Bab 17

2.5K 370 26
                                    

Kembali singgah dirumah mas Leon ini ketiga kalinya jika pertama hanya di depan rumah, dan kedua sempat tidur semalam karena terlambat masuk ke asrama, dan ini ketiga kalinya aku menumpang berganti baju.

Selama perjalanan Blitar sampai Kediri yang awalnya cuaca cerah, tiba-tiba saja hujan turun begitu deras, meskipun menggunakan jas hujan kami tetap basah kuyup karena terlalu derasnya hujan.

"Kamu jemur saja disitu"

Saat baju basahku akan kumasukan ke kantong kresek dan akan kubawa ke asrama, mas Leon mengizinkan ku menjemur baju basah milikku di rumahnya, tentu kulakukan daripada kubawa barang bawaan yang semakin banyak.

"Mas kue nya aku tinggal disini sebagian ya, aku susah bawanya"

Karena yang memberi bekal kue kepadaku bukan hanya mama saja melainkan tante Eci juga membawakan kue-kue sisa acara kemarin kepadaku, yang beralasan sama seperti mama untuk kubagikan kepada teman-temanku.

"Enggak ada yang makan, nanti aku antar tunggu reda dulu"

Mas Leon yang juga sudah mengganti bajunya, terlihat sibuk dengan ponselnya, sambil menidurkan tubuhnya pada sofa yang pernah kubuat tidur saat menginap disini.

Menunggu hujan yang kini sudah mulai reda, aku pun juga bermain ponsel dengan duduk pada sofa kecil di samping kiri sofa panjang yang ditempati mas Leon.

"Kamu tadi sama mbak Caca kemana?"

Tiba-tiba mas Leon memecah keheningan di ruangan ini, karena sebelumnya kami sama-sama sibuk akan ponsel masing-masing.

"Beli kelapa muda"

Mas Leon tak ada lagi berbicara, dia lebih memilih bangkit dan meninggalkanku masuk kedalam kamarnya.

"Buat sebulan"

Keluar dari dalam kamar dengan sudah mengenakan jaket, dan memberikanku lembaran uang berwarna merah kepadaku.

"Enggak usah ngrengek minta mamamu kayak tadi lagi. Juga jangan ngatain aku tua ya bocil"

Ternyata benar apa kata papa jika suaraku dan mama terdengar sampai garasi samping ruang praktek mama.

Rezeky anak sholehah meskipun kena makian, sebuah rezeky tak boleh kutolak segera kumasukan kedalam kantong tas, dan berterima kasih pada sang pemberi.

Akhirnya aku kembali ke asrama dengan mengendarai motor begitu pun mas Leon yang mengikutiku dari belakang dengan membawakan barang bawaanku.

"Terimakasih mas Le"

"Hem"

Setelah mengucapkan itu semua mas Leon pergi meninggalkan asrama kampusku.

Terbebas akan beban hidupku untuk sementara waktu,  kini saatnya menikmati masa mudaku yang mulai kemarin sedikit rapuh karena sebuah pernikahan yang dipaksakan.

Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di asrama, dimana pagi sampai pagi kehidupan terkontrol, serta kesibukan mahasiswa kesehatan yang memiliki segudang kesibukan, membuatku bisa melupakan sejenak akan status ku saat ini, ditambah dengan mas Leon yang tak pernah menghubungiku sama sekali, tak seperti Dimas yang bagiku perhatiannya tetap baik padaku meskipun kini sedikit berkurang karena tak seperti sebelum aku menikah yang setiap malam kami berkomunikasi lewat video.

Dan untuk para pengajar di kampus kini semakin mengenalku karena kedatangan kerabat dari oma Mas Leon di minggu lalu yang bernegosiasi untuk izin pernikahanku, agar tetap bisa melanjutkan kuliah meksipun ada beberapa poin persyaratan yang harus kupatuhi.

"Melati selamat ya"

Bu Desi salah satu dosen kebidanan yang juga sebagai pembimbing akademik ku tiba-tiba memberikan selamat, disaat aku sedang berkonsultasi dengan beliau tentang tugas praktek beberapa lalu.

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang