Bab 2

3.4K 336 7
                                    

Sudah tiga bulan aku berpisah dengan Lily, kami setiap hari tak pernah putus bertukar kabar lebih tepatnya saling curhat, dan kami saling menguatkan, dimana Lily masuk di kampus yang terkenal akan anak pintar-pintar serta masuk dalam sekolah ikatan dinas, dan aku yang masuk dalam kampus berasrama.

Dunia asrama yang terkenal akan senioritasnya, dimana sebagai mahasiswa baru yang harus punya rasa hormat kepada kakak tingkat, kadang kala disaat kita mengantri makan dan kakak tingkat berada di antrian belakang kita, maka harus ikhlas memberikan antrian kita terlebih dulu untuknya, meskipun sang kakak tingkat menolaknya setidaknya itu bentuk sopan santun menghormati yang lebih senior.

Meskipun di awal-awal aku perlu beradaptasi dengan dunia baru, dimana lingkungan keseharian yang baru, mulai dari teman baru, tempat tinggal baru, dan kebiasaan-kebiasaan yang baru juga, dan bersyukurnya aku kini sudah mulai terbiasa dengan teman kamarku yang berisi delapan orang serta aku, kini aku pun sudah mulai mengerti akan kebiasaan senior di sore hari dan aku juga akrab dengan beberapa senior, dan ternyata tak semengerikan cerita orang-orang.

Jika hari minggu sore atau senin subuh aku harus sudah berada di asrama, karena senin pagi sudah harus kuliah dan itu melalui gerbang depan kampus, dan pulang nya di hari sabtu siang.

Tidak dengan hari-hari biasa ketika merasa bosan hanya di dalam asrama ketika tak ada mata kuliah, dan ingin jajan makanan yang biasa kita nikmati di luar asrama.

Karena gerbang depan biasa untuk kami keluar masuk di hari sabtu siang dan minggu sore atau senin pagi, maka disaat hari biasa di sore hari dinding lah cara kami keluar dari asrama, asal tak ketahuan penjaga asrama itulah yang di ajarkan para senior.

Kami membuat jadwal untuk yang akan berbelanja makanan disore hari, dan sore ini adalah jadwalku yang akan memanjat dinding pembatas antara asrama kampus dan salah satu rumah sakit umum daerah di kota Kediri, jadi asrama kampus kami berada tempat dibelakang rumah sakit dengan dibatasi dinding yang terlalu tinggi.

Dengan bekal meja dan bangku yang tertumpuk di gudang, dari situlah kami memanjat dan di balik dinding ini yang tepatnya adalah rumah sakit ada tumpukan brangkar atau tempat tidur pasien yang telah tak dipakai sebagai tempat kami berpijak dan nantinya memanjat untuk kembali keasrama.

"Mela kamu lihat aku ya, nanti ikutin"

Beberapa senior, dan temanku sudah terlebih dahulu memanjat dan menunjukan cara kepadaku bagaimana kami akan melewati dinding pembatas antara kampus dan rumah sakit.

Dan dengan mudah aku mengikutinya, saat berada di atas dinding untuk bersiap melompat tempat tidur bekas pasien, mataku tanpa sengaja menatap seseorang yang ternyata juga telah memperhatikanku.

"Mela, lompat langsung aman kok"

Tersadar akan beberapa detik yang terkejut karena tak menyangka akan bertemu dengan nya dalam situasi seperti sekarang ini.

Brukk

Aku sudah berhasil melompat keatas brangkar dengan selamat, dan Kak Nisa kaka senior yang satu kamar denganku langsung menggandengku untuk berjalan segera menuju luar rumah sakit yang mana disepanjang jalan berjejer penjual kaki lima yang menjajakan dagangannya.

Tentu saja kunikmati sore bebasku ini dengan membeli keperluanku, cemilan, dan tak lupa titipan dari teman-temanku lainya.

Kurang lebih satu jam kami harus segera kembali, karena waktu semakin sore dan tentunya teman-teman sudah menunggu makanan yang di titipkan kepada kami.

Kembali lagi melewati dinding pembatas, dan pastinya melewati kantin karyawan yang bersebelahan dengan gudang tempat kami memanjat.

Berharap seseorang yang tadi melihatku sudah tak berada disana, tetapi apalah daya ku jika itu semua hanyalah harapan.

Akhirnya sebagai orang yang lebih muda, dan keluarga kami yang sudah lama kenal apalagi saat aku masih duduk di sekolah dasar, setiap berangkat sekolah selalu dibonceng olehnya.

"Hallo Mas Le"

Akhirnya kusapa beliau dengan senyum kikuk, antara malu yang ketahuan memanjat dinding, juga yang kini aku sudah tak dekat dengan beliau karena lama tak bertemu.

Hanya mengangguk menjawab sapaanku, dan dirinya kembali mengobrol dengan beberapa temannya, yang salah satunya terlihat memakai jas dokter.

"Mel, ikutin lagi ya gampang kok"

Kembali kini aku giliran terakhir karena aku yang pertama kalinya keluar asrama secara ilegal setelah tiga bulan menjadi mahasiswi.

Jarak dinding atas dan brangkar sebagai panjatan kami yang sedikit jauh, berbeda dengan meja di seberang yang cukup tinggi tertumpuk, kali ini aku cukup berjuang untuk melompat.

"Gimana Mel pengalaman pertama?"

"Seru, tapi deg degan"

"Kenapa? Takut ketahuan? Santai aja"

"Bukan, tadi ada kakak temanku"

"Terus?"

"Rumahnya depan rumahku, takut di laporin ke mama"

"Yang kamu sapa tadi?"

"Huuh"

"Kelihatan galak deh, kamu sapa cuma ngangguk aja"

"Iya Mel, ganteng sih cuma songong kayaknya"

Semuanya sependapat denganku, Mas Leon adalah sosok laki-laki yang memang berparas menawan tetapi tidak dengan sifatnya, yang dingin, pemarah.

Aku jadi ingat disaat aku dan Lily masih di bangku sekolah dasar, dan mas Leon yang saat itu sekolah menengah akhir, kami yang sama-sama sekolah di kota membuat setiap harinya selalu menebeng motornya, dan saat jam mepet pasti aku dan Lily akan kena omelannya, dan kata-katanya itu selalu menyakitkan.

Dan yang masih kuingat lagi, di saat aku sekolah menengah pertama dimana pertama kalinya mengenal cinta monyet, pastinya setiap hari aku dan Lily selalu membahas topik lawan jenis, dan saat itu mas Leon yang semula kuliah di Jakarta dan sedang berlibur pulang kerumah, lagi-lagi aku dan Lily kena marah olehnya karena yang berbicara dan tertawa begitu keras disaat mas Leon sedang tidur di sofa depan televisi.

Setelah kejadian itu aku tak pernah lagi main kerumah Lily jika sang kakak laki-lakinya pulang kampung, dan hanya beberapa kali mendengar Lily bercerita tentang sang kakak.

Teringat kembali akan mas Leon yang beberapa bulan lalu telah disidang keluarga besar, karena ingin menikah dengan sang kekasih tetapi di tolak keras oleh keluarga, karena image buruk sang kekasih.

Untuk kelanjutannya Lily belum bercerita kepadaku bagaimana nasib sang kakak.



Tbc


Bantu subscrib channel youtube nya ibra ya, berisi tugas sekolah 🙏🏼

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang