23. Depression

756 119 33
                                    

VOTE DAN SPAM KOMENTAR

_______

WHITNEY menatap tajam dua orang berbeda jenis yang saat ini tengah berpelukan. Tiffany dan juga Actassi, WAH! rasanya ingin sekali Whitney melempar benda tajam hingga membelah perpotongan leher gadis itu. Ditambah lagi, apa-apaan senyum tengil di wajah nya?

"kamu tau? Wajah mu itu sudah seperti mumi, jadi berhentilah tersenyum-- itu terlihat menakutkan" cetus Whitney dengan datar, dia menarik kerah belakang Actassi agar sesi peluk-memeluk itu berakhir.

"nona Whitney, tidak masalah kamu membenciku, tapi tidak kah kamu keterlaluan menyerang ku disaat aku tengah mengalami depresi berat?"

Whitney menoleh cepat, raut wajah tenang masih gadis itu perlihatkan "apa? Lalu aku harus diam saja melihat trik kamu yang menekan Actassi, Begitu?" dia berucap tenang, disaat seperti ini emosi harus dikendalikan "aku tidak buta Tiffany, wajah kamu itu sudah sangat menjelaskan semuanya" jari Whitney berada di udara, bergerak memutar seakan mengikuti lingkaran wajah Tiffany.

" aku mengalami depresi akibat mengingat kematian kakak ku, dimana rasa kemanusiaan kamu Whitney?"

"fuck,!"

Whitney berdecak sinis, kemudian bunyi pintu terbuka menampilkan seorang dokter dengan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya.

Dokter tersebut berdiri di antara Whitney dan juga Actassi, dia sempat melirik kearah Tiffany yang terdiam menatap kosong kearah depan. Namun percayalah gadis itu sudah sangat siap mendengar apa yang akan terjadi di hadapannya ini.

"Tuan muda Widersen, sebulan yang lalu nona Tiffany telah datang pada saya untuk menjalani psikoterapi, saya menemukan dia depresi berat sekarang, kemungkinan besar akan memilih bunuh diri setiap saat" ucapnya, dia menyerahkan sebuah kertas berwarna putih tulang yang di yakini hasil medis Tiffany pada Actassi. Pemuda itu sedari tadi diam semenjak sampai di rumah sakit.

Whitney berdecak, dia menatap kertas itu lekat lalu kembali memfokuskan maniknya ke arah Dokter tersebut.

"sekitar sebulan yang lalu, dia tiba-tiba mencari dan mengobrol banyak dengan saya, saya baru tahu kalau kondisinya sangat serius" Dokter tersebut kembali berkata saat Actassi mulai serius membaca hasil medis Tiffany, Whitney diam memperhatikan dengan intens.

"Setelah kematian Adamsen, sebenarnya dia belum sepenuhnya keluar dari kesedihan. Hah.. dari luar tidak terlihat ada yang berbeda, itu dikarenakan perasaan nya telah diahlikan dari tuan muda Widersen"

Dokter tersebut melirik Whitney dengan raut wajah yang terlihat sedih, kerutan di dahi dan juga alis yang menjorok kebawah "Dan ketika mengetahui Tuan muda dan Nona Whitney bersama-- menjadi sepasang kekasih, dia mengalami pukulan yang berat, dia takut kalau tuan muda Widersen akan meninggalkan nya, karena itu juga muncul depresi yang begitu serius" ucap Dokter itu sesekali melirik Tiffany dengan perihatin.

Whitney mengipas wajahnya yang terasa panas dengan tangan, Actassi yang melihat itu terkekeh kecil hampir tidak terlihat. Dari arah belakang tangan pemuda itu mengelus pinggang Whitney lembut.

"Saya rasa, jika berada di depan Tiffany, tuan muda dan nona Whitney harus menjaga jarak yang tepat, jangan memicu dia"

"setidaknya berikan dia jalan yang bisa di terima"

VORTENE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang