Bab 31

3K 440 47
                                    

Berita tentang aku hamil sudah tersebar di seluruh kampus, entah siapa yang menyebarnya, dan aku tahu itu dari salah satu teman satu kamar asramaku yang mengirim pesan, bertanya apakah benar aku keluar dari kampus karena hamil.

Akhirnya aku jujur pada mereka jika sebenarnya aku sudah menikah, dan mas Leon adalah suamiku bukanlah Dimas.

Dan untuk Dimas sendiri aku sudah mengajaknya untuk berteman saja sejak aku mengalami trauma paska dipaksanya aku oleh mas Leon untuk berhubungan suami istri, yang saat itu aku beralasan tak ingin merusak hubungan kekeluargaan, meskipun aku meminta putus waktu itu karena merasa kasihan jika seorang Dimas harus menungguiku yang tak lagi suci.

Berawal Dimas tak dapat menerima keputusanku, tetapi akhirnya dia juga sadar jika hubungan kami pasti kedepannya akan sulit untuk bertahan.

Kini aku sudah membaik setelah di bulan lalu tiga hari dirawat di rumah sakit, kadar hemoglobin ku sudah naik kini sudah mencapai 12g/dL, dan saat ini aku tinggal dirumah mama di Blitar, karena disini semuanya bisa mengawasiku.

Satu bulan sudah tak berstatus sebagai mahasiswa, bahkan kini usia kandunganku sudah menginjak enam belas minggu, terlihat sedikit membuncit.

Setiap akhir pekan mas Leon pulang ke Blitar, akupun kini sudah menerima anak dalam kandunganku, bagaimanapun aku pernah di posisi bayi ini, apalagi aku ada sebelum mama menikah sedangkan anakku hadir di dalam pernikahan yang sah.

"Mau belanja baju enggak? Kalau iya besok ikut pulang ke Kediri, lama kan kamu enggak belanja di Mall"

"Enggak usah bisa beli online kok"

"Kamu enggak bosan di dalam rumah terus?"

"Aku keluar rumah kok"

Memang aku setelah pulang dari rumah sakit hanya berada dirumah mama dan keluar pun itu untuk kerumah mama mertua yang ada di seberang jalan.

"Besok ikut ke Kediri ya, enggak kangen sama rumah kita"

"Itu rumah mas Leon"

"Kan rumah Mela juga sekarang, katanya mau nanam tabulapot"

"Memang boleh sama mama ikut ke Kediri?"

Akhirnya aku tak tahan untuk tidak tergoda ajakan mas Leon pulang ke Kediri.

"Boleh, sudah kuat kok kata mama kandungannya"

"Ya udah"

"Bener ya, besok kita pulang"

Mas Leon berubah sedikit hangat, perhatian kepadaku entah karena tulus atau hanya karena aku mengandung anaknya, hasil perbuatannya yang bisa dikatakan memperkosaku itu.

Seperti sebelum aku ketahuan hamil, dua minggu ini setiap mas Leon pulang menemuiku selalu mengajakku untuk berciuman panas.

"Mel boleh enggak mas minta lebih?"

Setelah melepas ciuman kami, mas Leon sepertinya membutuhkan penyaluran kebutuhan biologisnya, tetapi takut jika aku kembali teringat dan kembali trauma, sehingga mas Leon begitu hati-hati saat meminta izin.

"Apa sudah boleh sama mama? Belum kuat mas kandungan Mela"

"Iya ya, maaf ya nak"

Mas Leon lebih meminta maaf kepada anak dalam kandunganku dan mengecup perutku langsung karena mas Leon menyingkap kaos yang kukenakan.

"Mel besok kalau lagi ada aku, jangan pakai baju kebuka ya"

"Kenapa mas? Mela mesti pakai kerudung?"

"Bukan, pakai kaos celana panjang, atau piyama yang panjang aja , daster mu yang dirumah kediri juga enggak usah di pakai itu terlalu kebuka"

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang