Bab 13

2.3K 349 17
                                    

Malam itu aku tertidur dengan menangis di dalam kamar, hingga hampir tengah malam pintu kamar diketuk dari luar dan terbuka.

"Mela sayangku"

Tiba-tiba Lily masuk kedalam kamarku, ternyata dia benar-benar pulang dan kini langsung menemuiku, tentu saja aku menghambur dalam pelukannya.

"Kenapa jadi gini sih cin, aku ternyata sudah enggak ada papa aku_ aku_"

Tak sanggup aku meneruskan kalimatku, sebenarnya inilah poin pertama kesedihanku, sosok ayah yang kusayangi selama ini, selalu ada untukku dimanapun dan jika dibandingkan dengan mama aku lebih suka mencurahkan isi hatiku kepada papa, dan itu ternyata bukanlah ayah kandungku, melainkan beliau pengganti ayah kandungku ketika mama membutuhkan tanggung jawab sebagai seorang suami.

Lily ikut menangis memelukku, memang aku butuh dirinya saat ini untuk menceritakan semua isi hatiku. Cukup lama kami berpelukan dan menangis berdua.

"Sstt, sudah ya nanti bengkak matanya enggak cantik besok kalau di makeup"

"Biarin, nikahnya juga sama mas Leon bukan Dimas"

"Uluhhhh uluhh kakak iparku"

"Ih resek deh"

"Mas Leon tuh enggak kalah ganteng ya sama Dimas, cuma lebih coklat aja kulitnya"

"Iya enggak kalah ganteng tapi sudah tua, mana galak"

"Itu kakak ku loh, kamu enggak takut aku aduin"

"Bodo amat"

"Besok yang jadi wali nikah siapa?

"Wali hakim, soalnya kan aku lahir di luar nikah itunganya"

"Sabar ya, insyallah ini awal dari kebahagian kamu"

"Aamiin"

Dalam hati berkata lain, dan ini tak mungkin kuceritakan kepada Lily adik dari mas Leon, jika sang kakak akan tetap berhubungan dengan sang kekasih begitupun mengizinkan ku tetap berhubungan dengan Dimas, mau di katakan awal kebahagian dari mana jika sudah ada hal tak sehat di awal pernikahan ini.

Akhirnya malam ini aku tidur berdua dengan Lily, bercerita banyak hal tentang keluarga kami, juga mengingat masa masa kecil kami yang penuh dengan keceriaan dan kemanapun kami selalu berdua.

"Sholat subuh dulu perawan-perawan mama"

Mama memasuki kamarku begitu saja, mulai menarik selimut, kemudian menoel-noelku dan Lily, membuka gorden dan jendela kamar agar sinar matahari bisa masuk kedalam kamar, tak lupa dengan teriakan beliau karena kami berdua tak kunjung bangkit dari ranjang.

"Sholat dulu, kalau mau tidur nanti di lanjut lagi"

Sesuai saran dari mama, aku dan Lily bergantian untuk sholat subuh di dalam kamarku, kemudian melanjutkan untuk kembali tidur berdua, karena tadi hampir subuh kami berdua baru tertidur setelah bercerita banyak hal.

Entah berapa lama kami melanjutkan tidur, hingga suara mama kembali terdengar beserta suara mbak Caca yang ikut masuk kedalam kamar.

"Bocah dua ini kok betah banget ya kalau tidur"

"Mel sudah jam sembilan"

"Dek, dek Lily kamu enggak kepingin pulang bantu-bantu atau ngapain sana"

Mbak Caca bergantian membangunkan ku dan Lily, hingga kubuka mata ternyata nyata bukan dalam alam mimpiku jika mbak Caca masuk kedalam kamar, tetapi kini sudah tak ada mama disini.

"Mela kamu mandi cepat ya, sudah di tungguin sama yang mau makeupin kamu"

Begitu sabar mbak Caca kepadaku, juga ramah tak seperti mas Leon yang suka ketus ketika bicara kepadaku juga Lily.

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang