Terbangun yang kesiangan, aku yang merasa seluruh tulangku remuk, nyeri di seluruh lekuk tubuhku, yang memang terlihat memar-memar karena perlakuan mas Leon semalam, serta mentalku yang kurasa kini ikut kesakitan, hanya terdiam berbaring dengan berselimut di seluruh badanku.
"Mandilah, setelah itu sarapan sudah siang"
Aku tetap terdiam tanpa merespon mas Leon yang baru saja masuk kedalam kamar, dengan keadaan diriku seperti semalam, yang mana tak memakai baju hanya berselimut yang menutupi hingga leherku.
Jangankan bangun dan memakai baju, untuk sekedar memiringkan badan saja seluruh tulang terasa patah dan juga ngilu pada kewanitaanku serta nyeri-nyeri pada seluruh tanganku yang semalam melawan mas Leon.
Mungkin jengkel karena aku hanya diam melamun tak merespon apa yang mas Leon ucapkan, akhirnya mas Leon mengangkat tubuhku beserta selimut yang membungkusku untuk dibawanya ke kamar mandi.
Di dudukan aku pada close set, dan mas Leon keluar dari kamar mandi serta menutup pintu.
Kali ini aku kembali menangis, merasa tak ada keadilan dalam hidupku, begitu menyedihkannya kenyataan hidupku.
"Milih nangis"
Suara mas Leon kembali terdengar jengkel padaku, karena dirinya yang menungguiku di luar kamar mandi begitu lama dan saat masuk kedalam lebih melihatku yang menangis dalam posisi yang masih sama saat dirinya meninggalkanku.
Menarik selimut begitu saja, dan sekian detik mas Leon terdiam menatap tubuhku dengan terkejut.
Berdehem sebentar, mas Leon melanjutkan memandikanku dengan lembut kali ini, bahkan menggosok tubuhku dengan sabun begitu hati-hati.
Butuh waktu beberapa menit untuk membersihkan tubuhku, dan kembali mas Leon mengangkat tubuhku untuk kembali ke kamar dan kali ini dengan menutupi tubuh telanjangku dengan handuk.
Mengambilkan pakaian gantiku dan memakaikan padaku, aku sudah begitu pasrah hilang rasa malu ku, meskipun tak berpakaian di hadapan mas Leon karena perlakuannya kepadaku semalam.
"Aku suapin, habis itu minum antinyeri"
Suara mas Leon tak lagi membentak ataupun terdengar jengkel meskipun sendok yang diarahkan kebibirku akan tetapi aku tetap tak membukanya.
"Mela, makan"
Aku tetap terdiam, hingga akhirnya mas Leon pergi meninggalkanku keluar dari kamar, entah pergi kemana karena aku juga mendengar suara pintu rumah yang di kunci dari luar dan setelahnya suara motornya yang terdengar samar meninggalkan rumah.
Semula aku yang kembali berbaring pada ranjang, dengan sarung bantal dan sprei yang baru, membuatku terasa sedikit nyaman karena terasa bersih serta sedikit menghilangkan bukti atas kejadian semalam.
Ponselku berdering disaat aku hendak kembali memejamkan mata, entah kenapa rasanya begitu lemas di seluruh sendiku.
Dengan pelan berusaha meraih ponselku diatas nakas, Mbak Caca kakak perempuan mas Leon menghubungiku, menunggu beberaa saat setelah kuhembuskan nafasku berkali-kali untuk menghilangkan rasa sesak di dada, akhirnya kugeser icon warna hijau.
"Hallo"
"Assalamualaikum Mela"
"Waalaikumsalam"
"Mbak mau mampir kerumah Leon, kamu mau dibawain apa? Ini mbak mampir di rumah makan kamu lebih suka bebek goreng, bebek bakar, atau menu ayam?"
Seketika aku bangkit duduk, hingga melupakan seluruh tubuhkan yang masih terasa nyeri.
"Aaa, aduh"
"Kenapa Mel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)
RomanceSeorang laki-laki yang kukenal sebagai kakak dari sahabatku tiba-tiba datang melamarku, dan aku tahu laki-laki ini tak mencintai ku begitu juga denganku yang tak mencintainya. Pernikahan yang sudah terjadi di usia mudaku, hingga membuatku meninggalk...