Bab 19

3.5K 399 55
                                    

Dirumah sendiri selama mas Leon keluar kota, membuatku mengatur alarm pagiku agar berbunyi berulang kali, karena aku selama tinggal dirumah milik mas Leon selalu bergantung padanya di setiap pagi hari.

Hari ini adalah sabtu, Dimas akan berkunjung ke Kediri setelah terakhir kalinya kami bertemu di saat acara pernikahanku dan mas Leon.

Sebenarnya aku kini mulai merasa tak ada harapan akan hubunganku dengan Dimas, bagaimana pun nantinya hubunganku dengan mas Leon yang entah akan berlanjut atau akan selesai, pastinya jika untuk bersama Dimas menjalin hubungan serius akan merusak sebuah silaturahmi keluarga.

Begitupun dengan hubunganku bersama mas Leon, yang akupun tak berharap untuk bisa serius karena sebuah pernikahan yang bisa dikatakan perjodohan dan juga mas Leon yang masih saja menjalin hubungan bersama sang pacar, kurasa aku tinggal menunggu waktu dimana mas Leon akan mengakhiri drama yang dia ciptakan.

Masih di atas kasur yang kini terasa begitu luas karena hanya aku seorang yang diatasnya, pemilik asli kamar masih belum kembali dari bertugas.

"Semangat yuk semangat"

Kuberikan motivasi semangat untuk diriku sendiri, disaat turun dari ranjang dan bersiap untuk memulai hariku diakhir pekan, juga hari terakhir praktik di puskesmas.

Seperti beberapa hari ini, kompor dirumah ini tak pernah kunyalakan saat pagi mulai bangun tidur, mandi , sholat, bersiap-siap ke puskesmas dan nantinya untuk sarapan membeli makanan di salah satu warung makan dekat dengan puskesmas, setiap hari akan seperti itu, dan di sore hari baru aku membersihkan rumah, agar sang pemilik tak mengusirku.

Hari terakhir di puskesmas hanya sampai pukul dua belas, tak sampai sore hari seperti hari biasanya, saat pulang kusempatkan untuk mampir kepasar berbelanja beberapa buah juga bahan makanan untuk nanti menjamu Dimas yang katanya sudah tiba dirumah sang nenek buyut.

Membawa beberapa kantong kresek, ternyata Dimas sudah berada di teras rumah milik mas Leon saat aku tiba.

"Dimas, sudah lama nunggu?"

"Enggak, belum satu jam"

Ucapnya dengan terkekeh saat kutanya apakah Dimas sudah lama menunggu di sini.

Sedikit berbasa basi, mengobrol di teras rumah, akhirnya kami masuk kedalam rumah untuk memasak makanan karena kami sama-sama belum makan.

Mungkin ini momen yang terindah dalam dunia pacaran, karena memang Dimas termasuk pacar pertama yang bisa dikatakan resmi, karena selama ini aku hanya sebatas teman mesra yang berinteraksi melalui ponsel dan untuk bertemu hingga berkencan pun bisa dikatakan tidak pernah, apalagi hanya berdua-duan.

Selesai makan dan menjalankan sholat magrib, Dimas pamit untuk pulang ke Jakarta, karena orang tua Dimas tak tahu akan hubunganku dengannya, sehingga cukup sehari ini kami bersama.

Menaiki kereta jurusan Kediri Jakarta, kuantarkan Dimas ke stasiun dan setelahnya aku kembali pulang, karena hari ini adalah hari terakhir praktek dan besok lusa di hari senin aku harus segera mengumpulkan laporanku selama praktek kepada dosen pembimbing.

Rumah telah kubereskan, begitu denganku yang juga sudah membersihkan badan, dan berganti dengan baju tidur tetapi tidak untuk tidur melainkan mengerjakan tugasku sebagai mahasiswa.

Fokus mengerjakan tugas menghadap layar laptop tanpa terasa waktu sudah beranjak semakin malam, bahkan hampir tengah malam, segera kumatikan beberapa lampu dan menyisakan lampu ruang tengah dimana aku sedang menyelesaikan tugasku.

Tok,tok,tok
Bruk,bruk,bruk

Ketukan pintu di lanjutkan dengan gedoran, membuatku takut karena hanya aku seorang dirumah, meskipun di depan ada satpam yang berjaga tetapi aku tetap merasa ketakutan.

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang