Bab 7

2.6K 341 33
                                    

Liburan yang begitu kutunggu, berbekal uang lima ratus ribu pemberian mas Leon saat tak sengaja kami bertemu saat makan di warung nasi padang, dan pastinya kumasukan kedalam tabunganku, serta sisa uang jajanku selama ini juga tambahan uang dari papa.

Beralasan Lily lah yang mengajakku serta kami yang sudah hampir satu tahun tak bertemu dan ingin berlibur bersama untuk melepas rasa rindu, akhirnya mama memberikan ku izin.

Dengan diantar papa ke stasiun kota Blitar, aku menuju Yogjakarta dengan menaiki kereta api yang berangkat di malam hari dan akan tiba di stasiun Yogjakarta besok saat subuh.

Untuk Lily, dirinya sudah berada di Jogja sejak tadi sore dan nantinya kami akan tinggal dirumah eyang dari Dimas, yang juga kerabat dari Lily.

Perjalanan yang mendebarkan, entahlah apakah aku telah jatuh hati pada seseorang yang selama ini memberikan perhatian padaku, dan juga yang menjadikan alasanku main ke Jogja.

Benar-benar nekat melakukan perjalan malam seorang diri untuk bertemu dengan laki-laki, seakan aku lah sang pejuang. Karena sudah tak jamannya seorang wanita hanya berdiam diri, itu kata salah satu dosenku.

Baru saja terasa memejamkan mata karena sepanjang malam bertukar pesan dengan Lily maupun Dimas, bahkan mereka berdua tak hentinya bervideo call denganku, karena juga merasa khawatir yang mana aku pertama kalinya seorang diri bepergian jauh ditambah dengan malam hari.

Suara dari informasi yang mengabarkan jika kereta telah berhenti di stasiun Lempuyangan, pertanda sebentar lagi aku akan sampai di stasiun tempatku turun.

Segera kukabarkan pada Lily jika kereta telah sampai di stasiun Lempuyangan, dan ternyata Lily maupun Dimas telah menungguku di stasiun Tugu atau stasiun besar Jogjakarta.

Tepat saat kumandang adzan subuh, kereta berhenti, segera kugendong tas  ranselku, serta tas selempang kecilku, dan berjalan untuk keluar dari kereta.

Mencari jalan keluar, karena Lily memberitahuku jika mereka telah menungguku di pintu keluar stasiun.

Sedikit celingukan, hingga suara nyaring Lily memanggil namaku, membuatku segera menghambur memeluknya, karena hampir satu tahun tak bertemu dengannya.

"Kangen"

"Sama aku juga kangen, kenapa kamu jadi gemukkan"

"Mau ku jotos kamu?"

Kami berdua tertawa bersama karena kata gendut itu hal sensitif bagi wanita, dan tentunya kami yang tak gemuk tak terima ketika dikatakan gendut.

"Hallo Mel, capek?"

"Hai, enggak kok"

"Sini aku bawain"

Tas ranselku berpindah pada Dimas, yang kini berjalan di belakangku dan Lily, untuk menuju tempat parkir mobil.

"Tidur aja Mel kalau masih ngantuk"

"Enggak kok, aku pingin lihat suasana subuh di Jogja"

"Kapan terakhir kesini?"

"Udah lama Dim, pas kita SMP itu loh Ly"

"Oh pas study tour"

Aku dan Lily yang duduk di bangku penumpang belakang, dan Dimas di depan di balik kemudi, menuju rumah kakek nenek dari Dimas.

Sesampai dirumah kakek nenek Dimas, segera membersihkan badan dan sembahyang subuh, tak lupa menyapa kepada kedua kakek nenek Dimas.

"Istirahat dulu aja pasti capek, tidur di kereta itu beda sama di kasur, dulu waktu jadi mahasiswa Uti juga tiap minggu naik kereta kalau pulang kampung"

MELATI (Tersedia Lengkap Di Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang