Bab 27

2.5K 399 27
                                    

Mas Gilang benar-benar dokter sekaligus ipar yang baik, berkat kakak iparku itu rasa traumaku berangsur menghilang, meskipun kadang kala aku masih suka terkejut ketika bersentuhan fisik dengan mas Leon disaat kami tidur seranjang, dan kadang kalanya mimpi buruk itu masih suka datang hanya saja aku sudah tak mengeluhkan rasa tak nyaman seperti terdahulu.

Sudah hampir dua bulan sejak piknik keluarga di kota Batu, aku dan mas Leon kini sudah bersikap selayaknya pasangan, meskipun kami belum lagi melakukan hubungan suami isteri kembali.

Saat di kebun buah lalu, ketika mas Gilang yang berawal memberi tantangan kepada Lily jika bisa membawa buah satu saja keluar tanpa disita petugas, berakhir kita semua diizinkan mengikuti tantangan itu, karena hadiah yang di janjikan mas Gilang adalah ponsel berlogo buah apel terbaru.

"Serius ini hadiahnya, entar udah nahan malu ternyata zonk"

Aku dan Lily heboh meyakinkan mas Gilang, dan iparku itu mengiyakan, tentu saja aku dan Lily mengatur strategi tetapi kami gagal lebih tepatnya mali serta takut jika mendapatkan masalah.

Dan tanpa kami duga mas Leon yang tak merespon saat aku, Lily dan mbak Caca serta suster dari anak-anaknya antusias menerima tantangan mas Gilang terkalahkan oleh mas Leon yang ketika kami sudah berada di luar kebun buah, mas Leon menunjukan jika dirinya berhasil membawa buah apel.

"Aku berhasil ya"

Tercengang pastinya kami semua bagaimana bisa mas Leon lolos pemeriksaan dengan membawa sebuah apel.

"Kok bisa mas?"

Lily mewakili rasa penasaran kami semua yang melihat mas Leon senyum sumringah.

"Bisa dong Leon kok, mas Gilang kan cuma bilang satu kan enggak harus utuh"

"Maksudnya?"

"Ya udah tadi aku bawa satu pas antri mau di periksa aku gigit, jadi tadi waktu di periksa aku bilang sudah aku gigit nih mbak, mubadzir kalau enggak aku habisin, di bolehin tuh"

"Curang"

"Enggak lah kan mas Gilang bilang satu aja enggak bilang satu utuh"

"Oke Leon menang"

Keputusan final mas Gilang saat itu membuatku dan Lily diam dari protes, karena memang kami kurang cerdas dari mas Leon.

Dan ini sudah dua bulan berlalu, aku yang terjadwalkan akan kembali praktik lapangan besok sore, saat ini sedang bersiap pulang ke Blitar setelah beberapa minggu hanya pulang kerumah mas Leon atau menetap di asrama.

Tak biasanya mas Leon terlambat menjemputku, padahal aku sudah menungguinya di depan gerbang kampus.

[Mel, kamu di jemput sopir kantor aku masih ada rapat]

Pesan dari mas Leon baru saja masuk, dan bersamaan saat seorang laki-laki paruh baya yang turun dari mobil bertanya kepada security kampus.

"Mbak Mela?"

"Iya pak"

"Mbak disuruh pak Leon jemput"

"Oh iya pak"

Aku mengikuti bapak-bapak yang dimintai tolong mas Leon menjemputku menuju mobil, yang kurasa adalah mobil kantor karena terlihat logo dari perusahaan.

"Mbak Mela ini adik bungsunya mas Leon?"

"Iya pak"

Kuiyakan apa yang di tebak oleh laki-laki paruh baya yang sedang mengemudi menuju arah kantor mas Leon, sebelumnya bapaknya mengatakan jika beliau diminta mas Leon menjemputku dan mengantarku langsung ke kantor utama yang berada di unit satu, karena mas Leon sedang rapat disana.

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang