Bab 32

3.1K 442 34
                                    

Leon menuju kantor, anggap saja begitu, jangan fokus ke suara anak kiciknya.

***

"Mel kata mama kan enggak boleh pakai celana ketat, kasian bayinya"

Saat aku sudah bersiap akan pergi belanja kesalah satu mall di Kediri, mas Leon yang menungguiku di teras menegurku kembali karena memang perutku yang sudah membuncit, dan salah satu lesan dari mama kemarin adalah untuk aku tak memakai pakaian yang ketat lagi.

"Tapi mas, aku malu"

"Malu kenapa?"

Belum siap memang mentalku jika di depan umum menunjukkan kehamilanku, meskipun aku tahu tak semua orang berpikir negatif padaku, hanya saja pemikiran buruk itu datang dengan sendiri pada diriku.

"Mel kamu ada suami kalau kamu lupa"

"Aku takut ketemu temanku mas"

"Kamu hamil juga bukan di luar nikah Mel"

"Iya tapi di perkosa juga kan"

"Terserah kamu deh"

Masalah yang mungkin akan selalu di ungkit sampai kapanpun, begitulah wanita ketika marah akan mengingat semua kesalahan pria.

Aku kembali masuk kedalam rumah, berganti dengan dress selutut, kali ini aku harus kembali melawan perasaan yang kuciptakan sendiri, perasaan was-was yang sebenarnya tak perlu ada padaku.

Mas Leon terdengar sudah menyalakan mesin mobil, menungguiku yang berganti baju.

"Ngapain lagi sih?"

Tiba-tiba mas Leon masuk kedalam kamar, mengomeliku yang tak kunjung keluar.

"Ganti baju nih katanya suruh ganti, salah terus deh"

Aku tak kalah ketusnya dengan mas Leon, dirinya masih berdiri di depan pintu kamar menungguiku yang merapikan penampilanku, lebih tepatnya aku bercermin untuk memastikan jika perutku tak begitu membesar.

"Hufft"

Terdengar suara hembusan nafas mas Leon, yang kini mendekat kearahku.

"Maaf ya, sudah cantik kok yuk berangkat"

Merangkul pundakku untuk diajaknya keluar dari rumah, agar kami segera berangkat.

Aku kini sudah seminggu untuk kembali tinggal dirumah mas Leon, meskipun sebelumnya mama serta mama mertua menentang keinginan mas Leon yang ingin mengajakku ke Kediri, karena para orang tua khawatir denganku yang harus hidup mandiri disini, tetapi akhirnya kedua ibu itu mengiyakan dengan begitu banyak syarat kepada mas Leon.

Dan baru dua hari dirumah bu RT yang rumahnya berada di ujung dan seorang isteri dari anggota TNI mengunjungiku, beliau mengajakku untuk bersosialisasi dengan ibu-ibu komplek dan bergabung diacara arisan serta pengajian, dan malam nanti ada undangan pengajian dalam acara tasyakuran di salah satu tetangga kami jadi siang ini sengaja aku meminta mas Leon untuk mengantarku membeli baju muslim.

"Mau nonton bioskop enggak Mel?"

"Filmnya apa? Yuk lama enggak ke bioskop terakhir sama Lily sebelum kita kuliah"

Memang benar selama aku kuliah hidupku memang penuh untuk belajar, ditambah dengan tiba-tiba aku di nikahkan membuat aku juga tak pernah membaur dengan teman-temanku disaat libur, lebih untuk pulang kerumah atau datang keacara keluarga mas Leon.

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang