Bab 24

2.7K 413 31
                                    

Malam ini kami sedang menginap di salah satu vila di Batu, liburan satu keluarga dari mas Leon, karena libur panjang sehingga Om Toni papa dari mas Leon mengajak anak serta menantu dan cucunya berlibur.

Rahasia tentang mas Leon masih di tutup rapat oleh mbak Caca dan mas Gilang, bahkan Lily pun belum mengetahuinya, karena kepulangan kami dari pantai pagi tadi, di sambut dengan omelan mama mertua, yang mana kami berdua pulang dalam keadaan baju yang basah.

Satu keluarga kami berkumpul pada balkon Villa, mbak Caca sibuk membuat makanan pada kompor, sedangkan mama dan papa mertua sibuk bercanda dengan cucunya, untuk aku dan Lily seperti biasa sibuk berbincang membahas drama korea, hingga kemunculan mas Leon yang tiba-tiba entah sejak tadi ada dimana.

"Mel, kamu enggak pakai jaket nanti masuk angin"

"Jaketku dimana ya tadi?"

Aku baru teringat jika aku tak lagi memakai jaket, dan kini lupa dimana aku meletakkan jaket yang tadi kulepas karena berwudhu, untuk sholat.

"Dikamarku tadi pas kita mau sholat"

Lily yang duduk di sampingku menyahutiku, yang hendak berdiri mencari keberadaan jaketku.

"Aku ambilin disini aja"

Mas Leon kembali masuk kedalam untuk mencari jaket milikku dan tak lama kembali dengan membawa jaket juga selimut tebal.

"Tumben mas pengertian sama kita"

Ejekan Lily pada sang kakak tak dihiraukan, mas Leon lebih memilih menghampiri mas Gilang yang sedang membakar daging bumbu.

"Ly, mau duit enggak?"

Mas Gilang berseru bertanya kepada Lily, tentu saja Lily dengan sigap menjawab mau.

"Mau lah"

"Sini bantuin"

"Bilang aja mau nyuruh aku, mana dulu duitnya"

"Minta Leon"

Mas Gilang tipe ipar yang supel, gampang akrab dengan semua orang berbeda dengan mas Leon kurasa dia bisa dihitung dengan jari untuk ngobrol dengan adikku.

"Enggak ada"

"Iya ih mas Leon tuh pelit, padahal kemarin di Jakarta aku di ajakin keliling cari jam buat bininya, cuma di kasih upah pizza"

Pantas saja jam tanganku sesuai dengan seleraku, ternyata Lily yang memilihkan, kukira mas Leon mengerti diriku.

"Mel, sini ikut masak"

"Jangan, Mela biar istirahat"

Dan ini pertama kalinya mas Leon yang kurasa bersikap perhatian kepadaku di hadapan keluarganya, entah itu tulus dari dirinya atau hanya tabiatnya karena ada mbak Caca yang tahu sikap buruknya kepadaku.

Tetapi aku tetap berdiri, dan menghampiri Lily yang berdiri bersama mas Leon.

"Cobain Mel, enak kok"

Lily menyuapiku daging yang sudah matang di bakar, sedangkan mas Leon fokus membakar daging serta sosis dan tak melarangku.

"Udah yuk makan, sudah banyak yang matang nih"

Suara mbak Caca di ujung yang menyiapkan makanan bersama suster sang putra memanggil kami untuk segera menyantap makanan yang sudah mereka hidangkan.

"Ini gimana mbak?"

"Matiin aja kompornya, nanti di lanjut lagi kalau kurang"

Akhirnya kami makan melantai dengan beralas karpet, menikmati makanan dengan mengobrol lebih tepatnya mas Gilang yang menjadikan Lily bahan olokan semua.

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang