18

29.7K 1.3K 10
                                    

HAPPY READING !!!

Keesokan harinya, Geyra saat ini tengah duduk di depan meja rias dengan tubuhnya yang sudah dibalut gaun mewah berwarna grey yang diberikan Garvin kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Geyra saat ini tengah duduk di depan meja rias dengan tubuhnya yang sudah dibalut gaun mewah berwarna grey yang diberikan Garvin kemarin.

Wajah gadis itu sedang dirias oleh seorang perempuan yang dikirim Garvin. Selesai memolesi wajah Geyra, perias tadi kemudian merapikan rambut panjang Geyra.

"Tugas saya sudah selesai Nona, saya permisi keluar," pamit si perias dengan membungkukkan tubuhnya sopan.

"Terima kasih," balas Geyra sembari menerbitkan senyum.

"Sama-sama Nona." perias tadipun kemudian keluar.

Geyra menatap pantulan dirinya dalam cermin di depannya. Gadis itu tersenyum melihat dirinya yang sangat cantik menggunakan gaun ini. Geyra tanpa sadar memutar tubuhnya sehingga membuat gaun yang dipakainya mengembang sesaat.

Gadis itu segera bersikap seperti biasa ketika mendengar suara langkah kaki mendekati kamar. Pintu kemudian terbuka dan masuklah Bibi Irma dengan membawa sarapan untuk Geyra.

"Bi Irma," panggil Geyra senang sembari berjalan mendekati sang bibi.

"Wah! Non Geyra terlihat sangat cantik, bibi sampai pangling,"

"Makasih bibi pujiannya."

"Sama-sama Non, bibi kira tadi salah masuk kamar," Bibi Irma sedikit tertawa di akhir kalimatnya.

Geyra pun ikut tertawa karena mendengar lelucon bibi. "Hahaha gak kok bi, Bibi Irma bener masuk kamarnya." gadis itu lalu menggandeng tangan bibi dan mengajaknya duduk di sofa.

Bibi Irma kemudian menyuapi Geyra seperti hari-hari kemarin. Setelah selesai, Bibi Irma lalu berniat mengambil obat dalam sakunya. Ketika sedang mengambil obat, tiba-tiba terdengar suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai mendekat ke arah kamar. Bibi Irma pun dengan terburu-buru mengambil obat Geyra.

Setelah mendapatkan obat tersebut Bibi Irma segera menyerahkannya kepada Geyra dan gadis itu langsung meminumnya dibantu segelas air. Karena tergesa-gesa Bibi Irma tidak sadar, salah satu obatnya ada yang terjatuh.

Geyra pun tersedak karena terburu-buru. Garvin yang mendengar suara batuk gadisnya lalu mempercepat jalannya menuju gadis itu. Garvin duduk di sebelah Geyra, tangannya menepuk-nepuk pelan punggung gadis itu.

"Sudah?" tanya Garvin setelah batuk Geyra mereda, tangannya berganti mengelus punggung gadis itu. Geyra mengangguk kemudian sedikit menggeser tubuhnya, menjauhi Garvin.

"Lanjutkan pekerjaanmu." usir Garvin halus kepada Bibi Irma yang sedang menundukkan kepala.

"Baik Tuan."

Garvin kembali mempertipis jarak di antara mereka. Lengannya memeluk pinggang Geyra. Pandangan matanya menatap wajah gadis itu dari samping.

"Cantik," puji Garvin dengan diakhiri kecupan sekilas pada pelipis Geyra.

"Berangkat sekarang?" jemari laki-laki itu menyingkirkan anak rambut Geyra ke belakang telinga.

Geyra mengangguk pelan, kepala gadis itu selalu menunduk sejak Garvin masuk. Entah mengapa, Geyra enggan melihat wajah laki-laki itu. Padahal wajah Garvin bisa dibilang cukup tampan. Mungkin karena rasa benci yang sudah melekat di hati Geyra.

Garvin kemudian menggenggam erat tangan Geyra. Gadis itu terus mengekori kemana Garvin melangkah. Hingga saat ini mereka telah berada di samping mobil hitam milik Garvin. Laki-laki itu membukakan pintu untuk gadisnya. Setelah gadisnya masuk ia berlari kecil memutari mobil dan masuk ke kursi kemudi.

Selama dalam perjalanan mereka hanya diam dengan Garvin yang menggenggam sebelah tangan Geyra sedangkan tangan lainnya untuk mengemudi. Berbeda dengan Geyra, gadis itu menatap keluar jendela, melihat-lihat pohon yang tumbuh di pinggir jalanan yang sepi.

Geyra terus mengamati jalan yang dilaluinya dan mencoba untuk mengingat, hingga mobil yang ditumpangi mereka berhenti di depan sebuah gereja. Garvin yang hendak membuka pintu mobil ditahan oleh Geyra.

"Kak Keyra ... udah di dalam?"

Tanpa menjawab pertanyaan Geyra, Garvin mengeluarkan ponsel dari dalam saku. Ia kemudian menghubungi seseorang. Setelah panggilannya tersambung, Garvin menyalakan fitur load-speaker.

"Dimana?"

"Rumah," balas suara berat seseorang dari dalam ponsel yang tidak Geyra kenali. Garvin lalu memutus sepihak sambungan itu.

"Kakak kamu belum ke sini,"

"Aku mau ketemu kakak dulu," balas Geyra dengan membiarkan tangan laki-laki itu mengusap area rahangnya.

Ia sengaja tidak menolak perlakuan Garvin dengan tujuan agar laki-laki itu menuruti kemauannya. Garvin hanya bergumam, kemudian laki-laki itu kembali melajukan mobilnya, meninggalkan gereja.

Setengah jam, mobil Garvin kembali berhenti, namun kali ini mobil itu berhenti di depan sebuah rumah yang cukup luas. Mereka keluar dari mobil dan masuk ke dalam dengan tangan Garvin yang selalu menggenggam tangan Geyra.

Geyra melihat-lihat interior rumah tersebut. Menurut gadis itu rumah tersebut besarnya hampir sama dengan rumah Garvin. Pandangan Geyra seketika menunduk ketika tiba-tiba datang seorang laki-laki berseragam hitam.

"Selamat datang Tuan Garvin, Tuan Damian sedang berada di ruang kerjanya." lapor laki-laki itu dengan sedikit membungkuk.

Garvin melanjutkan langkahnya kembali tanpa membalas ucapan laki-laki berseragam tadi. Geyra pun ikut melangkahkan kakinya mengikuti Garvin.

Sampai di depan sebuah pintu, Garvin mengetuknya tiga kali kemudian membukanya. Setelah pintu terbuka, terlihat seseorang tengah duduk membelakangi pintu. Seseorang itu lantas memutar kursinya ketika menyadari ada yang masuk. Geyra sedikit terkejut setelah melihat wajah orang yang sedang duduk santai di kursi kerjanya.

"Ada apa?" Damian bertanya masih tetap pada posisinya, duduk tenang di kursi dengan menikmati nikotin yang terselip di jemari.

"Geyra ingin bertemu kakaknya," balas Garvin.

"Dia ada di ruang sebelah." Garvin mengangguk singkat, kemudian laki-laki itu mengantar Geyra untuk menemui sang kakak.

Infatuated With HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang