Sudah tiga bulan aku menikah dengan mas Leon, di setiap minggunya aku pulang kerumahnya, dan jika ingin pulang kerumah orang tua kami, maka berdua lah kami akan pulangnya.
Dan saat ini aku kembali praktik lapangan, untuk sekarang bertugas di salah satu puskesmas kota kabupaten Kediri, dan dari kampus di perbolehkan kos di luar asrama, atau bisa tinggal di rumah dinas puskesmas yang kosong atau ikut tinggal bersama bidan desa, dan itu terserah kami sesuai dengan kesepakatan dengan bidak koordinator puskesmas.
Untukku dan teman kelompokku, yang kami hanya berdua memutuskan untuk tinggal dirumah kami masing-masing, karena temanku yang berasal dari kota Kediri sehingga dirinya lebih memilih pulang kerumah orang tuanya, sehingga aku pun demikian yang akhirnya pulang kerumah mas Leon.
"Mas Mela pamit ya"
"Jaga malam kamu?"
Setelah tiga bulan menjadi isteri mas Leon, dan di setiap minggunya tidur dalam satu ranjang, dan kini sudah satu minggu hidup bersama, ternyata sosok mas Leon begitu baik padaku, meskipun bicaranya yang suka bikin hati panas, dan semua itu tergantung situasi, entah dia yang sedang ada beban pekerjaan atau beban dengan sang kekasih, karena benar apa yang menjadi kesepakatan kami saat akan menikah, aku tetap di perbolehkan berhubungan dengan Dimas sedangkan mas Leon tetap menjalin hubungan dengan sang kekasih.
"Ini di puskesmas tiba-tiba kedatangan pasien mau melahirkan"
"Aku antar"
Tak seperti yang kuduga sebelumnya jika mas Leon tak peduli denganku, memang malam ini sudah pukul sebelas malam, di tambah dengan suasana setelah hujan pastinya jalanan akan begitu sunyi, sedangkan aku yang tinggal dirumah mas Leon di timur sungai brantas dan tempat praktek ku berada di barat sungai brantas, jarak yang lumayan jauh.
Menurut akan permintaan mas Leon, karena bagiku itu lebih baik, bersama mas Leon menggunakan mobil miliknya menuju salah satu puskesmas di kabupaten kediri.
Dimalam hari yang sepi akan kendaraan, membuatku lebih cepat sampai di puskesmas yang sudah satu minggu ini kubuat untuk praktik lapangan.
"Mas Leon pulang dulu saja, pasti proses melahirkannya sampai pagi biar Mela pulang sekalian besok siang aja naik ojek online"
"Ya"
"Terimakasih Mas, hati-hati"
"Iya, bawa kunci rumah enggak?"
"Lupa"
"Besok aku taruh di pot bunga biasa, aku besok ada tugas ke Jakarta"
Kuanggukan kepalaku mengerti akan yang mas Leon katakan, bagaimanapun jika saat ini aku menurut akan perintahnya itu berpahala.
"Kalau di rumah, pintu kunci terus enggak usah keluar nongkrong sama ibu-ibu kalau sore"
Entah apa alasan mas Leon melarangku bergaul dengan tetangganya, karena saat awal minggu kemarin saat aku mulai tinggal dirumahnya, sore hari saat aku menyapu teras rumah ada beberapa ibu-ibu komplek yang sedang mengobrol bersama sambil menunggui anak-anak mereka bermain, melihatku yang menyapu sosok ibu muda di depan rumah mas Leon persis itu menyapaku, bertanya apakah aku adik mas Leon. Dan tanpa harus mencari alasan aku iyakan, dan saat itu bersamaan dengan mas Leon yang pulang dari kantor.
Menjadi calon bidan yang bergadang di malam hari sudah terlatih sejak kecil, dimana saat mama ada pasien dan saat itu beliau belum ada seorang asisten, maka akulah yang sering membantu beliau untuk sekedar menyiapkan keperluan menolong persalinan dan kebutuhan bayi yang baru lahir.
Sebenarnya itu bukanlah passionku, hanya saja karena keterbiasaan membantu mama sebelum beliau memiliki asisten, sehingga aku menjadi terbiasa akan hal seperti ini, yaitu begadang di malam hari tetapi akan tertidur pulas di siang hari.
