25.

4.3K 317 102
                                    

Tay dan New menelan salivanya berat saat ayah Tay memanggil Tay lewat telfonnya yang masih terhubung.

"Tay??" Panggil ayah Tay lagi.

Tay menghela nafasnya panjang sebelum akhirnya kembali mengarahkan handphonenya ke arah nya dengan gugup.

New yang berdiri di belakang Tay juga langsung melepaskan pelukannya.

Keduanya gugup bukan karena takut dengan ayah Tay, hanya saja mereka sungkan. Ayah Tay adalah orang hebat dan memiliki aura yang sangat kuat.

"Iya pa??" Tay menatap ke arah ayahnya di seberang sana.

"Kenapa tadi kameranya gelap?" Tanya ayah Tay.

"O-oh ini tadi gak sengaja jatuh, aku kaget soalnya," jawab Tay gelagapan.

Ayah Tay berdecak, "New, jangan kagetin daddy nya dong."

New yang mendengar itu pun menyengir lebar. "Maaf opa, aku biasa jahilin daddy."

"Gak boleh gitu, untung daddy kamu gak punya riwayat penyakit jantung."

"Iya opa, gak lagi," balas New dengan senyuman lebar masih terpasang di wajahnya.

"Itu juga, kamu berhenti cium-cium daddy kamu gitu. Kamu udah gede, gak enak diliatnya."

Tay dan New seketika terdiam.

"Denger kata Opa??" Tanya ayah Tay dengan nada suara tegasnya.

New yang mendengar itu pun langsung mengangguk. "Iya Opa."

"Tay juga, ajarin anak kamu untuk berhenti cium-cium gitu. Gak enak diliatnya. Untung yang liat papa, kalau orang lain gimana? Kalian akan di pandang aneh."

"Tapi New anak aku, pa."

"Ya kamu juga anak papa, dan kamu gak lakuin hal itu ke papa waktu kuliah dulu kan?"

Tay terdiam.

"Sekarang ajarin New gitu juga. Gak baik cium gitu, udah dewasa."

Tay menelan salivanya berat dan mengangguk setuju. "Iya pa."

"Yaudah, lain kali pulang. Jangan lupa rumah. Kamu masih punya orang tua," ujar ayah Tay.

Tay kembali mengangguk. "Iya pa, kalau ada waktu aku pulang."

"Waktu selalu ada, sekarang niat nya yang harus ada," sindir ayah Tay.

Tay menghela nafasnya panjang. "Iya pa, maaf. Nanti Tay pulang."

"Iya, gitu dong. Ajak New sekalian, itu mama kamu kangen sama New katanya."

Tay mengangguk. "Iya pa, aku akan ajak New."

"Yaudah kalau gitu papa tutup, sampai jumpa."

"Sampai jumpa pa."

"Sampai jumpa, Opa."

Klik.

Sambungan telfonnya akhirnya terputus. Tay dan New sontak menghela nafasnya panjang.

"Nyebelin banget! Opa selalu buat aku deg-degan!" Ujar New kesal.

Tay yang mendengar itu pun tersenyum dan menarik New untuk duduk di atas pangkuannya.

Tay mengelus pipi New lembut. "Ya mau gimana lagi. Papa emang gitu dari dulu. Tegang. Tapi kan papa selalu baik sama kamu."

"Iya sih Opa baik, tapi terlalu tegang, serem tau, jadi takut kalau liat Opa."

Tay tersenyum. "Gapapa, kan ada daddy yang akan lindungin kamu dari papa."

Foster 'Daddy' | END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang