Pagi ini aku sedang duduk diruang keluarga, karena semalam mama memintaku untuk menampung air kencingku saat aku buang air pertama pagi ini, dan saat itulah aku baru menyadari sesuatu yang kutakutkan.
Dan hasilnya pagi pagi sekali mama mertua sudah ada dirumah, bersama mama memeriksa air seniku disaat aku pergi sholat subuh setelah memberikan tampungan air seni pagiku.
Tetapi aku masih meyakini jika aku masih menstruasi setelah malam dimana mas Leon memaksaku untuk berhubungan suami istri, meskipun hanya bercak coklat dan juga hanya berjalan tiga hari, karena jauh sebelum kami menikah aku pernah mendapatkan menstruasi seperti itu dan tak mendapatkan siklus menstruasi hingga beberapa bulan, yang saat itu kata mama dikarena kan hormon.
"Mela"
Lebih dulu mama mas Leon yang keluar dari ruang praktek mama memelukku, sedangkan mama masih menangis seperti semalam.
"Tahun depan masih bisa kuliah lagi kok nak, enggak apa-apa ya"
Deg
Aku tak bodoh, dari semua yang kulihat semalam dan sampailah saat ini, dapat kupastikan jika hasil dari tespack itu adalah positif, dan aku tak menyadari itu selama tiga bulan ini.
"Mah, Mela enggak mau"
Tak bisa kubayangkan bagaimana dengan hidupku kedepan, aku hamil meskipun itu dengan laki-laki yang sah berstatus suamiku tetapi dia tak mencintaiku, perhatiannya selama ini hanyalah rasa tanggung jawabnya, serta wujud dari permohonan maaf akan kesalahan yang di perbuat.
"Mama kan dokter, juga mama Mela bidan kalian bisa kan gugurin janin ini"
Semakin aku menangis histeris, tak bisa kukontrol segala bentuk emosi dalam diriku, bahkan aku sampai meminta kedua mamaku untuk menggugurkan janin yang berada dalam kandunganku.
"Mela, Mela istigfar ya nak"
"Tapi Mela enggak mau hamil ma, ini kesalahan mas Leon"
"Sstt, bukan kesalahan Mela sayang ini buah cinta kamu sama mas Leon"
"Bukan Ma, ini kesalahan yang di perbuat mas Leon, Mela di perkosa mas Leon"
Tangisku semakin tergugu mengingat hal yang pernah membuatku trauma akan perbuatan mas Leon hingga kini membuahkan hasil yang tak kuinginkan.
"Ma, Mela mau kuliah enggak mau hamil"
Tangisan serta rancauanku semakin menjadi hingga akhirnya aku tak merasakan apapun, dan kini aku terbangun sudah di siang hari berada di sebuah kamar yang kutebak adalah rumah sakit.
"Mel sudah bangun, mau minum?"
"Iya Ma"
Disini ada mama serta mama mertua yang menungguiku, dan saat aku duduk dengan bantuan mama untuk bisa minum, pintu kamar rawat inap terbuka, mas Leon masuk yang kurasa baru saja tiba.
"Mela kenapa Ma?"
"Sini bentar"
Sang mama menarik putranya untuk kembali keluar kamar, sedangkan mama menawarkan makanan kepadaku, aku ingin makan apa.
Dengan disuapi mama bubur kunikmati makan ku dalam diam, karena pikiran terus berputar bagaimana dengan hidupku kedepannya, anak ini pastinya juga tak diinginkan mas Leon.
"Ma, ayo gugurin aja Mela enggak mau hamil anak mas Leon, Mela mau kuliah"
Ucapanku bersamaan dengan masuknya mama Shezi dan sang putra, tentu saja keduanya mendengar apa yang kuminta ke mama.
"Mela dosa nak"
"Biar di tanggung mas Leon tuh dosanya ini juga gara-gara dia"
Kali ini aku bisa berani menantang mas Leon, sedangkan laki-laki yang kutantang hanya diam duduk di sofa, entah apa yang dia pikirkan pasti dirinya tak jauh beda denganku, yaitu tak menginginkan anak dalam kandunganku.
"Sayang mama sudah tahu yang di perbuat anak mama, tolong maafkan dia ya nduk. Mama juga mohon jangan tolak calon cucu mama ini ya"
Mama Shezi menenangkanku yang kini sedang diliputi emosi, bahkan tangan beliau mengusap lembut perutku.
Aku kembali merebahkan badanku, mama Shezi dengan lembut mengusap kepalaku, mama yang sedari tadi menangis dalam diam sejak aku meminta untuk menggugurkan kandunganku, kini masuk kedalam kamar mandi.
Kepergian mama, gini tergantikan mas Leon yang duduk pada bangku penunggu pasien.
"Maaf"
Entah kenapa mendengar mas Leon meminta maaf membuat air mataku bercucuran, di tambah dengan mama Shezi yang begitu lembut mengusap kepalaku.
"Maaf Mel"
Ikut menangis denganku, bahkan kepala mas Leon ikut di letakkan di atas bantalku.
"Aku mau kuliah"
"Nanti ya"
Mas Leon kini menggantikan mama Shezi yang mengusap kepalaku.
"Mas Leon juga nggak mau anak ini kan, ayo kita gugurkan saja"
"Mel, ngomong yang baik kasihan dia dari tadi kamu jahat sama dia"
"Tapi mas Leon juga jahat sama Mela"
"Maaf , maaf, please maafin"
Berdua kami berbicara dengan jarak begitu dekat, dalam satu bantal dengan aku yang miring menghadap kearah mas Leon duduk dan meletakkan kepalanya pada bantal yang sama
"Itu titipan Allah mas mohon biar di hidup"
"Titipan yang kamu paksakan mas"
Tak lagi mas Leon berkata hanya usapan tangannya yang terus membelai kepalaku, dan aku pun terdiam memejamkam mata meskipun tak tidur karena mas Leon tak menanggapi apa yang kukatakan.
"Rin, kamu pulang aja dari semalam kamu enggak tidur"
"Enggak mbak, nanti Mela gimana"
"Aku disini, ada Leon juga bentar lagi papa nya juga kesini habis poli selesai"
Suara mama yang terdengar parau antara capek menangis, capek pikiran juga kurang tidur begitu jelas.
Dan akhirnya mama mensetujui apa yang di tawarkan mama mertua, mungkin beliau kini benar-benar lelah.
"Le, titip Mela ya"
"Iya ma"
"Mel, mama pulang dulu nanti sore mama balik lagi sama papa"
"Heem"
Aku mengangguk meskipun tetap dengan memejamkan mataku, sedangkan mas Leon berhenti mengusap kepalaku, dan terlihat dari intipan mataku jika mencium tangan mama yang berpamitan.
"Mbak nitip Mela ya"
"Iya, hati-hati nyetirnya Rin"
Suara pintu tertutup kembali, mama Shezi juga ikut berpamitan untuk pergi ke kantin membeli kopi.
"Kamu mau dibawain apa Le?"
"Enggak usah Ma"
Kepergian mama kini tinggal lah kami berdua, mas Leon kembali mengusap kepalaku lembut, mungkin bermaksud agar aku tertidur.
"Kalau ngantuk bobok lagi aja"
Aku pun menurut saran mas Leon, dan merubah posisiku untuk tidur terlentang, dan mengangkat tangan kiriku yang terbebas dari infus keatas kepalaku untuk menutupi mataku dari sinar matahari yang masuk dari kaca jendela.
Lama tak ada obrolan, aku pun merasa sedang tak ingin berbicara dengan mas Leon, meskipun kehadirannya yang sejak tadi mengusap kepalaku begitu nyaman kurasakan.
"Maafin ibu kamu ya nak, dia enggak jahat kok cuma sedang capek aja"
Aku bisa mendengar begitu jelas apa yang dikatakan mas Leon, serta bisa merasakan hidungnya yang menempel di perutku yang masih terlapisi baju serta selimut.
Mas Leon yang mengira aku sudah tidur itu melepas usapan di kepalaku dan tangannya berpindah di perutku, mengusap dengan pelan.
Sedangkan aku yang hanya berpura-pura tidur, mendengar ucapannya menyebutku tak jahat, melanjutkan kepura-puraanku dengan tangan kiriku yang tadi kubuat menutup mata kini seolah-oleh berganti posisi dan kujatuhkan dengan keras tepat di kepala mas Leon yang berada di samping perutku.
"Duh"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)
RomanceSeorang laki-laki yang kukenal sebagai kakak dari sahabatku tiba-tiba datang melamarku, dan aku tahu laki-laki ini tak mencintai ku begitu juga denganku yang tak mencintainya. Pernikahan yang sudah terjadi di usia mudaku, hingga membuatku meninggalk...