Dalam hidupku yangs sesungguhnya memiliki sebuah impian, sebuah cita-cita yang sebenarnya ingin ku raih akan tetapi lagi-lagi permintaan mama yang tak bisa kutolak.
"Kamu di antar kakak mu lagi?"
"Heem"
Semuanya teman dekat kampusku, teman satu tempat praktik yang pernah bertemu dengan mas Leon, selalu menyangka jika dia adalah kakakku, dan pastinya aku mengiyakan karena bagaimana pun aku harus merahasiakan ini semua sampai aku lulus.
"Mas mu itu sebenarnya ganteng loh kalau mau senyum, nyapa gitu"
"Jangankan senyum sama kalian yang baru bertemu, sama aku yang dari kecil kenal, bahkan sekarang kami berbagi tempat tidur saja tak pernah tersenyum kepadaku"
"Iya beda ya, sama Melati yang ramah sama semuanya"
Bidan senior yang hari ini mendapat tugas jaga dan tadi melihat mas Leon yang mengantarku dengan payung dari mobil ke gedung puskesmas ikut berkomentar.
"Tapi orang seperti itu biasanya setia"
"Iya saking setianya, sampai-sampai sudah menikah pun tetap berpacaran sama sang pacar"
Menunggu proses persalinan sambil mengobrol kesana kemari untuk mengusir kejenuhan dan kantuk, dan akhirnya hampir subuh sang bayi lahir kedua.
Seorang buah hati yang sangat di nantikan keluarga besar, anak pertama dari pasangan muda dan mudi, karena sang ibu baru itu baru berusia dua puluh tahun dan ayah muda yang baru berusia dua puluh satu tahun.
"Mungkinkah suatu saat aku akan di titik kebahagian seperti mereka"
"Mela, bantuin cuci alat yuk"
Kehadiran temanku di saat aku sedang mengajarkan cara menyusui ibu muda yang baru saja melahirkan, membuat ku sedikit terkejut akan suaranya karena akupun larut dalam lamunan saat melihat sang suami yang notabennya sama dengan sang isteri yang masih di usia muda, tetapi begitu terlibat sangat sayang kepada isteri dan bayinya.
"Oke, tunggu bentar"
Setelah kupastikan kedua pasangan orang tua baru itu sudah mampu dan benar cara menggendong dan menyusui, segera kutinggalkan mereka untuk berganti membantu mencuci peralatan yang setelah kering nantinya harus di steril.
"Mereka meskipun usia sepantaran kita tapi kelihatan dewasa ya"
"Begitulah karena tanggung jawab sebagai orang tua pasti akan muncul disaat yang tepat"
"Kalau menurut kamu gimana Mel tentang nikah muda"
"Ya bagus"
"Jaman dahulu mungkin nikah muda hal yang lumrah, tapi semakin kesini kurasa menikah muda itu pasti karena suatu hal, karena semakin maju zaman pasti seorang perempuan juga menginginkan derajat yang sepadan dengan laki-laki"
"Gitu ya"
"Ya kalau enggak hamil di luar nikah ya karena ekonomi, atau karena perjodohan, tapi kayaknya kalau perjodohan udah enggak jaman juga sih"
Sedikit tersedak ketika mendengar penuturan teman praktikku ini, merasa tersentil akan yang dikatakan kenapa bisa pas pada diriku saat ini.
"Kamu ada pacar Mel?"
Kembali dia bersuara saat beberapa saat kami terdiam, hanya terdengar suara benturan benda-benda keras yang sedang kami bersihkan.
"Ada"
"Punya impian dong akan menikah kapan dan bagaimana nantinya?"
Ingi sekali aku menjawab, jika impian ku dalam tahap pernikahan sudahlah pupus.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)
RomanceSeorang laki-laki yang kukenal sebagai kakak dari sahabatku tiba-tiba datang melamarku, dan aku tahu laki-laki ini tak mencintai ku begitu juga denganku yang tak mencintainya. Pernikahan yang sudah terjadi di usia mudaku, hingga membuatku meninggalk...