Sinar bulan bersinar dengan terang membuat rambut biru keperakan ku sedikit berkilau, dengan hembusan angin malam yang sesekali mengibarkan rambutku.
Di atap kediaman ku ini, hanya ada keheningan malam yang menemani.
"Hey, Kagaya. Apa kau benar-benar tidak takut akan kematian ? Apa kau tidak takut keluarga mu mati ? Kenapa kau membuat rencana yang tidak masuk akal seperti itu !?"
" Kematian ..., Kah ... Tidak ada yang tidak takut dengan hal tersebut ... Namun, setiap kelahiran pasti ada kematian, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi! Perpisahan hanya ada untuk mereka yang mencintai dengan mata. Karena bagi mereka yang mencintai dengan hati, jiwa dan pikiran, tidak ada yang namanya perpisahan untuk mereka, karena meskipun kita mati, pikiran akan tetap abadi. Jadi, biarkanlah itu berjalan sesuai benang yang telah saling terikat."
"Omong kosong. Kita lahir sendiri, kita sendiri yang harus memutuskan apa yang harus kita lakukan! Persetan dengan takdir, aku selalu membuat takdir ku sendiri sesuai dengan kehendaku. Tidak ada yang bisa mengatur kemauan ku atau jalan yang akan ku pilih!"
"Kau masih belum mengerti semua itu ..., Rimuru ..."
"Kau lah yang sebenarnya tidak tau apapun di sini!"
"Terkadang ..., Aku merasa kasihan kepadamu ..., Rimuru ..."
"Hah!? Apa kau sedang mengejek ku!?"
"Tidak, aku tidak mengejek mu. Kau memiliki rasa kasih sayang yang sangat besar terhadap seseorang yang sudah kau anggap keluarga. Namun, rasa ikhlas yang kau miliki lebih rendah dari pada kasih sayang itu sendiri."
"Apa yang ingin kau katakan! Intinya saja, Kagaya."
"Timbangan rasa kasih sayang mu dengan rasa ikhlas berat sebelah. Sehingga jika ada seseorang yang kau sayang menghilang, kau tidak akan pernah merelakan hal tersebut dan tidak akan pernah menerima kenyataan. Kau akan melakukan segala cara meskipun itu adalah hal yang kejam untuk mengembalikan mereka, agar kewarasanmu tidak terkikis."
"Hanya itu yang membuatku khawatir kepadamu ..., Aku ingin kau bisa melawan emosi yang berlebihan di dalam hatimu."
"Aku ..., Sama sekali tidak mengerti dengan ucapanmu ..."
"Intinya kau seperti bayi yang masih tidak bisa mengendalikan emosinya, dan menangis ketika seseorang merebut permen kesayangannya."
"Ughh ... Kau ini benar-benar memusingkan, bayi apanya. Bahkan umurku dua kali lebih tua darimu."
Senyum itu ..., Senyum yang di berikan Kagaya waktu itu kepadaku, bukan senyuman lembut seperti biasanya. Namun senyuman khawatir. Kekhwatiran yang besar ..., Perkataan ku sebelumnya seperti rasa penyesalan terakhir untuk Kagaya.
"Arrghhh!! Dasar! Berbicara dengan orang pintar Benar-benar seperti membuat ku menjadi bodoh!"
Aku benar-benar tidak paham apa maksud dari perkataan Kagaya waktu itu.
"Kasih sayang ... Rasa mengikhlaskan ... Aku tidak mengerti ... Apanya yang berat sebelah, kau pikir sedang menimbang sesuatu. Memangnya kenapa kalau aku menyayangi keluarga ku, apa itu menjadi Masalah?"
"Seperti bayi ... Aku sama sekali tidak mengerti! Sialan! Bayi, apa maksudnya aku ini selalu menangis? Asal kau tau, aku tidak pernah menangis di kehidupan kedua ku, hanya ketika Shizu-san meninggal! Itu adalah pertama kalinya aku menangis dan untuk terakhir kalinya."
<<Tidak, Master. Bukan itu intinya, mungkin perkataan Ubuyashiki Kagaya itu seperti, jangan terlalu melakukan sesuatu secara berlebihan, atau kau tidak akan siap terhadap kegagalan? Mungkin seperti itu ?>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Tensura X kimetsu no yaiba.
ActionRimuru yang telah menyelesaikan pelarian nya. Ia menghadiri acara yang di selenggarakan oleh Mai Fuyuki tentang mesin Gate yang di buatnya. Rimuru yang dengan senang hati menjadi kelinci percobaan. Membuatnya terdampar di dunia yang tidak ia ketah...