Bab 4

3K 365 21
                                    

Jika kemarin aku terpaksa harus pulang bersama mas Leon tanpa ada pilihan lain kali ini aku benar-benar harus bisa beralasan menolak ketika tante Shezi menawarkan tumpangan padaku, agara aku kembali ke Kediri bersama sang putra.

"Mela, itu mas Leon mau balik ke Kediri kamu barengan aja sama mas Leon"

"Terimakasih tante, tapi Mela pulang besok pagi"

Alasanku itu di bantah oleh mama ku, yang keluar dari kamar adikku, yang kemarin membuatku harus menumpang mas Leon, karena dirinya terjatuh dari motor dan harus berurusan dengan pihak berwajib membuat papa tak bisa menjemputku.

Dan tante Shezi yang datang menjenguknya kali ini disertai tawaran tumpangan untukku.

"Besok pagi mau bangun jam berapa kamu, kalau jam enam sudah harus disana"

"Bangun jam tiga"

"Halahhh mana bisa bangun jam segitu, kamu enggak kasihan apa sama papa subuh-subuh nyetir luar kota"

"Tapi Mela belum siap-siap Ma, baju seragam Mela juga masih di seterika tuh sama Bu Tun"

"Sudah semua kok mbak Mela baju seragamnya"

Bu Tun, wanita paruh baya yang setiap hari datang kerumah untuk membantu mama mengurus rumah, dengan jujurnya berteriak dari arah samping rumah dimana beliau sedang menggosok pakaian-pakaian penghuni rumah agar licin dan rapi.

"Dasar Bu Tun ini

"Tapi Mela tuh pingin bawa motor sendiri Ma"

"Ya nanti saja kalau sudah waktunya praktek-praktek lapangan bawa motor sendiri, kalau sekarang kamu malah keluyuran nanti"

Mama dengan omelannya yang panjang lebar tak tahu situasi, ketika kuutarakan niatku yang ingin membawa motor saat kembali ke asrama, membuat papa yang berada diruang tamu bersama om Toni yaitu papa dari Lily datang menuju ruang keluarga dimana aku duduk pada sofa dengan bermain ponsel, selama mama mengomel.

"Apasih ribut-ribut?"

"Anakmu itu loh Pa, mau bawa motor sendiri"

"Minggu depan aja Mel, nanti papa antar motornya"

Dan mama selalu menjadi pemenang di rumah ini, papa selalu menurut akan kehendak sang isteri, dan akhirnya aku pun menurut tak membawa motor kali ini untuk kembali ke asrama, melainkan kembali menumpang pada mas Leon.

Sehabis sholat dhuhur aku bersiap-siap dengan kilat, kembali menuju ke kota Kediri bersama mas Leon, dan lagi-lagi suasana hening kembali menyelimuti isi mobil seperti hari kemarin.

"Mampir kerumah temanku dulu"

Saat mobil yang kami tumpangi telah sampai di kawasan perbatasan antara kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri, dimana gunung aktif Kelud berada.

Aku yang sudah mengantuk dan menahan untuk tak tertidur, seakan terkagetkan karena suara mas Leon yang tiba-tiba terdengar.

"Iya Mas"

Aku pun mencoba ramah, bagaimana pun aku disini menumpang, tak mungkin aku akan menjawab dengan penolakan.

Singgah di salah satu rumah yang berada tak jauh dari lereng gunung kelud, suasana pegunungan yang begitu menyejukan di sore hari dengan ditemani secangkir teh hangat dan kue pukis hangat yang di suguhkan oleh sang pemilik rumah.

"Mas, ini adik kamu?"

Wanita yang menggendong bayi baru saja keluar dari kamar, karena tadi masih menyusui di dalam kamar, yang baru kutahu ini adalah isteri dari teman mas Leon.

Dan ternyata tujuan mas Leon mampir adalah menengok bayi yang baru berumur satu bulan ini, pantas saja mas Leon membawakan kado.

"Iya mbak, si bungsu"

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang