnya.

Garvin dengan perlahan memiringkan wajahnya, ia menempelkan bibirnya dengan bibir Geyra kemudian melumatnya. Geyra yang merasakan itu lantas membuka kedua matanya lalu mendorong wajah Garvin.

"Kamu lupa dengan janjimu tadi?"

Geyra pun kelabakan mendengar pertanyaan Garvin. Gadis itu menundukkan pandangannya, tidak berani melihat wajah tanpa ekspresi laki-laki itu.

"M-maaf, j-jangan hukum aku,"

Jari telunjuk Garvin mengangkat dagu Geyra hingga pandangannya bertubrukan dengan pandangan gadis itu. Garvin terkekeh pelan ketika gadisnya memejamkan matanya rapat. Ia tahu, pasti gadisnya saat ini mengira bahwa dirinya sedang marah. Padahal tidak sama sekali.

"Aku tidak akan menghukummu untuk kesalahan kali ini, asal kamu membalas ciumanku."

Tanpa berlama-lama lagi, Garvin segera melumat bibir gadisnya kembali. Ia sengaja melumatnya pelan, mengimbangi kemampuan gadis itu. Tangan Garvin sedikit meremas bahu Geyra, ketika melihat gadisnya hanya diam dengan memejamkan kedua matanya.

Dan remasan Garvin berhasil membuat Geyra membalas ciumannya. Dalam sekejap tubuh Garvin sudah berpindah berada di atas tubuh Geyra. Laki-laki itu menindihnya dengan kedua tangannya yang ia gunakan untuk menahan berat tubuhnya agar tidak menimpa tubuh Geyra.

Garvin tersenyum senang dalam ciuman mereka, laki-laki itu semakin melumat dalam bibir gadisnya. Sebelah tangan Garvin perlahan bergerak menuju belakang tubuh gadis itu. Ia mengelus lembut punggung Geyra sebentar, lalu menarik resleting gaun gadis itu ke bawah. Hal tersebut membuat Geyra segera melepas pagutan mereka. Gadis itu takut, Garvin akan melakukannya lebih.

"Kamu bilang-" Garvin menempelkan jari telunjuknya di bibir Geyra.

"Aku hanya ingin membantumu mengganti pakaianmu sayang. Dari hari kemarin kamu masih memakai gaun yang sama,"

"Aku bisa ganti sendiri. Aku ... juga mau mandi."

Garvin mengangguk kemudian menjauhkan tubuhnya. Geyra segera bangkit duduk. Gadis itu memperhatikan Garvin yang sedang mengambil baju di dalam lemari.

Geyra dengan cepat mengalihkan pandangannya ketika laki-laki itu telah selesai mengambil pakaian dari lemari. Garvin duduk di samping tubuh Geyra lalu menyerahkan sebuah kaus berwarna hitam dan celana pendek kepada gadis itu.

"Makasih." ucap Geyra pelan kemudian bangkit dan berjalan masuk ke kamar mandi. Gadis itu akan terus mengingat perkataan bundanya semasa masih hidup, untuk selalu mengucapkan terima kasih kepada orang yang berbuat baik padanya dan sesegera mungkin mengucapkan kata maaf ketika melakukan kesalahan.

Dalam keadaan duduk bersandar, Garvin memejamkan matanya sembari menunggu gadisnya selesai mandi.

Infatuated With HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang