Bab 26

2.9K 429 27
                                    

Hanya berdua dengan mas Leon menuju salah satu tempat wisata di Kota Batu, kali ini wahana memetik buah adalah tujuan kami.

Lily sudah mengirimkan foto jika dirinya sudah berada disana, dan memintaku untuk segera menyusulnya.

Aku yang baru tertidur kembali setelah sholat subuh, dan terbangun sudah pukul sepuluh pagi, dengan semua orang sudah lebih dulu berangkat, hanya ada mas Leon yang menungguiku tidur.

Setelah mandi dan berdandan ala kadarnya aku bersama mas Leon segera menyusul yang lainya.

"Mas ini punya siapa?"

"Udah dari pagi itu, beli roti sama susu aja di minimarket depan"

Bungkusan nasi yang berada di dalam kantong plastik sengaja kuambil dari atas meja Villa, yang ternyata memang untuk semuanya sarapan pagi ini.

"Enggak usahlah, aku enggak begitu lapar"

Tetapi perkataanku itu di bantah oleh mas Leon, dengan mobil yang di parkirkan oleh mas Leon pada minimarket 24 jam.

"Sana beli, mau makan buah juga nambah penyakit aja. Sekalian aku kopi kaleng"

Akhirnya aku menuruti apa yang di perintahkan mas Leon, membeli roti juga susu kemasan, tak lupa membeli kopi kaleng untuk mas Leon.

"Macam-macam buahnya"

"__"

"Iya mirip yang di Bandung itu, udah dulu ya ini mau jalan Lily sudah datang"

Saat aku masuk kedalam mobil tak sengaja aku mendengarkan itu semua, percakapan mas Leon entah dengan siapa, tetapi menyebutku Lily bukanlah Melati.

Sedikit tak rela kala pikiranku menebak jika itu adalah kekasih mas Leon, sekarang kembali membuat dada ku berdebar tetapi bukan dengan keringat dingin melainkan ingin memaki mas Leon.

"Kopiku mana?"

"Lupa"

Ketusku, lebih baik aku menahan amarahku dengan tak banyak bicara, setelah kujawab akan lupa kubuka roti sobek yang kubeli barusan.

Mas Leon hanya melirikku, kemudian melajukan mobilnya, tak ada lagi obrolan diantara kami, begitu hening hanya ada suara kendaraan lain yang berpapasan dan hembusan angin dari luar, karena jendela mobil yang kubuka.

Ponsel mas Leon berdering, aku begitu cepat menoleh dan melihat mas Leon yang mengangkat panggilan dengan mengaktifkan pengeras suara.

"Sampai mana?"

"Udah dekat kok Ma, ini mau masuk tempat parkir"

"Ya udah, Mama sama yang lain sudah di dalam ini, nanti loket beli tiket masuknya sebelah kanannya tempat parkir Le"

Suara mama mertua di seberang menginformasikan keberadaan beliau dan yang lainya.

"Oh ya, bawa payung panas banget tempatnya metik"

Sebelum telepon di tutup, kembali mama Eci mengingatkan  sang putra untuk membawa payung, begitulah orang tua yang tak pernah lelah perhatian, mengingatkan anak-anaknya, meskipun sudah dewasa sekalipun.

Masuk terlebih dahulu kearea parkir mobil, memutar mencari tempat kosong dan berlanjut membeli tiket masuk kebun buah, seperti yang di intruksikan oleh mama Eci tadi.

Mas Leon dengan membawa payung berjalan di belakangku, memintaku di depan saat kami mengantri untuk masuk melewati tempat pengecekan tiket.

Kali ini berganti ponselku yang berdering, terlihat nama Dimas yang menghubungiku, kembali kumasukan kedalam tas, bagaimanapun aku memang harus menjaga jarak kepada Dimas, dia laki-laki baik tak seharusnya menunggui wanita sepertiku.

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang