6

46.7K 2.2K 40
                                    

HAPPY READING !!!

"Jadi, kapan kamu akan menolong adik saya?" tanya Keyra memastikan bahwa laki-laki itu tidak berbohong dengan ucapannya kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, kapan kamu akan menolong adik saya?" tanya Keyra memastikan bahwa laki-laki itu tidak berbohong dengan ucapannya kemarin.

"Setelah kita menikah," jawab Damian santai.

"Kenapa tidak sekarang saja?"

"Tidak bisa sayang. Di rumah itu pasti banyak penjaganya di mana-mana. Aku harus menyusun rencana terlebih dahulu," dengan menyeringai Damian kembali berucap.

"Saya takut dia menyakiti Geyra,"

"Dia akan baik-baik saja. Percayalah, dan mulai sekarang ubah panggilanmu menjadi aku-kamu. Mengerti?"

"I-iya," balas Keyra gugup.

"Hari ini aku antar kamu bertemu adikmu lagi."

Keyra hanya mengangguk sebagai balasannya. Ia membiarkan Damian membawanya kembali bertemu dengan Geyra di rumah itu.

Sesampainya di sana, Keyra bergegas turun sudah tidak sabar ingin segera masuk ke dalam. Damian menggenggam tangan Keyra dan menuntunya masuk.

Tok Tok Tok

Damian mengetuk pintu bercat putih di depannya, masih dengan sebelah tangannya yang menggenggam tangan Keyra. Beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka dan terpampanglah wajah datar Garvin.

Melihat siapa yang datang, Garvin pun menyingkir, memberi ruang untuk keduanya masuk. Keyra memilih masuk terlebih dahulu dengan berlari kecil. Ia menghampiri Geyra dan langsung memeluknya erat. Wajah Geyra terlihat sangat bahagia. Gadis itu pun membalas pelukan kakaknya, bahkan lebih erat.

"Kak," Geyra memejamkan kedua matanya, menikmati pelukan mereka.

"Iya, Gey," balas Keyra dengan senyum lebarnya.

"Geyra mau pulang kak," rengek Geyra, wajahnya seketika berubah sedih.

"Kakak pasti akan bantu kamu keluar dari sini. Tapi, bukan sekarang,"

"Kapan kak?" suara Geyra memelan. Gadis itu mendadak gugup setelah menyadari ternyata Garvin terus menatapnya.

Keyra tersenyum menenangkan mendengar pertanyaan Geyra. Ia sendiri juga belum tahu jelas kapan laki-laki itu akan membantunya.

"Dia gak nyakitin kamu kan?" Keyra pura-pura tidak mendengar suara pelan adiknya tadi.

"Enggak kak," jawab Geyra dengan senyum yang dipaksakan karena jujur saja gadis itu merasa sangat risi sekarang ditatap terus oleh Garvin.

"Beneran?"

Geyra menggeleng, dengan berusaha menahan rasa gugupnya. Garvin yang menyadari kegugupan gadisnya pun tersenyum tipis. Laki-laki itu memang sedari tadi selalu memandangi wajah cantik Geyra dengan sesekali menguping pembicaraan kakak-beradik itu.

"Kakak mau ber-"

"Mari pulang, Keyra!" suara berat seseorang terdengar bersamaan dengan munculnya seorang laki-laki yang tidak Geyra kenal.

Mendengar suara itu, Keyra berjalan ke arahnya. "Lima menit lagi ya, aku mohon." mohon Keyra kepada Damian.

Damian mengangguk. Laki-laki itu tidak tega melihat wajah sedih yang diperlihatkan gadisnya tadi untuk membujuknya. Keyra pun kemudian menghampiri adiknya kembali.

"Dia ... siapa kak?" raut bingung nampak di wajah Geyra.

"Dia yang akan bantu nolongin kamu,"

Geyra senang mendengar ucapan kakaknya, gadis itu juga bernafas lega ketika melihat Garvin akhirnya keluar dari sana. Selama masih ada laki-laki itu, Geyra merasa ruangan itu terasa sangat panas.

"Oh iya, tadi kakak mau bilang sesuatu tapi dia tiba-tiba masuk. Kepotongkan jadinya,"

"Lanjutin aja kak sekarang,"

"Jadi gini, kakak mau berpesan sama kamu. Kamu baik-baik di sini. Kalau dia mau apa-apain kamu atau nyakitin kamu pukul aja, jangan takut. Terus kalau udah gak bisa, kamu teriak aja yang keras biar ada yang nolongin," ucap panjang Keyra kepada sang adik.

Geyra yang mendengar ucapan kakaknya tersenyum getir, ia merasa semua yang kakaknya katakan itu percuma. "Iya kak pasti Geyra lakuin pesan kakak," balas Geyra akhirnya.

Keyra kembali memeluk tubuh kurus adiknya, memeluknya erat. Begitu juga dengan Geyra, gadis itu memeluk kakaknya sangat erat, seakan hari ini adalah pertemuan terakhir mereka.

Setelah Garvin keluar, ia kemudian menyusul langkah tegap Damian. Ia berdehem untuk menghentikan langkah laki-laki itu.

"Apa yang kau katakan?"

Damian yang langsung paham dengan pertanyaan itu pun, menyeringai.

"Aku hanya memberikanya harapan palsu." mendengar itu, Garvin ikut menyeringai lebar. Lima menit kemudian, kedua laki-laki itu kembali melangkah masuk ke ruangan Geyra.

"Keyra," panggil Damian, menyadarkan dua orang gadis yang masih memeluk tubuhnya satu sama lain. Kedua gadis itu pun mengurai pelukan mereka dengan sedikit tidak rela.

"Kakak pulang dulu. Besok pasti kakak bakal ke sini lagi. Kamu baik-baik di sini, jangan sakit."

Geyra mengangguk lemah, tenaganya seketika hilang entah kemana, selepas mendengar pamitan sang kakak.

"Hati-hati kak." balas Geyra lirih.

Keyra mengangguk dan memeluk kembali adiknya sebentar. Keyra kemudian bangkit dan melangkah berat keluar ruangan tersebut.

Geyra melihat kakaknya yang terus berjalan menjauh. Di dalam hati, gadis itu berharap, sang kakak tidak jadi keluar dan kembali masuk, memeluknya erat. Tapi, pupuslah harapan Geyra. Tubuh kakaknya telah menghilang dari pintu.

Infatuated With HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang