Prolog

8.9K 423 20
                                    

Di tepi pantai saat menanti senja, sebagai anak pantai adalah hal biasa, begitu pun dengan aku yang setiap sore rutin duduk berdua dengan sahabatku menikmati matahari yang akan terbenam, hanya sekedar mengobrol dan makan snack yang kita bawa dari rumah, atau bermain bersama anak-anak yang lainya.

"Mel, aku ketrima di STAN"

"Serius?"

"Iya"

"Selamat ya Lili, andai saja aku di perbolehkan sama mama test"

Pasalnya aku yang terlahir menjadi anak pertama, dan anak perempuan satu-satunya, diminta mama nantinya untuk melanjutkan profesi mamaku.

Mamaku adalah seorang bidan desa di salah satu desa di Kabupaten Blitar, dan beliau begitu sukses disini, dengan ramainya pasien setiap hari di tempat praktek beliau, sehingga mau tak mau aku harus melanjutkan pendidikan kebidanan sesuai yang mama ku minta.

Teringat beberapa bulan yang lalu saat aku ingin mendaftar pada universitas yang kuimpikan dan fakultas yang bagiku adalah jiwaku.

"Ma, Pa Mela kuliah di Universitas Brawijaya ya ambil pertanian"

"Enggak usah aneh-aneh, ikut tes di poltekes aja nanti kayak mama"

Dan itu keputusan mutlak dari mama, untuk papa sendiri sangat menurut apa keputusan sang isteri.

Sebenarnya bercocok tanam itu adalah hobbyku dengan selama ini selalu membantu papa yang memiliki hobi berkebun, menanam bunga, buah dalam pot, menanam sayuran membuatku merasa nyaman jika aku nantinya memiliki sebuah inovasi dalam bertani.

Tetapi apa boleh buat, aku yang anak perempuan satu-satunya karena hanya memiliki satu adik laki-laki, akhirnya minggu kemarin aku mengikuti tes seleksi masuk kebidanan di Poltekes Malang akan tetapi jika nantinya aku ketrima, kampusku akan berada di Kota Kediri.

Berbeda dengan sahabatku Lily yang apapun dia inginkan keluarga selalu mendukung apa yang menjadi pilihannya.

Dirinya mengikuti test STAN saat lalu, dan ketrima. Kami berbeda nasib meskipun kita bersahabat sejak dalam kandungan, itu kata orang tua kami, karena mama yang sebagai bidan di salah satu puskesmas hamil bersamaan dengan mama dari Lily yang juga bekerja di puskesmas yang sama dengan mama, berprofesi sebagai dokter umum saat itu juga sedang hamil, dan kami lahir hanya selisih beberapa hari saja.

Bahkan rumah kami pun tak begitu jauh, hanya menyeberangi jalan kita sudah sampai, yang mana berarti kita juga bertetangga saling berhadapan.

Untuk mama dari Lily beliau tak membuka praktek dirumah melainkan di kota Blitar yang tempatnya agak jauh dari rumah, karena sang suami yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis, sehingga beliau ingin berdampingan bersama sang suami.

Berbeda dengan papaku yang bukan dari kalangan kesehatan, melainkan berprofesi sebagai pegawai negeri sipil yang bertugas pada instansi kehutanan, yang bisa di sebut dengan polhut yaitu polisi hutan, tetapi bukan dari kepolisian negara republik indonesia.

Dikawasan hutan tak jauh dari rumah, beliau di tugaskan. Sehingga disinilah rumahku meskipun kedua orang tuaku bukan lah orang asli sini melainkan perantau yang sudah merumahkan lingkungan baru.









MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang