VOTE DAN SPAM KOMENTAR
______
SEPERTINYA aku telah menyinggung binatang buas. Tak tau bagaimana caranya aku bisa begitu percaya diri melawan dia.
Di zaman yang modern ini, apa pemuda brengsek keluar bertumpuk? telah menyelesaikan satu, datang lagi satu. Aku tidak perduli, selain itu— ekspresi tulus ini..
Apa dia tulus karena menganggap aku gadis lemah yang butuh perlindungan? Atau memang murni mencintai ?
Jika opsi terakhir benar adanya, aku akan dengan berbaik hati menerima. Tak peduli jika telah menyakiti orang lain, aku tidak ingin membohongi diri dengan terus melawan, juga tidak ingin kabur darinya, karena aku sudah terjerumus selangkah demi selangkah.
Ditangkap,
.. dikendalikan,
Dijerat,
... Dan di cium.
Lalu apa kabur adalah pilihan terbaik? Kurasa tidak, karena sejauh tapak kaki ini ingin melangkah hati ku akan tetap tertinggal bersama dengannya.
Tidak akan mengelak lagi, aku sudah jatuh pada pesona Actassi— pun begitu sebenarnya. Terlambat mengakui tidak lah baik, aku tidak ingin terperangkap dalam jaring-jaring penyesalan.
Waktu yang singkat untuk menyukai seseorang, tapi ini lebih baik dari pada Pemuda itu yang baru bertemu sudah mengusikku dengan kalimat manis nya.
“ kue dari mana?” aku bertanya saat mata ku tidak sengaja melihat Kue yang berada di atas meja. Actassi yang sibuk mengelus rambut ku, menoleh sekilas.
“Tiffany”
Aku terdiam meminta penjelasan lebih lanjut, namun entah perasaanku saja atau apa, pemuda itu tampak tidak peka padahal dia selalu bisa membaca isi pikiran ku.
“dia sering beli kue buat lo?” Actassi mengapit hidung ku dengan tangan nya seraya mendengus geli, sekali lagi itu bukan hal yang istimewa— Karena pemuda itu sering mendengus geli setiap kali bersama dengan ku.
“ Tiffany buat sendiri” sungguh mencubit hati kecilku, malang sekali. Tiba-tiba saja aku ter-ingin memanggil juru koki untuk mengajari ku cara memasak.
Aku mendongak “ boleh gue cobain?” tanyaku meminta izin, tapi hal itu terlihat tidak penting untuk nya. Mata pemuda itu seolah mengatakan ‘ lakukan apa pun yang lo mau selagi itu buat lo nyaman’ entah lah, mungkin aku terlalu percaya diri.
Aku mengangkat kepalaku menjauh dari paha nya, meraih piring berisi kue untuk di letakkan di atas paha ku lalu menyantap satu potongan kue buatan Tiffany. Bibir serta dahi ku kerut kan saat sudah melahap nya, baiklah— rasa ini akan aku simpan di otak cantik ku hehe.
[Normal]
“ kenapa?” Actassi bertanya saat melihat kerutan di dahi Whitney.
“ gak papa” Whitney melihat kearah Actassi yang berjalan menuju balkon apartemen, iris matanya masih setia mengikuti pergerakan pemuda itu yang sedang mematik korek, batang nikotin sudah di apit pada lipatan bibir nya dia membakar ujung rokok itu.
Bayangan pria nakal terbentuk di pikiran nya, dan Whitney bisa memerah hanya karena hal itu.
Whitney bangkit setelah menyingkirkan piring yang tadi berada di pahanya, cewek itu berjalan menghampiri Actassi namun sebelum menginjakkan kaki memasuki area balkon suara dingin nan tengah mengalun di telinga
KAMU SEDANG MEMBACA
VORTENE [✓]
Romance[COMPLETED] Actassi, mengikuti arti namanya segala hal tentang actassi bagai air laut yang selalu tak jauh dari pasang dan surut. Memiliki reputasi besar di sekolah, namun hal yang berkaitan dengannya begitu buruk untuk di dengar. Kemudian pembicara...