27. Big reputation

739 124 86
                                    

VOTE DAN SPAM KOMENTAR

_______

ADA hal yang membuat Whitney gugup sekarang selain berdekatan dengan Actassi, saat dimana dia bertatapan langsung dengan seseorang yang benar-benar membuat pikiran nya Teralihkan. Whitney menghela nafas gusar, menyandarkan tubuhnya di bangku panjang taman belakang sekolah. Dia tengah menunggu kedatangan Arvin yang saat ini menjadi kegelisahan nya. Gadis itu mengusap wajahnya kasar, entah sudah yang ke berapa kalinya. Sesuai yang dikatakan Tiffany terakhir kali mereka berbicara, dia harus menyelesaikan hal ini secepatnya tanpa ada niatan untuk menunda-nunda.

“Whitney”

Gadis itu menoleh sembari tersenyum kecil pada Arvin yang berjalan kearahnya, pemuda itu terlihat berbeda dari biasanya. Sering menggunakan kacamata, dan rambut yang sedikit lumayan panjang. Masih tampan seperti saat terakhir kali mereka bertemu, tepat dimana hari perayaan ulang tahun sekolah dan Whitney baru menyadari lagu yang dibawakan Arvin tertuju untuknya.

Saat Whitney ingin bangkit dari duduknya, Arvin memberi gerakan pada ia untuk tetap duduk. Pemuda itu berjongkok di hadapan Whitney, mendongak sembari mengulas senyum yang tidak pernah dia perlihatkan sebelumnya. Whitney tertegun, memejamkan mata untuk mencoba Realistis pada tujuan dan hatinya.

Mau bagaimana pun Arvin adalah satu dari sekian orang yang sempurna, namun sedikit kurang beruntung untuk mendapatkan hati milik gadis pujaannya.

“mau ngomong apa?” entah Whitney yang merasa aneh atau apa, nada bicara pemuda itu terdengar lembut dan berbeda dari biasanya. Gadis itu menatap mata Arvin lekat, mencoba menjawab lewat tatapan yang mereka buat.

“hm, bener” jawab Arvin seadanya.

“gue benar-benar gak tau, sikap lo yang nyebelin sama gue—, gue pikir-pikir gak masuk akal kalo lo suka sama gue Arvin” 

“Gue baru tau dari sepupu lo— Tiffany. Maafin gue yang kurang peka sama perkataan lo— gue,”

Arvin menggeleng, dia menyelipkan rambut Whitney ke belakang telinga. Lalu membawa jemari gadis itu agar bertautan dengan sela-sela jarinya yang sekarang terlihat lebih besar jika di bandingkan.

“gak ada yang harus minta maaf, lo gak salah Whitney— gue suka sama lo, dan terima gak nya itu udah konsekuensi buat gue”

“awal nya gue kira cinta pertama gue ini bakalan mulus seperti yang di harapkan, lagian— mau maksa pun udah gak ada gunanya, hati gue emang buat lo tapi hati lo bukan buat gue”

“gak pernah sekalipun gue gak mikirin lo— setiap pagi, gue selalu berdiri di deket pos buat liat muka lo, ibaratnya— gue gak bakal tenang kalo gak liat matahari waktu mata gue terbuka untuk nyambut pagi”

“Gue berasa jadi kaya cewe setiap malam, nunggu jam tidur biar bisa ketemu lo di mimpi gue. — Walaupun dengan mata tertutup gue masih bisa liat senyum lo”

“Arvin..”

“Diem Whitney, gue gak bisa— gue, rasanya gue bener-bener udah gila” Arvin mengacak rambutnya frustasi, rasanya ingin berteriak kencang untuk memberi tahu semua orang seberapa sesaknya dia selama ini. Mencintai seseorang yang mencintai orang lain benar-benar patah hati yang paling menyakitkan.

Mata Whitney berkaca-kaca, berkedip sekali saja cairan bening itu pasti akan jatuh membasahi pipi. Mau bagaimana pun Whitney mencoba, hati nya tidak akan mudah berpindah. Dia sudah memantapkan pilihan dan akan tetap berada dalam hubungan tanpa status dengan Actassi. Pemuda yang berada di depan nya sekarang pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik darinya.

VORTENE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang