Bab 5

2.9K 359 23
                                    

Hidupku sedikit bebas, meskipun jadwal semakin padat, saat ini aku telah di percaya mama untuk mengendarai motor sendiri, selain itu memang saat ini kendaraan pribadi aku butuhkan.

Semenjak bulan lalu, tragedi aku terlambat masuk asrama karena mas Leon yang lebih dulu mengajakku kerumah temannya, dan berakhir menginap dirumah miliknya yang mana aku di suruh tidur di sofa depan televisi, karena kamar miliknya hanya dua dengan kasur satu sedangkan kamar satunya difungsikan sebagai gudang untuk menyimpan barang-barang perintilan motor dan mobilnya.

Dan aku juga tak mungkin tidur di dalam kamar seorang pria yang bukan saudara, meskipun hubungan keluarga kami selayaknya saudara.

Beruntungnya di esok harinya aku tak lagi terlambat untuk masuk keasrama, bahkan mas Leon yang mungkin merasa bersalah kepadaku, dengan baik hati membelikan aku sarapan dan makanan ringan untuk kubawa ke asrama.

Kejadian itu sudah berlalu dan sejak saat itu aku tak pernah lagi bertemu dengannya, apalagi kini rutinitasku sebagai mahasiswa praktek di lapangan.

Masih didalam kota Kediri, di salah satu rumah sakit swasta yang letaknya tak jauh dari kawasan gudang garam, dan aku pun tak pulang ke asrama lebih memilih menyewa kamar kos bersama teman-teman kelompokku.

Akhirnya setelah satu tahun menjadi mahasiswa aku bisa merasakan menjadi anak kos, bisa bebas menentukan keseharianku ingin makan apa, ingin tidur seharian setelah pulang dinas, atau ingin bermain-main kesana kemari, meskipun tugas laporan menjadi menumpuk.

"Beli makan dimana? Atau mau pesan online aja nih?"

Salah satu temanku sudah mulai menawarkan makanan, disaat aku baru saja membuka mata di pukul sebelas siang karena tadi pagi kami baru saja pulang dari berdinas malam, begitupun nanti malam kami kembali berjaga malam.

"Makan diluar aja deh, kita mandi dulu"

Saran dari temanku lainnya, karena kami menyewa satu kamar yang berisi dua tempat tidur, dan disetiap tempat tidurnya diisi dengan dua anak, demi menghemat uang yang harus kami buat untuk berfoto copy modul, selain itu kami hanya butuh waktu satu bulan disini sebelum kami berpindah ke tempat praktek lainnya.

Berempat secara bergantian mandi dan bersiap untuk keluar mencari makanan, sebelum mengerjakan laporan asuhan kebidanan.

"Enakkan di bungkus kalau nasi padang itu, nasinya lebih banyak kita kenyang"

Setelah berkeliling, akhirnya warung nasi padang lah yang menjadi pilihan kami.

"Sama aja, makan di tempat juga sudah buat kita kenyang"

Kami berempat terkekeh bersama karena kami juga tipe-tipe banyak makan meskipun tak membuat kami gendut.

Memesan makanan yang kami inginkan serta minuman, setelahnya mencari tempat duduk yang nyaman.

Hingga beberapa menit kemudian, sapaan seorang laki-laki yang kuingat adalah teman dari mas Leon bekerja, yang merupakan ayah muda karena aku pernah di ajaknya untuk melihat sang bayi ketika isterinya baru saja melahirkan.

"Ini Melati kan, adiknya Leon?"

"Hallo Mas?"

Aku bingung sendiri, pasalnya aku bukan adiknya dan akhirnya aku hanya menyapa halo disaat beliau bertanya padaku.

"Kok makan sampai kesini, kata Leon kamu di asrama belakang RSUD?"

"Iya mas, lagi praktek di rumah sakit"

"Ohh, itu ada kakak kamu, biar kupanggil"

"Jang_"

Belum selesai aku berucap, seruan memanggil nama mas Leon lebih dulu terucap.

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang